Share

Istri Pelupa yang Kau Buat Luka
Istri Pelupa yang Kau Buat Luka
Author: Black Eagle

Salah Kirim

Author: Black Eagle
last update Last Updated: 2024-09-02 17:34:07

“Mas, kok semenjak ada Anara di sini, Mas udah nggak pernah nyentuh aku?"

Pertanyaan yang sudah memenuhi pikiran wanita bermanik cokelat itu selama dua bulan terakhir akhirnya diungkapkan juga. Sembari sesekali menengok ke arah dapur karena khawatir adiknya sendiri mendengar percakapannya, Nasya kini menatap suaminya dengan nanar.

"Aku kan sibuk, lagi ada banyak pekerjaan di kantor, gak punya waktu untuk mikirin itu," ucap Anjas santai, matanya bahkan tak sempat menatap Nasya. Pria itu terlalu sibuk dengan layar laptop yang ada di depannya.

Jawaban Anjas tentu saja membuat Nasya kecewa, namun, ia tetap berusaha tak menunjukkan emosinya di depan sang suami.

"Mas, tapi katanya mas mau anak dari—”

Nasya yang hendak melanjutkan terpaksa menghentikan ucapannya ketika Anara, adik kandungnya, tiba-tiba masuk ke dalam dapur, berjalan pelan sambil bermain ponsel.

Selama setahun terakhir, Nasya memang mengizinkan adiknya untuk tinggal di rumah pribadi miliknya dan sang suami karena rumahnya yang lebih dekat ke kampus Anara.

Saat itu, tentu Nasya memilih untuk berhenti karena perbincangan saat ini terlalu intim dan tidak pantas bagi adiknya untuk mendengarkan semua itu.

Ketika Anara muncul, Nasya tiba-tiba saja menangkap mata Anjas sesekali menatap ke arah Anara yang ikut sarapan pagi.

"Eh mbak, aku kayaknya nggak jadi lanjut kuliah tahun ini," ucap Anara sambil menyajikan makanannya sendiri.

"Kenapa begitu?" tanya Nasya dengan nada khas yang lembut.

"Mau nabung dulu, Ibu juga bilang ke aku, sebaiknya aku tinggal di sini, bareng Mbak, pekerjaan Mbak juga numpuk kan di rumah?"

Mendengar ucapan Anara membuat Nasya tersenyum, dan mengangguk setuju, dia merasa beruntung karena adiknya bisa berada di rumahnya sekarang. Selain karena beberapa pekerjaan yang terasa lebih mudah karena adanya Anara, Nasya juga merasa kedatangan Anara membuat rumahnya terasa lebih ramai.

"Dek." Anjas sekarang berdiri, "Mas tunggu di mobil ya," ucap Anjas tiba-tiba, terlihat buru-buru.

Mereka memang akan bergegas untuk pergi ke tempat Nasya bekerja. Namun, entah mengapa, Nasya merasa suaminya seolah tak ingin menatap baik Nasya maupun Anara.

Nasya ingat saat pertama kali Anara datang ke rumah mereka, Anjas bersikap sangat ramah dan hangat pada adiknya. Namun akhir-akhir ini, Anjas menjadi lebih diam dan dingin. Tetapi untuk saat ini Nasya berusaha untuk tidak berpikir yang aneh-aneh.

"Kamu kalau capek istirahat saja ya. Nanti biar Mbak aja yang beresin rumah.” Nasya akhirnya pamit, tak ingin membuat sang suami menunggu lama.

"Mas nanti kita ke rumah sakit ya,” pinta Nasya tak lama setelah ia masuk ke mobil.

Nasya memang tak ada janji untuk bertemu dokter. Namun, keinginannya untuk memiliki anak kerap membuat ia terus menerus penasaran dengan kesuburan dirinya sendiri.

"Buat apa?" tanya Anjas dengan nada lesu, tak ada semangat sama sekali di wajahnya.

"Cuman ngecek kesuburan aku, sama kamu juga. Aku capek, Mas, dikatain mandul sama orang-orang!"

Suara Nasya mulai sedikit meninggi membuat Anjas menggelengkan kepala dan tidak senang, dia terlihat berusaha menahan sesuatu.

"Kita sudah ke dokter beberapa bulan lalu, sayang. Ngapain ke dokter terus? Buang-buang duit aja."

Mendengar apa yang dikatakan Anjas membuat Nasya merasa tersinggung, "Kok kamu ngomong gitu, sih?"

"Ngomong apa?" tanya Anjas kembali, seolah tak sadar jika apa yang ia ucapkan cukup menyakitkan untuk Nasya.

"Kalau ke dokter itu buang-buang duit. Atau … kamu sudah gak ingin punya anak ya, Mas?” tanya Nasya sembari menundukkan kepalanya, “tapi kalau boleh jujur, mungkin tak apa jika kamu gak mau. Masalahnya, kamu gak akan “diwawancara” sama rekan kerja kamu, tetangga, dan ibu kamu, terkait kapan punya momongan.”

Nasya mengatakannya dengan pelan. Bagaimanapun, Nasya tak bisa dipungkiri jika ucapan suaminya memang membuat dirinya sedih, karena faktanya, memang Nasya yang kerap dicap sebagai wanita mandul oleh keluarga dan kerabat sang suami.

"Kok ibu aku sih yang kamu salahkan?" Anjas lalu meminggirkan mobil dan menatap Nasya dengan tatapan yang cukup tajam. "Kamu yang nggak bisa hamil, toh, kok ibu aku yang kamu bawa-bawa."

"Ya gimana mau hamil Mas, kalau aku aja nggak disentuh sama kamu."

"Gimana aku mau sentuh kamu kalau kamu sendiri pulang ke rumah muka kamu loyo, aku juga kecapean di kantor, udahlah, aku nggak mau debat lagi!"

Dia lalu membuka pintu mobil dan menyuruh Nasya untuk keluar.

"Kamu nyuruh aku keluar?" tanya Nasya dengan mata yang membulat, "Apa-apaan ini, Mas!"

"Kamu pakai taksi aja, aku nggak mau lagi aku hancur cuman karena bahas anak yang bahkan belum lahir!"

Nasya hanya bisa menganga tipis, tak percaya dengan apa yang suaminya katakan, dia mengepalkan tangan lalu melipatnya di dada, "Aku nggak bakalan keluar."

Nasya cemberut, dan Anjas kembali menutup pintu mobil lalu melanjutkan perjalanan. Ini adalah pertama kalinya Nasya diperlakukan seperti itu oleh Anjas, dibentak dan disuruh keluar dari mobil tentu adalah sesuatu yang menyakitkan.

Nasya tidak kuasa menahan air matanya dan menangis di samping Anjas, sementara suaminya itu menggelengkan kepala. Dia merasa bersalah tapi sayangnya dia juga punya kepribadian yang cukup keras. Susah baginya meminta maaf.

"Sudahlah jangan nangis gitu, maskara kamu luntur nanti."

Tapi Nasya masih terisak sesenggukan di samping Anjas yang membuat Anjas harus membujuk istrinya itu dan berusaha untuk bisa minta maaf.

"Kamu ya Mas, bisa-bisanya kamu ... Bentak aku!" Nasya masih tersedu-sedu, "Kamu mau aku jalan kaki ke sekolah, ha?"

"Makanya, gak usah drama di pagi hari gini, Nasya.” Nada suara Anjas lebih tenang dan dia kembali menjalankan mobil menuju tempat mengajar Nasya.

Nasya tak lagi mengatakan apa pun dan mulai berhenti menangis, sampai akhirnya mereka tiba di depan gerbang sekolah, dan Nasya berusaha untuk menyelaraskan nafasnya dan kondisi perasaannya sekarang.

Nasya tidak mengatakan apa-apa dan dia keluar dari mobil, sambil membanting pintu, Anjas bahkan tak membujuk dan memilih untuk membelokkan mobilnya menuju tempat kerja.

Nasya yang menatap mobil itu menjauh hanya bisa bersabar, bisa-bisanya suaminya membentaknya, tentu hal itu adalah sesuatu yang tidak bisa dia bayangkan sebelumnya.

Ketika Nasya yang saat ini akan segera mengajar, tiba-tiba notofikasi ponsel yang dia taruh di atas meja berbunyi, menamdalaana bahwa ada pesan yang masuk, Nasya yang penasaran meraih ponsel itu dan melihat siapa yang mengirim pesan.

“Anara, kok pagi-pagi begini dia ngirim gambar?” Nasya bergumam sendiri dan betapa terkejutnya dia ketika melihat gambar yang dikirim Anara, hanya sekali lihat, foto dengan mini dress dan memperlihatkan belahan dadanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Ending

    Keputusan yang sangat berat, membuat Nasya melupakan semuanya lalu menulis kenangan baru? Itulah yang disampaikan oleh Anjas kepada Aina yang saat ini masih mengejar Jaka, ya berkat dukungan ibu Jaka. "Itu bisa menjadi peluang mu, Anjas, kau bisa kembali menarik perhatian Nasya jika itu terjadi, sementara Jaka, dia sulit merayu seorang wanita, Nasya akan sulit jatuh cinta padanya." "Nasya membenciku." Anjas yang sekarang memainkan secangkir kopi yang berada di hadapannya, dia menoleh ke samping dan berkata lagi, "Jaka bahkan berhasil membuatku ragu tentang anakku sendiri, dia berkata seharusnya aku mengecek kondisi fisik ku, secara tidak langsung dia mendidih aku mandul." Anjas mengepalkan tangan. "Jadi, Jaka berpikir bahwa Aysan adalah anaknya?" "Entahlah. Aku tidak tahu, hanya saja dengan hal itu, aku meragukan diriku sendiri." Dia lalu meraih gelas berisikan kopi hangat lalu meneguknya dalam sekali tegukan. "Tapi." Iya menekan gelas itu ke meja dan hampir meremukkan dengan tang

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Perkelahian dan Solusi

    "Kau, astaga kau pikir kau siapa!" Jaka menghentakkan tubuh Anjas ke lantai dan kepalanya terbentur tepat ke dinding. "Kau sudah menghancurkannya, sejak awal, kau merebutnya dariku dan berharap agar bisa merebut Nasya lagi? Kau membuatnya menderita dan kau pikir kau akan mendapatkan kesempatan lagi hanya karena dia melupakan banyak hal tentang ku, he?" Jaka memberikan pelajaran pada Anjas walaupun dokter berusaha menenangkan Jaka tapi tetap saja kemarahan Jaka luar biasa, walau demikian Anjas juga Tidka ingin tinggal diam, dia lalu berdiri dan melawan Jaka dengan perkataan. "Walau pun kau berusaha keras untuk mengambil Nasya dariku, aku pastikan bahwa dia tidak akan mau dengan mu! Sia mencintai ku selamanya, dan aku adalah ayah dari putranya, aku adalah ayah Aysan."Jaka alu tertawa terbahak-bahak, dia maju selangkah, matanya seolah akan segera keluar dari kelopak matanya dengan urat wajah yang begitu terlihat jelas. "Aku pikir kau tahu soal ini, Anjas." Jaka tertawa, dia menggelen

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kedatangan Anjas

    "Apa yang harus aku lakukan Dok? Dia bahkan tidak bisa mengingat anaknya sendiri." Jaka tampak frustasi, luar biasa, dia meremas rambut tebalnya dan mengepalkan tangan satunya. Dokter yang duduk di belakang meja hanya bisa menghela nafas melihat betapa frustasinya Jaka. "Satu-satunya jalan adalah melakukan operasi, beda, ini bukan hanya mengenai psikologis Bu Nasya, tapi juga terjadi benturan di kepalanya, bukan hanya trauma tetapi juga masalah di dalam otaknya, kami sudah menemukan titik masalahnya, apa yang terjadi pada Bu Nasya sepenuhnya adalah trauma dan luka dalam." "Jadi ... Apa hal itu bisa membantunya, dokter?" Sang dokter tampak ragu tapi pada akhirnya dia menganggukkan kepala, dan berkata kepada Jaka, "Ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk Bu Nasya dan Anda, Anda tak perlu cemas, serahkan semuanya kepada medis, Pak Jaka." Jaka merasa bahwa dia diberikan sebuah pencerahan yang dapat membuatnya merasa lega sempurna. Dia lu berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Belum Sadarkan Diri

    Jaka panik luar biasa stelah dia melihat Nasya saat ini berada di dalam mobil yang berbeda dengannya, sebuah mobil taksi ke sebuah tempat yang dia kenali, yaitu rumah Anjas. Rupanya Nasya masih mengingat mengenai rumah mantan suaminya, tapi memorinya selama tiga tahun berlalu tidaklah dia ingat. Sementara di sisi yang lainnya Aysan sekarang berada di dalam rumah sakit dan berada dalam perawatan yang serius, yang membuat Jak betul-betul tidak bisa memahami situasi dan bagaimana dia akan mengontrol semua ini, semua yang terjadi sekarang. Walau pun seperti itu, dia tidak bisa melakukan apa pun selain ikut di belakang mobil taksi yang Nasya tumpangi, dan kini mobil itu berhenti tepat di hadapan rumah Anjas, sore sudah tiba, dan mungkin Anjas sudah berada di rumah saat ini, karena sudah jam pulang kantor. Nasya yang keluar dari taksi langsung menggedor-gedor pintu sambil berteriak di depan pintu, "Anjas, Mas, tolong cepat buka pintunya." "Nasya." Tangan Jaka langsung mencengkeram lenga

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kepanikan Jaka

    "Astaga." Kepanikan tentu saja sekarang dirasakan oleh Nasya, melihat bocah yang terus-menerus memanggilnya Mama sekarang terjatuh dari tangga menuju lantai paling bawah dan sekarang tubuhnya membeku tidak tahu bagaimana dan apa yang harus dilakukan olehnya. Tetapi beberapa saat kemudian dia tersadar bahwa kekacauan itu terjadi karenanya, Lalu Nasya kemudian berlari menuruni tangga. "Aku mohon jangan terjadi sesuatu, kamu harus baik-baik saja, apa yang aku telah lakukan padanya." air mata kemudian mengalir dari pipinya. dia langsung membungkuk dan meraih tubuhnya yang kepalanya sekarang terbentur dan mengalir darah dari sana. bocah ini tidak sadarkan diri Nasya sama sekali tidak tahu bagaimana harus apa. Jadi yang dia lakukan adalah mungkin membaca itu dan keluar dari rumah, ke arah pos satpam. Nasya sekarang panik lalu berteriak, "Tolong, terjadi sesuatu, Tolong! Bantu aku, Pak." satpam yang sedang meminum kopi dan membaca koran di pos satpam yaitu mendengar suara Nasya langsung

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Mama Marah

    "Akan ada operasi yang mungkin kau akan lakukan, jadi aku mohon janga membangkang untuk kesembuhan kau, Nasya, aku harap aku paham." Jaka yang saat ini masih memandang ke arah Nasya yang duduk di hadapannya. sebenarnya pikran Nasya masih ingin percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jaka tetapi sepertinya berbeda dengan hati Nasya yang tentu saja masih berpikir bahwa Anjas atau mantan suaminya itu adalah pribadi yang setia dan tidak mungkin menghianati Nasya. jadi Nasya masih memilih untuk tidak mempercayai apa yang Jaka katakan. "Aku hanya ingin sekali saja bertemu dengan Anjas dan mendengar apa yang dia katakan, jika kau mengurungku seperti ini bagaimana aku bisa percaya kepadamu, aku sama sekali tidak ...." dia menundukkan kepala dan merasa bimbang dengan apa yang harus dia katakan. Sesekali dia menelan saliva dan mencoba berpikir kata apa yang harus dia keluarkan dari mulutnya. "tentu saja ... astaga apa yang harus aku katakan lagi agar bisa membuat kau percaya. sepertinya tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status