Share

Bab 16 Sandiwara Rania

Tubuh Rania masih gemetaran, dengan kulit sedingin lantai marmer rumah mewahnya. Tama mulai bangkit berdiri, meraih piyama panjang yang telah dipersiapkan, dengan bola mata ke bawah–menghadap Rania. Segala pergerakan yang dia lakukan, seakan tak berarti karena fokus pikirannya hanya pada Rania yang ketakutan.

Bibir Tama terkatup rapat, sedikit melengkung dengan wajah kejam yang selalu dia pasang ketika berhadapan dengan para pengutang kelas kakap. Kelas kakap dalam artian, berani meminjam dana besar namun enggan membayar bunga.

"Istirahatlah," pinta Tama. "Aku masih banyak urusan yang harus kuselesaikan,"

Sembari memeluk erat tubuhnya, lamat-lamat Rania mendongakkan kepala. Wajah putusnya tampak sangat jelas, saling berhadapan dengan kekejaman Tama.

"Kenapa?"

"Apa?" sahut Tama tak paham.

"Kenapa kamu menikahiku? Kalau pada akhirnya aku hanya kamu siksa seperti ini?"

Tama terus memandang lurus ke bawah, pada Rania yang ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status