Share

Seorang Desainer

Erlang terkesiap mendengar sikap berani Maya. Dia terkejut, karena tidak menyangka jika wanita yang tak memiliki rasa canggung itu ternyata berasal dari negara yang sama dengannya.

Namun, yang paling membuat Erlang kaget adalah sikap liar wanita itu dalam hal penampilan yang terlihat menantang dan mudah membaur seperti orang barat pada umumnya.

Pun dengan attitude sang wanita yang secara blak blakan menyatakan keinginannya.

Erlang tak pernah berharap bertemu dan menyukai jenis wanita yang mudah mengobral tubuh pada setiap laki-laki yang baru ditemui.

Dalam pertemuan pertama saja, wanita itu secara gamblang mengajak Erlang ke sebuah ruangan layaknya seorang wanita penghibur. Tentu Erlang merasa risih berkenalan dengan wanita seperti itu, hingga dia berniat mengakhiri tujuannya yang ingin mengenal dekat wanita pemilik tatto kupu kupu di bagian dada itu.

"Apa maksudnya ini?" Erlang mulai ilfeel, dan tanpa memperkenalkan diri dia hendak melepaskan tangan, seterusnya akan meninggalkan wanita itu.

Namun sudah terlambat. Maya telah menggenggam tangan Erlang dengan erat.

Sebuah senyum licik mengembang di bibir indah Maya. Dia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

"Erlang Januar, seorang pengusaha muda yang memiliki banyak bisnis, dan usahanya bukan hanya dalam negeri saja, bahkan juga hingga mancanegara, salah satu crazy rich yang berasal dari Indonesia. Aku benar bukan?" Secara gamblang, Maya mengatakan apa yang diketahuinya tentang Erlang, dan dia juga mengetahui kedatangan Erlang ke Yunani untuk menghadiri sebuah acara bergengsi di negara tersebut.

"Dari mana kamu mengetahuinya?" Sebagai asisten, Hendra pasang badan dan lebih dulu bertanya. "Apa kamu sedang memata-matai kami dan ingin merencanakan sesuatu yang buruk?" tuduhnya.

Sebagai atasan yang berwibawa, Erlang menutup mulut dengan rapat dan membiarkan Hendra, sang asisten yang bertanya. Selain itu, dia juga masih menunggu sejauh mana Maya memahami kehidupannya.

"Sepertinya kalian melewatkan sesuatu." Maya menoleh pada Hendra. "Apa kamu tidak melihat daftar peserta yang akan mengikuti acara besok malam?" tanyanya dengan tegas, menyatakan jika dirinya adalah seorang desainer muda yang berhasil mengikuti event bergengsi di negara para dewa tersebut.

"Oh ya?" Erlang merasa tertohok dengan pengakuan Maya. Ada sedikit rasa malu, karena baru menyadari jika wanita itu adalah salah satu perancang busana yang berasal dari negaranya sendiri.

"Ya, namaku Maya Saputri, asal Jakarta," Maya kembali memperjelas. "Aku sudah susah payah agar bisa mengikuti acara bergengsi ini, tapi kalian yang berasal dari negara yang sama denganku ternyata mengabaikan keberadaanku. Aku sangat kecewa," ungkapnya.

"Tunggu sebentar." Erlang tak mudah terperdaya dan bersimpati pada wanita yang baru dikenalnya itu. "Jika benar kamu seorang desainer, lalu kenapa harus merayuku seperti sikap yang kamu tunjukkan tadi?"

"Sikap yang mana? Bukankah kita sedang berada di negara yang bebas, jadi aku rasa masih dalam batas kewajaran tanpa menyangkutpautkannya dengan adat ketimuran," Maya menerangkan sambil mengedarkan pandangan pada sekitarnya. "Lagi pula kita ini sedang berada di pantai, jadi penampilan seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah," tambahnya lagi.

"Dengan tidak memiliki rasa malu mengajak seorang pria yang baru dikenal ke sebuah tempat pribadi, apa menurutmu itu masih termasuk hal yang wajar?" Erlang bertanya lagi.

Maya sontak tergelak mendengar pertanyaan Erlang. Tawanya semakin lebar, mengejek pria yang masih melotot dan mengharapkan penjelasan darinya.

"Hei, wanita aneh, kenapa tertawa seperti orang kesurupan?" Hendra tidak terima sahabatnya diledek oleh wanita asing itu.

Maya segera menghentikan tawanya.

"Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran kalian?" bukannya memberikan jawaban, Maya malah balik bertanya.

"Tentu saja kamu ingin menggoda pak Erlang, makanya kamu mengajaknya ke ruangan pribadimu, lalu akan menjebaknya seperti yang ada di drama ikan terbang. Itu yang kamu inginkan bukan?" tuduh Hendra lagi.

Maya tidak langsung menjawab. Dia lebih dulu menatap Erlang dengan ekspresi yang begitu menggoda. "Apa kamu berpikir hal yang sama dengannya?"

"Ya," jawab Erlang dengan singkat dan wajahnya juga masih terlihat datar.

"Sayangnya kalian salah," balas Maya dengan tenang. "Walau pun aku menyukaimu secara keseluruhan, tapi aku tidak pernah berniat demikian. Aku hanya ingin mengundang kalian berdua, karena kita berasal dari negara yang sama, hanya itu, tidak ada niat lain lagi," jelasnya.

***

Acara yang dinanti telah tiba. Sebuah ajang bergengsi yang diadakan tiga tahun sekali itu telah dimulai dengan khidmat.

Sebagai tamu undangan dan juga perusahaan yang ikut memberikan sponsor pada acara tersebut, Erlang duduk di bagian depan, dan di sebelahnya juga turut sang asisten yang selalu setia mendampingi.

"Kamu sudah mencari tahu tentang wanita itu?" Erlang bertanya pada Hendra tentang Maya.

Sungguh, Erlang masih penasaran dengan kemunculan wanita yang nyaris membuatnya kehilangan kendali. Bahkan sejak kejadian di pantai itu, pikiran Erlang sudah tidak karuan.

"Sudah, aku sudah menelusuri kehidupan Maya yang sebenarnya," jawab Hendra dengan santai.

"Bagaimana hasilnya?"

"Maya Saputri memang seorang desainer asal Indonesia, tapi dia belum memiliki nama yang cukup besar. Masih sangat pemula."

"Lalu bagaimana bisa dia lolos mengikuti ajang bergengsi ini?"

"Itu yang sedang aku usahakan untuk mencari tahunya, siapa orang yang berada di belakangnya dan membantunya untuk mengikuti acara ini?" Hendra menjeda ucapannya, karena seorang pria asing menghampiri mereka dan menyapa Erlang serta bertukar cerita untuk beberapa saat.

"Nice to meet you too," ucap Erlang ramah pada rekan sejawatnya setelah percakapan singkat itu berakhir, lantas bertanya kembali pada Hendra setelah kepergian pria bule itu.

"Ada yang lain?"

"Aku mendapatkan berita jika Maya sudah tidak memiliki sanak keluarga lagi. Dia adalah wanita pekerja keras dan sudah menjadi anak yatim piatu sejak usianya masih remaja. Dari kecil, dia juga hanya tinggal bersama dengan kakak laki-lakinya."

"Oh ya?" Muncul sedikit rasa simpati dalam diri Erlang. Ternyata Maya memiliki kehidupan yang sulit pada awalnya, sama seperti hidupnya yang berasal dari keluarga pas pasan.

"Dan yang parahnya lagi, sang kakak yang selalu bersamanya telah pergi meninggalkan Maya saat masih SMA. Bisa dipastikan jika dia tinggal sebatang kara selama ini," jelas Hendra lagi.

Seketika itu rasa kagum muncul dalam diri Erlang. Benci dah jijik yang sempat terlintas dalam pikirannya kini berubah menjadi takjub.

Ternyata perjuangan wanita itu tidaklah mulus. Hal itu pun mengingatkannya kembali pada Zoya, istri kedua dan merupakan wanita satu-satunya yang sangat dicintai Erlang.

Selama kurang lebih dua jam lamanya, acara berkelas yang dihadiri beberapa negara itu akhirnya berakhir juga.

Terlihat satu persatu para tamu undangan mulai meninggalkan tempat mewah tersebut. Namun, tidak berlaku untuk Erlang. Tampak pria itu masih menunggu munculnya Maya yang sudah dikirimi pesan singkat terlebih dulu.

"Kamu yakin dengan pilihanmu ini?" Hendra bertanya kembali. Sebagai seorang sahabat dan orang terdekat, dia selalu mendukung keputusan Erlang.

"Sangat yakin," jawab Erlang dengan pasti.

Tak berselang lama, wanita yang ditunggu akhirnya keluar juga. Erlang semakin terpesona melihat penampilan Maya yang kini jauh lebih tertutup dari pertemuan mereka yang pertama.

"Dia sudah datang, jadi sebaiknya aku pergi saja," ucap Hendra, lantas meninggalkan Erlang yang masih terpana pada pesona wanita bergaun hitam tanpa lengan itu.

Seketika Erlang meleleh melihat Maya yang sedang berjalan menghampirinya. Wajah dan senyum manis itu membangkitkan sesuatu yang telah lama mati dalam dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status