Share

Persaan yang Rumit

Sinar matahari mulai masuk dan membangunkan Rara dari tidurnya. Rara tersenyum menatap suaminya yang smasih tertidur pulas disampingnya. Dia tersenyum saat mengingat percakapannya dengan Joe semalam. Meskipun Joe belum mau mengakhiri hubungannya dengan Clay, setidaknya Rara tahu, Joe juga memikirkan Rara. Saat mulai beranjak untuk memasak, Rara melihat ponsel Joe yang berdering di atas nakas.

   [Sayang, kamu akan menjemputku untuk makan siang, kan?]

Rara tersenyum miris membaca pesan masuk dari Clay itu. Sepertinya, ucapan Joe semalam tidak akan merubah apapun diantara mereka. Rara memilh mengabaikan pesan tersebut dan berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan.

   “Kamu sudah bangun dari tadi?” Terdengar suara Joe yang sedang berjalan ke arah dapur.

   “Iya... Aku kan, harus memasak makanan untuk kita sarapan.”

   “Aku pergi mandi dulu, ya.”

Mendengar ucaapan Joe, Rara hanya mengangguk dan tersenyum. Rara senang, karena hari ini Joe memulai percakapan santai dengannya untuk pertama kalinya.

Tak lama, Joe keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi dan duduk untuk makan bersama Rara.

    “Joe?” panggil Rara memulai percakapan.

    “Iya, Ra? Kenapa?”

    “Bolehkah aku makan siang denganmu hari ini?”

    “Kenapa? Tumben?”

    “Ah, aku hanya tiba-tiba ingin makan siang denganmu.”

    “Besok saja, ya, Ra. Hari ini aku ada janji dengan Clay saat makan siang.”

Rara hanya mengangguk pelan. Sebenarnya, dia tahu bahwa Joe pasti akan lebih memilih untuk menemui Clay. Rara hanya ingin memastikan, seperti apa tanggapan Joe saat dia mengajaknya makan siang bersama di luar rumah.

***

Sejak menikah, Rara banyak menghabiskan waktu sendirian di rumah. Sekarang dia sudah mulai merasa bosan. Sebenarnya, Rara ingin kembali bekerja. Tapi, tentu saja Joe tidak mengijinkannya.

Hari ini Rara berjalan-jalan sendirian untuk menghilangkan rasa bosannya. Setelah berjalan-jalan ke beberapa tempat, Rara memutuskan untuk makan siang di salah satu tempat makan yang sering dia kunjungi. Rara berjalan di bahu jalan sambil melihat sekitar. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat dia mendengar seseorang memanggil namanya dari dalam mobil.

   “Rara!”

   “Brian? Kamu sedang apa disini?”

   “Aku mau makan siang. Kamu sendirian?” Brian keluar mobil dan berjalan mendekati Rara.

   “Iya, aku tadi jalan-jalan sendiri dan sekarang mau makan siang.”

   “Mau makan siang bersamaku?”

   “Boleh!” Rara mengangguk antusias.

Rara sebenarnya tidak ingin makan siang sendiri hari ini. Untung saja, dia bertemu dengan Brian. Mereka bergegas menuju salah satu resto di dekat sana.

Saat sudah sampai, mereka langsung mencari kursi yang kosong dan segera duduk. Namun, baru saja mereka membuka menu untuk memesan makanan, mereka dikejutkan oleh Joe yang tiba-tiba menghampiri mereka.

   “Joe? Kenapa kamu ada disini?” tanya Rara.

   “Tentu saja karena aku sedang makan bersama Clay!” Joe terlihat kesal, “Kenapa kalian makan berdua?”

   “Aku tidak sengaja melihat Rara sedang berjalan sendirian tadi, jadi aku menghampirinya dan mengajaknya makan siang bersama.”

   “Sayang? Ada apa?” tanya seorang perempuan cantik yang datang menghampiri mereka bertiga.

   “Ah, tidak apa-apa. Aku kebetulan melihat Brian dan Rara sedang makan disini. Jadi, aku menyapa mereka.”

   “Oh, Rara? Halo, aku Clay.” Clay mengulurkan tangan pada Rara untuk berkenalan.

   “Halo, aku Rara,” balasnya lalu tersenyum manis ke arah Clay.

   “Aku dan Clay akan pergi dulu. Kalian bersenang-senanglah.”

Joe dan Clay berjalan menjauh meninggalkan tempat itu. Joe terlihat sedikit marah karena Rara berjalan-jalan tanpa memberitahunya.

   “Kamu baik-baik saja?” Tanya Brian.

   “Tentu saja, Brian.” Rara terlihat memaksakan senyumnya.

   "Tolong beri tahu kalan nanti Joe membuat masalah."

*** 

   “Kamu cemburu melihat Rara bersama dengan Brian tadi?” tanya Clay yang sekarang sedang berada dalam perjalanan pulang dengan Joe.

   “Tentu saja tidak. Kenapa aku harus cemburu? Aku bahkan tidak peduli.”

   “Tapi kamu terlihat kesal, Joe.”

   “Sudahlah, Clay. Aku tidak cemburu, aku juga sedang tidak ingin membahas wanita itu.”

Clay terdiam dan melihat keluar jendela mobil. Dia merasa bahwa Joe sepertinya mulai menyukai Rara. Tapi, bagaimanapun Clay tetap tidak ingin meninggalkan Joe karena dia sangat mencintai Joe. Clay bahkan rela dibenci oleh banyak orang demi tetap bersama Joe.

   “Joe?”

   “Hmm?”

   “Kamu masih mencintaiku, kan?”

   “Tentu saja, Clay. Kamu tidak perlu mempertanyakan hal yang sudah pasti.”

Joe tersenyum dan mencium tangan Clay. Sebenarnya, tidak ada yang berubah dengan perasaan Joe. Dia masih tidak menyukai Rara seperti biasa. Tapi, entah kenapa hari ini dia sedikit kesal melihat Rara makan berdua dengan Brian.

Hari sudah mulai sore. Joe sudah dirumah, sedangkan Rara belum juga pulang. Joe berusaha menghubunginya, namun tidak ada jawaban dari Rara. Joe sangat kesal, dia berpikir akan memarahi Rara habis-habisan saat dia pulang nanti.

Tiba-tiba, Joe mendengar pintu rumahnya terbuka. Dia langsung menoleh ke arah pintu dan melihat Rara masuk ke rumah.

   “Dari mana saja kamu?! Aku bahkan sudah di rumah sejak satu jam yang lalu!”

   “Ah, maaf, Joe.” Rara menjawab singkat, tidak ingin memulai perdebatan.

   “Pasti kamu terlalu asik berkencan dengan Brian, kan?!”

   “Joe! Cukup! Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu!”

   “Jawab pertanyaanku, Rara! Jangan membuatku kesal!”

   "Apapun yang aku lakukan akan selalu membuatmu kesal, Joe. Kamu tidak pernah menganggap semua tindakanku benar!”

   “Jangan melebih-lebihkan! Kamu memang bersalah!”

   “Terserah, Joe! Pikirkan apapun yang kamu mau!”

Rara berjalan melewati Joe, dia benar-benar tidak ingin bertengkar dengan suaminya hari ini. Joe segera menyusul Rara, menghalangi pintu kamar agar Rara tidak bisa masuk.

   “Joe, tolong. Hari ini saja, biarkan aku tenang.”

   “Jawab dulu pertanyaanku!”

   “Apa yang ingin kamu tahu?” Rara mendengus kesal. Dia benar-benar lelah dengan sikap suaminya.

   “Dari mana saja kamu dengan Brian?”

   “Setelah makan, Brian mengantarku ke apotek untuk membeli obat karena aku sedang tidak enak badan, Joe. Setelah itu, kami langsung pulang.” Rara menggeser badan Joe yang masih menghalangi pintu kamar, “Tenang saja, aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Aku tidak sepertimu. Aku tidak akan berselingkuh dan mengecewakan orang tuamu.”

Kemudian, Rara masuk ke kamar dan langsung membaringkan badannya di ranjang. Joe menatap Rara dengan perasaan bersalah. Dia baru menyadari bahwa wajah Rara pucat, karena tadi Joe mendahulukan emosinya. Joe berjalan menghampiri Rara dan duduk di tepi ranjang.

   “Kamu sakit? Apa kamu demam?” Joe menyentuh kening Rara dengan punggung tangannya.

   “Tidak, Joe. Sepertinya aku hanya butuh istirahat.”

   “Tidurlah, kalau nanti masih belum membaik, aku akan mengantarmu ke dokter."

Rara hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Rara tahu, bahwa Joe sebenarnya adalah pria yang baik. Hanya saja, keadaan yang membuatnya terkadang bersikap kekanakan.

   “Kamu tidak perlu memasak untuk makan malam. Kita makan di luar saja hari ini.”

   “Baiklah. Terimakasih Joe, karena sudah mau mengerti.”

Joe hanya mengangguk. Dia menarik selimut untuk Rara dan keluar kamar agar Rara bisa beristirahat. Joe benar-benar bingung dengan perasaannya. Mengapa sekarang dia mudah marah saat mengetahui Rara pergi dengan Brian? Tidak mungkin kan, kalau Joe mulai menyukai Rara?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status