Share

Badai

   “Yang benar, Dok? Istri saya hamil?”

   “Benar, Pak. Usia kandungan Istri anda baru menginjak tiga minggu. Selamat, ya, Bapak dan Ibu,” dokter memberikan hasil pemeriksaan pada Joe dan Rara, “Karena ini adalah kehamilan pertama dan usia kandungan masih sangat muda, tolong lebih berhati-hati dan jangan sampai kelelahan, ya.”

   “Terimakasih banyak, Dok,” ucap Rara sembari tersenyum.

Joe tampak sangat bahagia, dia segera memeluk Rara setelah keluar dari ruangan Dokter.

   “Terimakasih, Ra. Terimakasih karena kamu memberikan hadiah yang sangat berharga untukku,” ucap Joe yang masih memeluk Rara.

   “Joe...” Rara memanggil Joe lembut.

   “Hmm?” Joe melepas pelukannya dan menatap Rara sembari tersenyum.

   “Aku tidak akan lagi memintamu untuk meninggalkan Clay. Tapi, bisakah kamu setidaknya meluangkan lebih banyak waktu untukku?”

   “Tentu saja,” Joe tersenyum lembut dan membelai rambut Rara.

Saat hendak pulang dari rumah sakit, Joe segera menelepon Mamanya dan memberi kabar bahwa Rara sedang hamil. Mama dan papa Joe sangat senang mendengar kabar tersebut.

Joe melajukan mobilnya untuk mampir ke rumah orang tuanya sebelum pulang. Sepanjang perjalanan, Joe terus tersenyum karena merasa sangat bahagia atas kehamilan istrinya. Joe memang tidak mencintai Rara, namun bagaimana pun, dia tetap ingin segera memiliki keturunan.

*** 

   “Wah, selamat, ya, Rara. Mama bahagia sekali mendengarnya,” ucap Mama Joe sambil memeluk Rara erat.

   “Terimakasih, Ma.”

   “Mulai hari ini, kamu pakai pembantu saja ya, Ra. Mama takut kamu kelelahan.”

   “Tidak usah, ma. Rara bisa mengurus rumah sendiri, kok. Lagi pula, Rara hanya tinggal berdua dengan Joe, jadi tidak banyak yang harus dikerjakan di rumah.”

   “Baiklah, tapi kalau kamu butuh bantuan, segera telepon Mama, ya.”

   “Iya, Ma.” jawab Rara lembut.

Setelah berbincang dengan mama Joe, Rara menyusuri sekeliling rumah untuk mencari keberadaan Joe. Dia berjalan ke arah taman belakang dan menemukan Joe sedang duduk sendirian sambil melamun.

   “Kamu kenapa, Joe?” tanya Rara.

   "Tidak apa-apa, Ra,” ucap Joe, “Malam ini kamu ingin pulang, atau bermalam disini?”

   “Kita pulang saja, ya.”

   “Baiklah. Aku akan berpamitan pada Mama dan Papa dulu, ya.”

Setelah berpamitan, Rara dan Joe berjalan keluar untuk pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, Joe tampak tidak tenang. Dia sangat diam dan sesekali melihat ponselnya. Rara tahu, pasti dia sedang bingung tentang Clay. Karena, Clay pasti akan marah jika tahu Rara sedang hamil.

Tak lama, mereka sampai di rumah. Karena jalanan sedang sepi, mereka tidak butuh waktu lama untuk sampai. Rara sudah turun dari mobil dan berjalan untuk masuk ke rumah. Namun dia tiba-tiba berhenti karena menyadari Joe belum turun dari mobil.

   “Joe?” Rara menghampiri Joe yang terlihat melamun di dalam mobil.

   “Ah, maaf, Ra. Kamu masuklah dulu. Aku akan pergi sebentar.”

Joe langsung pergi mengendarai mobilnya. Rara tahu, Joe pasti akan menemui Clay.

Saat masuk ke rumah sendirian, Rara tiba-tiba merasakan kekosongan. Rumah itu tampak sepi dan dingin. Rara kembali menatap foto pernikahannya. Dia penasaran, apa yang akan terjadi pada hubungan Joe dan Clay sekarang?

*** 

Rara terbangun dan melirik ke arah jam yang tergantung di dinding kamarnya. Jam menunjukkan pukul dua pagi, tapi Rara tidak melihat Joe di sampingnya. Dia beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Joe. Rara keluar kamar dan mengelilingi seisi rumah, namun tetap tidak dapat menemukan Joe. Dia memutuskan untuk kembali ke kamar dan melihat ponselnya.

   [Tidak usah menungguku, Ra. Aku tidak akan pulang malam ini.]

Membaca pesan dari Joe, membuat Rara kembali sedih. Dia menatap langit-langit kamarnya, bertanya-tanya tentang apa yang sedang dilakukan suaminya sekarang. Rara berusaha untuk kembali tidur, namun pikirannya terus berputar hingga membuatnya terus terjaga.

Disisi lain, Joe sedang mencari saat yang tepat untuk memberi tahu Clay tentang kehamilan Rara. Joe sudah berada di rumah Clay dari tadi, namun dia belum berani menceritakan semuanya pada Clay.

   “Sayang? Kenapa kamu tidak tidur dan malah duduk di sini?” ucap Clay sambil berjalan menghampiri kekasihnya yang sedang terduduk lesu di ruang tamu.

   “Tidak apa-apa, Clay.”

   “Ada apa, Joe? Kenapa kamu tampak bingung?”

   “Clay...” Joe menggenggam tangan kekasihnya, “Rara sedang hamil sekarang.”

   “Apa? Rara kenapa katamu?!” Clay mengerutkan keningnya.

   “Rara. . . sedang hamil, Clay. Dia mengandung anakku.”

PLAK!! Tanpa berkata apapun, Clay menampar pipi Joe sangat keras.

   “Bagaimana bisa kamu melanggar janji yang kamu buat, Joe?!”

   “Maaf, Clay. Maaf. Kamu boleh marah dan membenciku. Tapi, tolong jangan tinggalkan aku. Aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu.”

   “Kamu sangat egois, Joe! Sekarang kamu tidak akan pernah bisa meninggalkan wanita itu! Lalu, bagaimana denganku?!”

   “Aku akan tetap berada di sisimu, Clay. Kamu bisa memegang janjiku yang satu ini.”

Clay menatap Joe dan tertawa kesal. Dia tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan kekasihnya ini sekarang.

   “Kamu adalah pria paling jahat yang pernah aku kenal, Joe!”

   “Clay... tolong maafkan aku. Aku benar-benar mencintaimu. Aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku. Asal, jangan minta aku untuk meninggalkan Rara.”

   “Baiklah, lakukan apapun yang kamu mau dengan wanita itu. Tapi, kamu harus segera datang kapan pun aku memanggilmu! Buktikan bahwa kamu tidak akan mengabaikanku!”

   “Tentu saja sayang, aku tidak akan pernah mengabaikanmu.”

Joe memeluk erat kekasihnya. Dia merasa bersalah pada Clay. Namun, disisi lain dia tidak bisa meninggalkan Rara saat ini.

*** 

Joe benar-benar tidak pulang dan baru sampai di rumah pukul 6 pagi. Dia melihat Rara sedang memasak untuk sarapan.

   “Sudah pulang, Joe? Cepat mandi lalu sarapan, sebentar lagi makanan sudah siap,” ucap Rara menyambut Joe ramah.

   “Baiklah, aku akan mandi dulu.”

Rara menatap punggung Joe yang sedang berjalan masuk ke arah kamar dengan langkah gontai. Dia enggan bertanya apapun pada Joe. Karena Rara tahu, Joe pasti bermalam di rumah Clay. Sebisa mungkin Rara akan menghindari perdebatan dengan Joe. Dia tidak ingin tahu tentang apa yang terjadi semalam antara suaminya dan Clay. Sekarang, yang terpenting bagi Rara hanya kesehatannya dan bayi yang dikandungnya.

Saat ini Rara sudah selesai menyiapkan sarapan dan menunggu Joe selesai mandi untuk makan bersama. Tak lama, Joe datang dan menghampiri meja makan.

   “Semalam kamu tidak menungguku, kan?” tanya Joe yang sedang menarik kursi untuk makan bersama Rara.

   “Tidak, Joe. Aku langsung tidur dan tadi pagi aku baru menyadari bahwa kamu tidak pulang ke rumah.”

   “Maaf, Ra.”

   “Untuk apa?”

   “Maaf, karena semalam aku tidak pulang. Aku harus memberi tahu Clay tentang kehamilanmu. Tapi, sungguh, tidak ada hal apapun yang terjadi diantara kami.”

   “Aku tidak peduli, Joe. Aku tidak peduli pada apapun yang kalian lakukan dibelakangku. Berhenti menjelaskan semuanya. Aku tidak ingin banyak berpikir agar bayi kita sehat,” Rara tersenyum sembari memegang tangan suaminya, “Sudahlah, mari kita makan.”

Joe sesekali menatap Rara saat sedang makan. Joe bingung mengapa Rara tetap baik padanya, meskipun Joe selalu bersikap acuh. Joe ingin sekali mencoba membuka hati untuk istrinya, tetapi rasa cintanya pada Clay terlalu dalam, hingga Joe tidak bisa membuka hati untuk wanita lain.

   “Setidaknya aku akan berusaha menjadi suami yang baik untuknya. Aku akan melindungunya dan memenuhi semua yang dia inginkan. Hanya itu saja, aku tidak bisa memberi lebih,” gumam Joe dalam hati sambil terus menatap Rara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status