“Apa selingkuhanmu sedang tidak bisa melayani?” Sinis Cloud. Ucapannya itu bagai tamparan sampai Nic menurunkan tangan yang masih membelai pipi. Namun, bukan Niklas Danuarta namanya jika tidak bisa membalas ucapan orang yang mengusiknya. Pria itu meraih pinggang dan menarik tubuh Cloud hingga menubruk dadanya yang bidang. “Apa kamu mulai cemburu? Katakan saja kalau kamu mencintaiku!” “Jangan mimpi!” Cloud mengelak, tatapan matanya dan Nic saling mengunci. Ia sadar mata adalah cerminan hati, dirinya tidak bisa berlama-lama ditatap seperti ini oleh pria yang sangat membencinya. Cloud sadar hanya akan berakhir menjadi bulan-bulanan jika sampai Nic tahu perasaannya. “Mari bercerai, aku akan memberikanmu saham atau apapun yang kamu minta, tapi akhiri semua ini denganku,” ucap Cloud yang masih beradu pandang dengan Nic. “Apa kamu bisa membunuh papamu?” Nic melepaskan Cloud dari pelukan dengan kasar. Ia menarik salah satu sudut bibir dan mengulangi pertanyaannya barusan. “Yang aku in
“Aku tidak bisa, Kala baru saja keluar dari rumah sakit, aku masih harus memantau kondisinya.” Cloud menelinga perbincangan sang suami di telepon. Ia terlihat tidak mencurahkan semua perhatian ke Kala yang sedang menggosok gigi di depan cermin kamar mandi. Wanita itu mengalihkan pandangan saat Nic masuk dan meletakkan kembali ponsel di nakas. Suaminya itu mengambil remote AC untuk menyesuaikan suhu, lalu menata bantal dan guling di kasur. “Siapa yang telepon, Pa?” Tanya Kala. Selain memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata anak sebayanya, Kala memang sangat peduli dengan apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Nic dan Cloud menyadari ini, hingga mereka selalu bertindak hati-hati. Keduanya sama-sama tidak ingin sang putra merasakan konflik yang terjadi. Ancaman Nic soal memanfaatkan Kala sebagai alat untuk membalas Skala pun sepertinya tak akan terealisasi. Ia sangat mencintai Kala, dan cara lain diam-diam sudah dia susun untuk menghancurkan keluarga istrinya, meski sangat curang d
Cloud masih tak percaya bahwa wanita selingkuhan suaminya berani datang ke rumah orangtuanya. Apalagi mendekati dan bicara ke sang putra dengan sangat lembut seperti itu. Cloud berpikir, apakah benar kata orang kalau wanita perebut laki orang itu tak butuh cantik yang penting tak tahu malu? Tapi apa jadinya kalau pelakor itu berwujud seperti Amara? Cantik, wanita karir sukses dengan segudang prestasi, juga salah satu reporter berita ternama di negara ini.Cloud yang dipandang orang lain penuh percaya diri pun bisa sedikit rendah diri melihat Amara.Setelah bicara ke Kala, Wanita berumur tiga puluh dua tahun itu menyapa ramah Skala dan Bianca. Tentu saja wajahnya tak asing bagi mereka. Bianca bahkan mempersilahkan Amara masuk dengan senyuman lebar.Amara tersenyum ke Cloud dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Cloud bergumam di dalam hati, jika sampai Amara membongkar perselingkuhannya dan Nic, maka dia juga tak segan untuk meluapkan segala emosi yang sudah dia pendam beberapa tahun
Nic bangkit dari atas tubuh Cloud. Ia meraih pakaiannya yang tercecer di lantai lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengucapkan satu kata pun. Sedangkan Cloud masih terbaring di ranjang, buliran kristal bening tak terasa menetes dari sudut mata dan buru-buru dia hapus.Dengan tubuh limbung Cloud memungut pakaian dalam miliknya, kemudian berjalan menuju kamar Kala. Ia mendekat ke ranjang dan berbaring di samping sang putra. Air mata Cloud menetes lebih deras, hingga dia harus membungkam mulut dengan kedua tangan agar tidak mengganggu tidur Kala.Hati Cloud sakit, dan dengan memandang wajah Kala dia bisa menjadi kuat lagi. Cloud benar-benar merasa sangat buruk, dia bahkan belum memberi tahu Nic soal laporan guru Kala tentang kondisi psikologis anaknya. Cloud malas berdebat, dia yakin Nic pasti akan mengira dirinya mengada-ada dan berujung menyalahkan.“Saat diminta menggambar keluarga, Kala menggambar empat orang, dia bilang papa dan Kala, lalu Kala dan mama. Saya tidak akan membahas
Nic sengaja tak memberitahu Cloud tentang perbincangannya dan Kala pagi tadi. Namun, entah kenapa dia menjadi tak fokus bekerja sampai beberapa kali salah membubuhkan tanda tangan di berkas yang cukup penting.Nic berdiri dari kursi empuknya. Ia berjalan ke arah jendela kaca lebar di belakang meja kerja, lalu mematung memandang ke luar dengan satu tangan dia jejalkan ke saku celana. Nic sedang berpikir, apa benar dia begitu hebat sampai lima tahun ini Skala tidak mencium gelagat buruknya. Ia sudah berhasil mengacaukan beberapa perusahaan sang mertua, salah satunya membuat produk dari PG Factory milik Skala tak bisa diekspor ke luar negeri.Kelicikan Nic itu hanya salah satu dari beberapa hal yang sudah dia lakukan untuk membuat Skala dan Rain — kakak iparnya panik. Menjatuhkan nilai saham PG group adalah tujuan Nic. Dia berencana membeli banyak saham hingga menjadi pemegang saham terbesar. Jika hal itu sampai terjadi, maka menghancurkan Skala Prawira akan jauh lebih mudah.Nic tersada
"Jangan macam-macam Cloud! Apa kamu tidak takut dengan apa yang akan terjadi kali ini?""Hidupku berubah menjadi mimpi buruk setelah bertemu denganmu, jadi tidak ada lagi ketakutan yang tersisa dariku," jawab Cloud dengan tatapan nyalang."Lalu bagaimana kalau Kala lagi yang akan menjadi korban?" Nic menarik lengan Cloud hingga wanita itu mendekat ke dirinya. "Apa itu juga salahku? Tidakkah kamu berkaca? Kalau kamu berpikir akan ada seorang anak tak berdosa menjadi korban, kenapa kamu memperkosaku malam itu?" Cloud berbicara lantang dan histeris. Ia memukuli dada Nic bertubi dengan sebelah tangan lalu merosot karena sang suami melepaskan cekalan. Cloud terduduk di lantai. Ia tak peduli seberapa menyedihkan dirinya saat ini, karena Nic juga sudah melihatnya berkali-kali."Kala bukan anak hasil perkosaan, aku menikahimu secara sah sebelum melakukannya," balas Nic. Ia menurunkan pandangan melihat Cloud yang sedang menunduk."Tidak cukupkah lima tahun ini untuk melampiaskan dendammu? A
Nic menggulung lengan kemejanya mendengar ucapan Kala. Bocah itu berhasil menyulut rasa kesal yang dia sangkal sebagai rasa cemburu. "Kala, kapan Om Arkan bilang gitu?" Tanya Cloud.Meski seharusnya Cloud senang karena Kala seolah menunjukkan ada pria lain yang peduli padanya di depan Nic, tapi tetap saja dia merasa tak enak hati. Cloud juga tidak tahu kenapa bisa begini, ada rasa sungkan di hatinya ke Nic. Apalagi pria itu langsung memasang muka masam. "Tidak usah panggil om Arkan, Papa akan merawat mama," jawab Nic. Kala dan Cloud sama-sama terbengong. Terlebih Cloud, dia dibuat heran karena Nic membuka lemari bajunya lalu mengambil handuk kecil dari laci di samping baju dalam. Cloud tak percaya Nic bisa tahu di mana dia menyimpan kain kecil itu.Cloud dan Kala memandangi Nic yang berjalan masuk ke kamar mandi. Pria itu menghidupkan kran air, karena mereka bisa mendengar suara gemericik.Tak lama Nic keluar kembali dengan handuk kecil basah di tangan. Ia tanpa bicara duduk di samp
[ Malam ini Kala tidur di rumah orangtuaku ]Tanpa kata pengantar dan basa-basi Cloud mengirimkan pesan itu ke Nic. Ia tidak berharap mendapat jawaban, sehingga langsung memasukkan ponselnya ke saku blazer. Cloud bergegas menuju studio khusus yang ada di perusahaannya untuk melihat pemotretan produk baru Niel Fashion.Saat Cloud sampai, semua orang langsung menunduk bersamaan memberi hormat. Sang model bahkan menghentikan pose hanya untuk melakukan hal yang sama. Cloud membuat gerakan tangan untuk menolak perlakuan orang-orang, dia lantas berdiri di samping fotografer dan melipat tangan ke depan dada."Lanjutkan! Aku hanya ingin melihat sebentar sebelum pulang," ucap Cloud."Tumben! Apa kamu ada acara?" Tanya sang fotografer - yang sudah lebih dari tujuh tahun bekerja untuk perusahaan itu."Hem ... anggap saja begitu," jawab Cloud dengan senyuman menawan. Ia mengalihkan tatapan dari wajah sang fotografer ke model. Paras Cloud penuh semangat seolah menggambarkan apa yang sedang dia ras