Share

Jealous

Hari ini Rara bertemu dengan Brian. Mereka bertemu saat makan siang di dekat perusahaan milik papa Joe.

   “Hai, Ra,” sapa Brian saat melihat Rara yang sudah duduk menunggunya. “Kamu naik apa ke sini?”

   “Tadi aku naik taksi, Brian.”

   “Ah, Joe memang benar-benar tidak berguna, ya.”

   “Dia tidak seburuk itu, kok.”

   “Iya, iya... tidak perlu membela suamimu terang-terangan di depanku,” Brian tersenyum sembari menggeleng pelan, “Kenapa mengajakku bertemu?”

   “Karena kamu temanku satu-satunya,” ucap Rara sambil tertawa.

   “Kita benar-benar tidak bisa lebih dari sekedar teman, ya,” balas Brian menggoda Rara.

   “Brian! Hentikan atau kamu akan kuhajar habis-habisan!” Rara mencubit lengan Brian dan mereka tertawa bersama.

Saat sedang bercanda, ponsel Rara berdering dan tertulis nama Joe di layarnya.

   “Halo, Joe. Ada apa?”

   “Kamu sudah makan siang?” tanya Joe diujung telepon.

   “Aku sedang makan siang sekarang, bersama Brian.”

   “Brian? Kamu sedang bersamanya?”

   “Iya, Joe. Aku mengajaknya bertemu untuk makan siang bersama.”

   “Kirim aku alamanya. Biar aku menjemputmu.”

Joe langsung memutus sambungan telepon, kemudian Rara segera mengirim alamat tempatnya makan bersama Brian. 

   “Sepertinya, Joe benar-benar tidak menyukai Brian. Dia selalu saja kesal setiap kali mendengar nama Brian,” gumam Rara dalam hati.

   “Kenapa, Ra?” tanya Brian segera setelah Rara meletakkan ponselnya.

   “Joe bilang, dia akan menjemputku sebentar lagi,”

   “Kenapa sekarang dia berlagak menjadi suami yang baik?”

   “Brian, sebenarnya... aku sedang hamil.”

   “Apa? Benarkah?” Brian membulatkan matanya.

   “Iya, Brian. Usia kandunganku masih sangat muda. Makanya, Joe sangat menjagaku sekarang.”

   “Selamat, ya, Ra. Aku ikut senang mendengarnya,” ucap Brian yang tampak memaksakan senyumnya.

Tak lama, Joe datang dan segera menghampiri mereka.

   “Sudah selesai makan, kan?” tanya Joe sinis.

   “Sudah, kok. Kami sudah selesai makan,” jawab Rara lembut.

   “Ayo kita pulang sekarang,” Joe sedikit menarik lengan Rara, “Bisakah kamu berhenti menemui istriku, Brian?”

   “Jangan konyol, Joe. Brian dan aku hanya—”

   “Diam, Rara. Aku sedang berbicara dengan Brian, bukan denganmu,” ucap Joe memotomg kalimat Rara.

   “Kamu tidak berhak berkata begitu, sementara kamu sendiri malah berhubungan dengan wanita lain,” jawab Brian ketus.

   “Jangan ikut campur urusan rumah tanggaku, Brian! Kamu bukan siapa-siapa, sadarlah!”

mendengar itu, Brian berdiri dari kursi dan mengepalkan tangannya.

    “CUKUP!” Rara sedikit berteriak, “Jangan membuat keributan di tempat umum begini! Ayo kita pulang, Joe.”

Rara menarik Joe keluar dari resto dan meninggalkan Brian di sana. Sepanjang perjalanan pulang, Rara sangat diam tanpa berkata apapun. Joe sesekali menoleh ke arah Rara, ingin memastikan apa istrinya tersebut sedang marah.

   “Aku tidak suka, kamu terlalu sering menemui Brian,” Joe mencoba memulai percakapan.

   “Kamu tahu, aku dan Brian hanya berteman. Kami berteman jauh sebelum aku bertemu denganmu,” jawab Rara kesal.

   “Tapi aku suamimu, aku berhak melarangmu untuk bertemu dengannya.”

   “Maka aku pun berhak melarangmu untuk bertemu dengan Clay!”

   “Kita sudah pernah membahas masalah ini, Ra! Aku tidak akan merubah keputusanku!”

   “Kita juga sudah pernah membahas tentang Brian. Keputusanku pun, tidak akan berubah!”

Joe mengerutkan keningnya dan menatap Rara dengan kesal. Sampai di rumah, Rara segera turun dari mobil dan masuk ke rumah tanpa memperdulikan Joe. Joe mendengus kesal karena sikap Rara yang semakin acuh pada semua perkataan Joe.

Joe turun dari mobil, mengikuti Rara untuk masuk ke rumah.

   “Rara Andini!” panggil Joe yang baru saja masuk ke rumah dan menutup pintu dengan kasar.

   “Apa lagi, Joe?” Rara menarik nafas panjang.

   “Aku belum selesai berbicara! Kenapa sekarang kamu sering mengacuhkanku?”

   “Tolong, Joe. Aku tidak ingin bertengkar.”

Rara berlalu melewati Joe dan masuk ke kamarnya. Kali ini, Joe mengalah pada Rara.

   “Aku akan pulang larut hari ini. Kamu tidur saja duluan, tidak perlu menungguku,” ucap Joe yang sekarang berdiri di depan pintu kamar.

   “Ya,” jawab Rara singkat.

   “Kamu tidak bertanya kenapa aku pulang larut?”

   “Untuk apa? Sudah jelas kan, kamu pasti menemui Clay.”

   “Di kantor sedang banyak pekerjaan! Aku tidak ada waktu untuk sekedar menemui Clay! Tapi mendengar ucapanmu, benar-benar membuatku ingin menemuinya dan tidak pulang ke rumah ini!” Joe mendengus kesal dan segera keluar untuk kembali ke kantor.

Rara menjatuhkan badannya ke ranjang. Dia memandangi langit-langit kamar. Air matanya menetes. Rara ingin sekali menjalani kehidupan rumah tangga yang normal dengan Joe.

Joe kembali ke kantor dengan perasaan yang sangat kesal. Menurut Joe, dia sudah berusaha untuk menjadi suami yang baik untuk Rara, namun istrinya malah sering mengacuhkan perkataannya. Dia merasa frustasi karena pekerjaannya sangat banyak, sedangkan Rara dan Clay malah membuatnya semakin pusing.

***

 

Joe melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, “Sudah pukul tujuh,” gumam Joe.

Joe segera merapikan meja kerjanya dan beranjak untuk pulang. Dia enggan pulang ke rumah, karena sedang tidak ingin melihat Rara. Joe mengambil ponselnya, dan menelepon Clay. Joe berencana untuk pulang ke rumah Clay malam ini, namun Clay tidak mengangkat telepon dari Joe.

Joe segera masuk ke mobilnya dan melaju kencang untuk pergi ke rumah Clay. Joe pikir, Clay pasti sedang ada di rumah sekarang. Dalam perjalanan, Joe masih mencoba menghubungi Clay, namun kekasihnya itu belum juga menjawab telepon dari Joe. 

Joe semakin tidak sabar untuk sampai ke rumah Clay, karena khawatir terjadi sesuatu padanya. Tidak biasanya Clay mengabaikan telepon darinya. Clay akan segera mengangkat telepon dari Joe, meski sedang sibuk sekalipun. 

Sesampainya di rumah Clay, Joe dikejutkan dengan mobil asing yang terparkir di halaman rumah kekasihnya. Joe segera mengetuk pintu rumah Clay. Dia mengetuk pintu cukup lama, hingga ada seorang laki-laki yang membuka pintu dan berdiri di hadapannya.

   “Kamu siapa? Dimana Clay?”

Belum sempat laki-laki tadi menjawab, Joe sudah menerobos masuk ke rumah Clay. Dia berteriak memanggil nama Clay, hingga akhirnya Clay terlihat keluar dari kamar mandi. Rambutnya tampak basah, Clay baru saja selesai mandi.

   “Clay! Siapa pria ini?! Kenapa ada orang asing di rumahmu?!”

   “J—joe, kenapa kamu disini?”

   “Jawab pertanyaanku, Clay!” Joe memegang kedua lengan Clay kasar.

   “Akh... Joe, kamu membuatku sakit!” Rintih Clay.

   “Jawab sekarang, Clay!”

   “Lepaskan! Jangan bersikap kasar padanya!” Pria tersebut menyingkirkan tangan Joe dari Clay.

   “Jangan ikut campur!”

Joe menarik tangan Clay dan memaksa Clay untuk masuk ke mobilnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status