Jika dibandingkan dengan Zoya dan Arsyila yang cantik memukau, Maya juga memiliki keunikan sendiri. Seksi, elegan, eksotis dan berkelas. Wanita dengan tinggi 175 cm itu tampak mempesona dengan warna kulit sawo matang yang dimilikinya.
Dan Erlang baru menyadari akan hal itu, jika cantik tak harus putih seperti kedua istrinya.Kini, Maya telah berdiri di hadapan Erlang, tentu dengan gaya yang sangat menggairahkan, karena niatnya memang untuk menggoda pria tampan berkharisma itu."Malam, Pak Erlang," ucap Maya dengan suara yang penuh damba sambil mengulurkan tangan."Malam, Maya," balas Erlang dengan wajah yang sulit untuk didefinisikan.Tampak sekali jika Erlang takjub dengan penampilan dan persembahan Maya malam itu, namun sebagai pria yang memiliki pesona di atas rata rata, dia tidak ingin menunjukkan rasa kagumnya pada wanita yang baru dikenal.Hanya sebuah senyum tipis yang Erlang persembahkan saat mereka saling berjabat tangan."Selamat ya, Maya, penampilamu sangat memukau malam ini," Erlang memuji pencapaian Maya malam itu. Baginya, sangat anggun dan berkelas untuk wanita seumuran Maya."So ...?" Karena Maya tidak begitu tertarik dengan pujian itu, dia pun langsung mengalihkan pembicaraan.Ya, Maya lebih memilih melanjutkan perbincangan mereka yang sempat tertunda melalui pesan singkat.Godaan dan rayuan harus gencar dilakukan oleh Maya agar berhasil dengan tujuannya."Party lagi?" tawar Erlang tanpa ragu dan dia yakin wanita itu tidak akan menolak. Wanita muda seperti Maya pasti hobi pesta di malam hari."In the club," tantang Maya tak kalah percaya dirinya."Ok, siapa takut?" Erlang langsung menarik lengan Maya dan membawanya meninggalkan ruangan tertutup itu menuju sebuah tempat hiburan malam.***Klub malam.Sekali lagi Erlang terbelalak melihat tingkah Maya yang dengan mudahnya berbaur pada keramaian dalam party malam itu."Oh God, kenapa pilihanku bisa jatuh pada wanita seperti ini? Apa ini hukuman untukku karena sering mengejek tingkah Syila yang begitu liar?" rutuk Erlang dalam hati sembari menatap Maya yang mulai meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama musik."C ' Mon, Erlang!" panggil Maya sembari melambaikan tangannya.Menyesap anggur dalam gelasnya, Erlang kemudian meninggalkan minuman tersebut di atas meja bartender, lantas mendekati Maya yang tengah asyik menikmati musik yang dibawakan Dj malam itu. Sepertinya, Erlang tidak mau kalah, dia juga akan menunjukkan kehebatannya di lantai dansa.Tangan kokoh Erlang menarik lengan Maya, membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Selanjutnya, Erlang mengajak Maya menari dengannya hingga mereka berdua menjadi pusat perhatian pengunjung di klub malam tersebut.Ya, pengaruh minuman beralkohol yang jarang dikonsumsi membuat Erlang lupa diri dan hanya mengutamakan hasrat dan gairahnya. Dia ingin melepaskan semuanya malam itu dan bersenang-senang dengan wanita yang masih fresh dan baru dikenalnya dalam waktu kurang lebih 24 jam.Alunan musik all falls down menjadi pelengkap gerakan dance Erlang dan Maya yang begitu lincah, dan hal itu membuat keduanya menjadi sorotan malam itu."C' mon, dude, go go go ...!" Hendra yang ikut menyaksikan turut berteriak memberi semangat pada sahabatnya itu.Sorak sorai menyemangati sepasang muda mudi yang belum memiliki hubungan pasti itu.Erlang benar-benar terbuai dengan gerakan Maya, dan tanpa tersadar dia juga mampu mengimbangi setiap gerakan lincah wanita yang menggunakan high heels tinggi itu.Pilihan Erlang selalu mendapat dukungan dari Hendra. Kendati demikian, dia selalu menjaga sahabat sekaligus atasannya itu dari orang-orang yang hendak berniat jahat. Terlebih saat pria itu sedang dalam pengaruh alkohol. Itu sebabnya, Hendra masih mengekori Erlang ke mana pun pria itu pergi.Sementara Maya yang menyadari jika adanya Hendra hanya akan menggangu aktivitasnya langsung mengajukan protes pada pria di depannya."Kenapa asistenmu itu selalu mengikuti kemana pun langkahmu?" tanya Maya saat gerakan mereka sudah berubah lambat.Sejenak Erlang melirik pada Hendra yang masih terlihat mengawasi mereka, lalu kembali memperhatikan ekspresi Maya."Kamu keberatan melihatnya?""Tentu saja keberatan. Kamu kan sudah dewasa, jadi untuk apa dibuntuti terus? Apa dia takut kalau aku menggigitmu?"Erlang sontak terkekeh mendengarnya. "Bukankah gigitan wanita adalah satu hal yang menantang dan didambakan oleh seorang pria?" dia mulai menggoda."Aku serius," balas Maya lagi."Selain asisten, dia juga adalah sahabat yang paling mengerti keadaanku. Lagi pula dia juga ke sini untuk bersenang-senang, jadi aku tidak punya alasan untuk merasa risih dengan kehadirannya."Maya terdiam sejenak. Dia menyadari jika hubungan kedua pria itu sangat erat dan sulit untuk dipisahkan. Apalagi untuk mengadu domba, sepertinya itu adalah hal yang mustahil.Maya pun berpikir keras bagaimana caranya menggaet Erlang agar pria itu betekuk lutut padanya. Obsesinya sangat kuat untuk mendapatkan Erlang yang merupakan seorang pengusaha muda dengan kekayaan fantastis.Sejauh ini daya tarik Maya masih disukai oleh Erlang, maka dia tidak akan mengotori pemikiran pria itu dengan menganggapnya sebagai wanita pemaksa dan suka mencampuri urusan orang lain.Senyum indah mengembang di wajah Erlang, memunculkan cacat di kedua pipinya. "Jangan khawatirkan tentang Hendra, dia tidak pernah memiliki niat jahat pada siapa pun, apalagi pada perempuan, itu tidak akan pernah terjadi."***Tepat jam dua dini hari, Erlang dan Hendra mengantarkan Maya ke sebuah penginapan yang disebutkan wanita itu.Sebagai driver, Hendra menoleh ke kursi belakang di mana Erlang dan Maya duduk bersebelahan."Kita sudah sampai, apa dia masih sanggup berjalan?" tanya Hendra pada sahabatnya, mengingat bahwa Maya hanya memejamkan mata sambil bersandar di pundak Erlang dari awal memasuki mobil hingga tiba di sebuah penginapan mewah."Aku tidak tahu." Meski mabuk, kesadaran Erlang belum sepenuhnya hilang, maka dia pun berusaha membangunkan wanita di sebelahnya. "Maya ... Maya ...," panggilnya hingga berulang kali."Dasar pemabuk, wanita kok banyak minum!" desis Hendra dari balik kemudi. "Aku yakin kehidupannya sangat bebas, hingga dia tidak peduli jika sedang mabuk mabukan dengan orang yang baru dikenal," decihnya."Sepertinya dia kebanyakan minum, aku akan membantu membawanya ke dalam penginapan," ucap Erlang seperti tidak mendengar suara sahabatnya. Dalam keadaan setengah sadar, dia pun keluar lebih dulu dari dalam mobil agar lebih mudah membantu Maya.Hendra hanya bisa geleng-geleng kepala menatap sahabatnya yang juga sudah teler itu. "Bukan sepertinya lagi, dia itu memang sudah kelebihan minuman," decaknya.Tampak Maya hanya bisa pasrah ketika Erlang membimbingnya masuk ke dalam sebuah hotel berbintang.Di dalam kamar berukuran luas, Erlang merebahkan Maya dengan sangat hati-hati. Pakaian Maya yang lumayan terbuka, membuat Erlang sedikit risih untuk memperlakukan wanita itu lebih intim. Terlebih kesadarannya juga tidak senormal biasanya.Erlang melepas sepatu heels yang dikenakan Maya, lantas menyentuh betis indah, mulus nan jenjang dari wanita itu."Tidak ... ini tidak boleh," desah Erlang, berusaha menghindar, karena dia tidak ingin melakukannya sebelum sah di mata agama.Berulang kali Erlang menelan ludah melihat keindahan tubuh Maya. Berulang kali juga dia menepis rasa yang bergejolak dalam dirinya itu.Tidak bisa dipungkiri, pesona dan pemandangan indah di depan mata mampu menggetarkan dan membangkitkan darah kelelakian Erlang yang telah lama berpuasa akibat tidak tersalurkan dengan kedua istrinya yang memiliki kecantikan di atas rata-rata.Di saat demikian, Maya tiba tiba membuka mata dan menarik kuat lengan Erlang hingga pria itu menimpa tubuhnya.Erlang terbangun pada pukul 09.00 pagi. Di bawah selimut berwarna coklat itu dia memijit mijit pelipisnya yang masih terasa pusing akibat mengkonsumsi alkohol di malam sebelumnya."Minuman itu benar-benar membuatku tidak waras," sesal Erlang dan detik kemudian dia mengingat tentang wanita yang sedang bersamanya, di mana mereka berdua sempat menghabiskan waktu hingga sepertiga malam. "Maya ...," desisnya."Apa terjadi sesuatu tadi malam?" Erlang segera duduk dan memeriksa seluruh pakaiannya yang ternyata masih lengkap.Erlang lantas mencari keberadaan Maya yang mana dia ingat jika tubuh mereka sempat menyatu di atas ranjang."Tapi ini kan di kamarku," Erlang bergumam lagi dengan wajah kebingungan. Sungguh, dia tidak bisa mengingat seratus persen kejadian yang sebenarnya.Di saat yang bersamaan, Hendra masuk ke dalam ruangan tersebut sembari membawakan makanan dan minuman untuk Erlang."Akhirnya kamu bangun juga," ucap Hendra lega.Erlang menatap Hendra sekilas, lantas berpindah pada bar
Puas menikmati indahnya pemandangan alam, Erlang membawa Maya ke sebuah tempat makan. Sebagai orang yang lebih paham dengan destinasi wisata di negara tersebut, Erlang mengajak Maya beristirahat sejenak di sebuah kafe mewah yang menyatu langsung dengan alam."Tempat yang sangat indah," Maya memuji ruangan bergaya Yunani kuno itu. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruangan yang selama ini belum pernah dikunjungi.Tersenyum hangat menatap ekspresi Maya, Erlang lantas menarik sebuah kursi untuk wanita itu. "Apa kamu sudah pernah ke sini sebelumnya?" tanyanya sekedar basa-basi."Terima kasih," ucap Maya, lantas duduk dengan gayanya yang anggun. Setelah itu, dia pun menjawab pertanyaan Erlang. "Jangankan ke sini, Lang, bermimpi untuk mengunjungi tempat ini pun, aku tidak pernah berani," jelasnya.Erlang melakukan hal yang sama, duduk berhadap-hadapan dengan Maya. "Jangan terlalu merendah, wanita karir sepertimu tidak mungkin tidak pernah mengunjungi tempat seperti ini," tegas Er
"Kita saling menyukai, lalu kenapa kita tidak boleh menjadi sepasang kekasih?" Maya bertanya dengan penuh kebingungan, karena Marco memang tidak membeberkan kehidupan Erlang secara detail. Seperti yang Marco ceritakan, Erlang hanya memiliki seorang kekasih dan bersama dengan wanita itu juga Erlang menghabisi kakak kandung Maya."Aku tidak ingin menjadikanmu sebagai kekasihku," jawab Erlang sembari menatap Maya dengan lekat. Bukan itu tujuan Erlang mendekati Maya. Jelas yang dia inginkan dari Maya hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya, bukan untuk berbagi cinta dan perasaan yang didefinisikan sebagai sepasang kekasih."Kenapa? Apa alasannya?" Maya mulai merasa khawatir jika Erlang mungkin saja sudah mengetahui rencana buruknya."Aku tidak butuh kekasih lagi.""Why ...?" Lagi, Maya penasaran alasannya. Sejauh ini, pesona Maya bisa dibilang sempurna dalam menggaet lawan jenis, lalu kenapa pria itu menolaknya? Dan tadi, bukankah Erlang juga menyatakan rasa suka padanya?Erlang t
"Maya sedang menunggumu, Lang," Hendra memberitahu. Erlang yang sedang menyeruput kopi di balkon kamarnya segera menoleh pada sang asisten. "Untuk apa dia menemuiku lagi, apa tidak cukup dia mempermalukanku kemarin? Pakai blokir nomor segala," jelasnya dengan geram, lalu menyeruput kembali kopi hangat yang hanya tersisa setengah."Alaaah, jangan banyak gaya lagi, mumpung dia datang, temui sana!" Hendra malas meladeni atau pun berdebat. Dia paham jika sifat Erlang yang terlihat dingin kali ini hanya karena ego semata akibat merasa sakit hati ditinggalkan Maya secara sepihak.Erlang berdecak kesal. Hati kecilnya turut menyuruh agar segera berdiri dan menemui Maya. Sambil meraih ponselnya yang berada di atas meja bundar tersebut, Erlang berucap pelan, "Kamu memang paling paham dengan keadaanku.""Ha ha ha ha," tawa Hendra menggelegar mengisi ruangan itu ketika melihat Erlang sudah berdiri. "Aku doakan semoga kamu secepatnya bisa buka puasa," ledeknya.Erlang mengabaikan suara sumbang Hen
Erlang tersenyum miring mendengar pertanyaan Maya. Momen ini yang ditunggu-tunggu. Bukan hanya kesepakatan yang akan menguntungkan Erlang, namun juga berdampak bagus untuk Maya.Sepertinya skandal masa lampau terulang kembali. Kisah kali ini juga nyaris sama dengan pernikahan Erlang dengan Arsyila 6 tahun yang lalu. Saat itu, Syila menginginkan tubuh Erlang sebagai pemuas nafsunya, sedangkan Erlang sendiri sedang berusaha ingin mendekati kekasihnya yang telah menjadi istri dari saudara kembar Arsyila. "500 juta untuk pembayaran di muka," Erlang berkata dengan yakin. "Setiap bulan kamu juga akan mendapatkan uang selama menjadi istriku. Selain itu, kamu juga akan tinggal di sebuah apartemen mewah yang akan disediakan oleh Hendra," sambungnya."Selama menjadi istrimu?" Maya merasa tertohok dengan kalimat itu. Ternyata selain pernikahan di bawah tangan, hubungan ini juga sudah dipastikan tidak akan berjalan untuk seumur hidup. Mungkin hanya menunggu Erlang bosan saja hingga dia akhirnya
Tidak perlu bagi seorang Erlang untuk mengetuk pintu atau membunyikan bel terlebih dulu. Begitu dia tiba di apartment yang ditempati Maya, langkahnya langsung menuju kamar utama.'Lupakan dulu Zoya untuk sementara, lupakan rasa bersalahmu itu!' Erlang berseru dalam hati saat tiba di depan pintu kamar. Mendadak pikirannya kacau balau saat hendak menghadapi malam panjang bersama istri mudanya.Di saat yang bersamaan, pesan Hendra masuk ke dalam ponsel Erlang. Dia membuka sandi, lalu membaca teks dari sang sahabat yang isinya sedang memberikan dukungan.(Selamat berbuka puasa, Bro, nikmati saja! Bukankah kamu sudah keluar uang banyak? Dan ingat, ini semua adalah keinginanmu sendiri dari awal.)Usai membaca pesan dari Hendra, Erlang segera meletakkan ponselnya di atas meja yang berdekatan dengan pintu kamar.'Aku pasti bisa,' suara batin Erlang kembali terdengar.'Huhhh ...!" Erlang membuang napas kasar. Tidak ada yang menyangka jika malam ini pria yang kerap berpenampilan rapi itu sengaj
Langkah Erlang begitu pasti dan perasaannya tentang Zoya segera dibuang jauh-jauh. Toh, wanita itu yang selalu menyiksa batinnya selama ini, dan jika dia jujur, sudah pasti Zoya menolak keinginannya untuk menambah istri. Erlang siap bertempur malam ini. Dia menarik pinggang Maya hingga tubuh mereka menyatu. Namun demikian, Erlang tetap mengajukan pertanyaan sensitif pada Maya sebelum memulai kegiatannya."Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatanmu?" Erlang tidak lupa menanyakan apa yang telah di perintahkan di hari sebelumnya. Meski Hendra sudah bercerita dan melihat hasilnya secara langsung, tetep saja pertanyaan itu keluar untuk memastikan lagi. Katakanlah Erlang kejam mencurigai Maya, namun dia tidak peduli dengan hal itu. Mengingat Maya memiliki pergaulan yang bebas, dia tidak ingin kecolongan dengan penyakit berbahaya yang ditularkan dengan cara berhubungan badan. Cukup Zoya yang terinfeksi akibat skandal yang pernah mereka lalui.Tentu ada rasa sakit dalam diri Maya ketika dicuri
Maya berniat untuk mengacaukan momen romantis Erlang dan Zoya lewat telepon. Langkahnya begitu pelan ketika mendekati Erlang dari belakang. Tidak ada keraguan dalam dirinya, karena sudah mengetahui jika Erlang dan Zoya lah yang melakukan pembunuhan berencana pada kakaknya.Drttz.. drttz.Secara bersamaan, ponsel Maya yang diletakkan di atas nakas juga bergetar. Ada pesan masuk ke dalam ponselnya. Dia terpaksa menoleh ketika langkahnya sudah setengah jalan.Erlang melakukan hal yang sama. Dia memutar tubuhnya ke belakang, dan melihat Maya sedang berdiri di samping ranjang.Buru-buru Erlang berpamitan pada Zoya. "Sudah dulu ya, Sayang, sampai jumpa di rumah!" Erlang memberi kecupan, setelah itu mematikan panggilan."Sudah rapi aja, mau ke mana hari ini?" Erlang bertanya sambil berjalan mendekati Maya.Usai membalas pesan salah satu temannya, Maya menjawab pertanyaan Erlang. "Aku mau kerja. Sudah beberapa hari aku tidak memeriksa keadaan butikku.""Hanya itu?" Erlang menatap Maya dengan