Share

Pulang

Penulis: Black Eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-02 17:34:53

Bibir Nasya terbuka, menganga tipis, dia tentu sangat terkejut dan tanpa berpikir panjang dia langsung menelpon Anara tapi sang adik tidak menjawab panggilan Nasya dan lebih memilih mengirimkan pesan kepada Nasya, pesannya berbunyi, “Maaf Mbak, salah kirim.”

Nasya yang merasa penasaran akan ke mana Amara mengirim pesan itu, membalas, “Memangnya mau dikirim ke mana gambar kayak gitu?”

Nasya menunggu beberapa saat agar Anara menjelaskan tentang pesan salah kirim itu, tapi fokus Nasya terganggu ketika salah seorang murid laki-laki berkata di sampingnya, “Bu Nasya.” Nasya menoleh ke arahnya, “Maaf Bu tapi, Ibu belum mulai mengajar?”

“Oh iya astaga, baik, Ibu mulai sekarang ya,” Nasya tersenyum dan memilih untuk menaruh ponselnya dan membuka buku cetak yang berada di samping ponsel miliknya.

Maka pada saat ini Nasya memilih untuk mengajar dan memilih untuk lupa dengan apa yang dia baca tadi, atau dia memang lupa.

Tak ada bagi Nasya ingatan sama sekali dengan foto yang baru saja dia lihat di layar ponselnya, dia bahkan tidak memikirkan tentang Anjas yang membuatnya harus berdebat tadi pagi.

Nasya sama sekali tidak punya waktu untuk saat ini memikirkan hal lain selain mengerjakan tugas-tugas, tapi sayang beberapa saat ketika akan pulang, dia mendengar bisik-bisikan dari guru lain tentang dia.

“Ke mana aja Bu Nasya?”

Tentu hal itu ditanyakan setelah mereka bergunjing tentang Nasya yang hendak pulang sekarang. Nasya yang sudah mengemas barang-barangnya di ruang guru menoleh ke arah para guru yang bergunjing tentang dia.

“Nggak kemana-mana, kok Bu,” kata Nasya lalu meninggalkan ruang guru, mereka yang bergunjing tentang Nasya masih saja melanjutkan gunjingan mereka dan Nasya yang sekarang berdiri di pinggir jalan berusaha menghubungi suaminya.

Sayangnya saat itu, Anjas tidak bisa dihubungi, “Astaga Mas, kok Mas nggak ngangkat panggilan aku sih.” Nasya yang mendecak kesal dan terpaksa untuk menggunakan angkutan umum, tapi sebelum Nasya berjalan ke arah jalan raya yang ramai, dan sedikit jauh dari sekolah, tiba-tiba mobil suaminya muncul di hadapannya.

“Maaf ya, tadi ada urusan di kantor, banyak, jadi aku agak lambat jemput kamu.”

Nasya yang kesal hanya diam dan langsung masuk ke dalam mobil, dia tidak berbicara apa-apa sementara Anjas berusaha untuk menjelaskan semuanya pada Nasya, sayangnya Nasua sedang tidak mau mendengarkan.

Tetapi tatapan Nasya saat ini menyipit ketika melihat Anjas berusaha menyelaraskan nafas dan keringat terlihat di lehernya, dia juga tampak berantakan, Anjas, rambutnya acak-acakan dan kemejanya terlihat kusut.

“Mas.”

“Iya?” Anjas menoleh ke arah Nasya dan Nasya yang mengerutkan kening bertanya.

“Kok Mas kelihatan nggak baik-baik aja, emang ada apa aja di kantor sampai harus berkeringat gitu, rambutnya juga berantakan?”

Pertanyaan itu membuat Anjas menelan saliva dan langsung membuat dia merapikan rambutnya, sambil berkata kepada Nasya, “Ada pekerjaan di lapangan sayang jadi Mas agak kewalahan tadi.”

Nasya hanya menaikkan alis mempercayai apa yang dikatakan sang suami, dan mereka pada akhirnya sampai di rumah yang tampak sederhan tapi bisa dikatakan cukup luas, halaman rumah yang asri dijadikan Anjas sebagai tempat parkir.

Nasya tak mengatakan apa-apa kepada Anjas dan memilih masuk ke dalam rumah, dia melihat Anara bersda di sana dengan pakaian mini dress yang membuat Nasya tidak nyaman.

“Kok kamu pake baju kek gitu, Dek?” Nasya bertanya, Anara yang tadi mengemil di depan televisi dengan kaki di atas lengan sofa langsung menurunkan kakinya.

“Hmm maaf Mbak tapi pakaian aku memang ....” Anara terdiam seketika saat melihat Anjas masuk, pandangan mereka bertemu, Nasya yang menyadari hal itu kemudian menoleh ke arah Anjas, tapi sayangnya bukannya mengatakan sesuatu Anjas langsung pergi meninggalkan ruang utama.

“Ke kamar kamu, terus ganti pakaian kamu tuh.”

“Baik Mbak.” Anara adik Nasya, sudah beberapa bulan dia berada di rumah Nasya dan Anjas, dan sering kali dia menggunakan mini dress, hanya saja Nasya tidak mengingat momen-momen seperti itu.

Nasya masuk ke dalam kamar dan mencoba untuk beristirahat sejenak sementara Anjas tampak melepas kemejanya dan memperlihatkan perutnya yang bersih, dia punya kulit coklat susu yang cukup cerah.

Nasya tersenyum melihat suaminya yang selalu terlihat tampan, dia lalu menutup pintu dan memeluk Anjas dari belakang.

“Mas.”

“Hmm.”

“Mas nggak mau tuh punya anak, kan udah lama Mas nggak nyentuh aku.”

Tapi saat itu Anjas malah melepaskan tangan istrinya yang memeluk dia dari belakang, lalu berkata, “Mas tentu pengen punya anak, tapi saat ini Mas capek, sayang.” Anjas duduk di pinggir ranjang.

Nasya yang kesal dan menganggapnya sebagai penolakan lalu mengingat sesuatu, bahwa dia sejak tadi menghubungi Anjas tapi Anjas tidak mengangkat panggilannya.

Tentu hal itu dijadikan Nasya sebagai tanda bahwa dia kesal, “Tadi aku nelpon kamu loh Mas, tapi Mas nggak ngangkat.”

“Tapi nggak ada panggilan masuk di hp aku.”

Nasya menggelengkan kepala saat suaminya berusaha mengelak dengan apa yang Nasya katakan, membuat Nasya saat ini hanya bisa menghela nafas dan mengaktifkan ponselnya sambil menunjukkan ke arah Anjas.

“Lihat nih, Mas, udah berapa kali aku nelpon kamu, sampai lima belas kali!”

Anjas yang masih sibuk dengan ponselnya, berusaha untuk meraih ponsel Nasya dan melihat layar ponsel itu, kerutan di kening Anjas terlihat ketika layar ponsel itu menunjukkan panggilan yang mengarah ke nomor lama Anjas.

“Sayang, ini mah nomor lama aku.”

Tapi saat itu, Anjas yang hendak memberikan ponsel Nasya, menoleh ke arah istrinya dan melihat Nasya sedang menatap kosong.

“Nasya.” Anjas menepuk bahu Nasya.

“Iya mas?” Nasya menoleh ke arah Anjas dan dalam seketika, Nasya lupa dengan semua masalah yang terjadi, hal itu tentu membuat Anjas merasa bingung dan semakin aneh, ada apa dengan Nasya yang tiba-tiba lupa semuanya.

“Nggak ada apa-apa kok, sayang.” Anjas yang langsung melempar ponsel Nasya ke atas ranjang, dan berdiri lalu berkata, “Mas mau mandi.” Anjas dengan singkat.

Mata Nasya berbinar dan berkata, “Mas mau mandi ya, kebetulan aku juga mau.”

Anjas menggelengkan kepala dan berkata lagi, “Tapi aku mau mandi sendiri, Nasya.”

Nasya memutar bola matanya kesal dan membalas Anjas, “Ya kalau gitu nggak usah mandi Mas.”

Anjas terlihat menghela nafas dan menelan saliva, lagi pula memang benar bahwa sudah cukup lama dia tidak menyentuh istrinya.

“Ya udah, sini mandi bareng Mas.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Ending

    Keputusan yang sangat berat, membuat Nasya melupakan semuanya lalu menulis kenangan baru? Itulah yang disampaikan oleh Anjas kepada Aina yang saat ini masih mengejar Jaka, ya berkat dukungan ibu Jaka. "Itu bisa menjadi peluang mu, Anjas, kau bisa kembali menarik perhatian Nasya jika itu terjadi, sementara Jaka, dia sulit merayu seorang wanita, Nasya akan sulit jatuh cinta padanya." "Nasya membenciku." Anjas yang sekarang memainkan secangkir kopi yang berada di hadapannya, dia menoleh ke samping dan berkata lagi, "Jaka bahkan berhasil membuatku ragu tentang anakku sendiri, dia berkata seharusnya aku mengecek kondisi fisik ku, secara tidak langsung dia mendidih aku mandul." Anjas mengepalkan tangan. "Jadi, Jaka berpikir bahwa Aysan adalah anaknya?" "Entahlah. Aku tidak tahu, hanya saja dengan hal itu, aku meragukan diriku sendiri." Dia lalu meraih gelas berisikan kopi hangat lalu meneguknya dalam sekali tegukan. "Tapi." Iya menekan gelas itu ke meja dan hampir meremukkan dengan tang

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Perkelahian dan Solusi

    "Kau, astaga kau pikir kau siapa!" Jaka menghentakkan tubuh Anjas ke lantai dan kepalanya terbentur tepat ke dinding. "Kau sudah menghancurkannya, sejak awal, kau merebutnya dariku dan berharap agar bisa merebut Nasya lagi? Kau membuatnya menderita dan kau pikir kau akan mendapatkan kesempatan lagi hanya karena dia melupakan banyak hal tentang ku, he?" Jaka memberikan pelajaran pada Anjas walaupun dokter berusaha menenangkan Jaka tapi tetap saja kemarahan Jaka luar biasa, walau demikian Anjas juga Tidka ingin tinggal diam, dia lalu berdiri dan melawan Jaka dengan perkataan. "Walau pun kau berusaha keras untuk mengambil Nasya dariku, aku pastikan bahwa dia tidak akan mau dengan mu! Sia mencintai ku selamanya, dan aku adalah ayah dari putranya, aku adalah ayah Aysan."Jaka alu tertawa terbahak-bahak, dia maju selangkah, matanya seolah akan segera keluar dari kelopak matanya dengan urat wajah yang begitu terlihat jelas. "Aku pikir kau tahu soal ini, Anjas." Jaka tertawa, dia menggelen

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kedatangan Anjas

    "Apa yang harus aku lakukan Dok? Dia bahkan tidak bisa mengingat anaknya sendiri." Jaka tampak frustasi, luar biasa, dia meremas rambut tebalnya dan mengepalkan tangan satunya. Dokter yang duduk di belakang meja hanya bisa menghela nafas melihat betapa frustasinya Jaka. "Satu-satunya jalan adalah melakukan operasi, beda, ini bukan hanya mengenai psikologis Bu Nasya, tapi juga terjadi benturan di kepalanya, bukan hanya trauma tetapi juga masalah di dalam otaknya, kami sudah menemukan titik masalahnya, apa yang terjadi pada Bu Nasya sepenuhnya adalah trauma dan luka dalam." "Jadi ... Apa hal itu bisa membantunya, dokter?" Sang dokter tampak ragu tapi pada akhirnya dia menganggukkan kepala, dan berkata kepada Jaka, "Ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk Bu Nasya dan Anda, Anda tak perlu cemas, serahkan semuanya kepada medis, Pak Jaka." Jaka merasa bahwa dia diberikan sebuah pencerahan yang dapat membuatnya merasa lega sempurna. Dia lu berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Belum Sadarkan Diri

    Jaka panik luar biasa stelah dia melihat Nasya saat ini berada di dalam mobil yang berbeda dengannya, sebuah mobil taksi ke sebuah tempat yang dia kenali, yaitu rumah Anjas. Rupanya Nasya masih mengingat mengenai rumah mantan suaminya, tapi memorinya selama tiga tahun berlalu tidaklah dia ingat. Sementara di sisi yang lainnya Aysan sekarang berada di dalam rumah sakit dan berada dalam perawatan yang serius, yang membuat Jak betul-betul tidak bisa memahami situasi dan bagaimana dia akan mengontrol semua ini, semua yang terjadi sekarang. Walau pun seperti itu, dia tidak bisa melakukan apa pun selain ikut di belakang mobil taksi yang Nasya tumpangi, dan kini mobil itu berhenti tepat di hadapan rumah Anjas, sore sudah tiba, dan mungkin Anjas sudah berada di rumah saat ini, karena sudah jam pulang kantor. Nasya yang keluar dari taksi langsung menggedor-gedor pintu sambil berteriak di depan pintu, "Anjas, Mas, tolong cepat buka pintunya." "Nasya." Tangan Jaka langsung mencengkeram lenga

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Kepanikan Jaka

    "Astaga." Kepanikan tentu saja sekarang dirasakan oleh Nasya, melihat bocah yang terus-menerus memanggilnya Mama sekarang terjatuh dari tangga menuju lantai paling bawah dan sekarang tubuhnya membeku tidak tahu bagaimana dan apa yang harus dilakukan olehnya. Tetapi beberapa saat kemudian dia tersadar bahwa kekacauan itu terjadi karenanya, Lalu Nasya kemudian berlari menuruni tangga. "Aku mohon jangan terjadi sesuatu, kamu harus baik-baik saja, apa yang aku telah lakukan padanya." air mata kemudian mengalir dari pipinya. dia langsung membungkuk dan meraih tubuhnya yang kepalanya sekarang terbentur dan mengalir darah dari sana. bocah ini tidak sadarkan diri Nasya sama sekali tidak tahu bagaimana harus apa. Jadi yang dia lakukan adalah mungkin membaca itu dan keluar dari rumah, ke arah pos satpam. Nasya sekarang panik lalu berteriak, "Tolong, terjadi sesuatu, Tolong! Bantu aku, Pak." satpam yang sedang meminum kopi dan membaca koran di pos satpam yaitu mendengar suara Nasya langsung

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Mama Marah

    "Akan ada operasi yang mungkin kau akan lakukan, jadi aku mohon janga membangkang untuk kesembuhan kau, Nasya, aku harap aku paham." Jaka yang saat ini masih memandang ke arah Nasya yang duduk di hadapannya. sebenarnya pikran Nasya masih ingin percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jaka tetapi sepertinya berbeda dengan hati Nasya yang tentu saja masih berpikir bahwa Anjas atau mantan suaminya itu adalah pribadi yang setia dan tidak mungkin menghianati Nasya. jadi Nasya masih memilih untuk tidak mempercayai apa yang Jaka katakan. "Aku hanya ingin sekali saja bertemu dengan Anjas dan mendengar apa yang dia katakan, jika kau mengurungku seperti ini bagaimana aku bisa percaya kepadamu, aku sama sekali tidak ...." dia menundukkan kepala dan merasa bimbang dengan apa yang harus dia katakan. Sesekali dia menelan saliva dan mencoba berpikir kata apa yang harus dia keluarkan dari mulutnya. "tentu saja ... astaga apa yang harus aku katakan lagi agar bisa membuat kau percaya. sepertinya tidak

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Masih Berusaha

    "Aku sudah katakan semuanya, berkali-kali, Nasya, tapi kenapa kau sama sekali tidak percaya?" Jaka mencondongkan tubuhnya ke arah Nasya yang menghindar dan mengernyitkan kening. "Tolong jangan terlalu dekat dengan ku," ucap Nasya, dia memalingkan pandangan dan Jaka merasa bahwa ya sebaiknya Nasya diberikan sedikit ruang. Lalu tidak lama setelah itu, Boca berusia tiga tahun yang sudah bisa dikatakan aktif dalam berbicara dan memahami pembicaraan ringan seseorang itu berjalan ke arah Jaka. "Aysan." Jaka berdiri dari duduknya dan menghampiri Aysan, "Apa kau butuh sesuatu?" "Apa Mama masih marah sama Aysan?" dia menundukkan kepala cara dia bicara masih sangat sulit untuk dipahami tapi Jaka bisa cukup memahami ucapan Aysan, Nasya juga bisa memahami ucapan itu tapi dia memalingkan pandangannya sekarang, dia tidak ingin memikirkan banyak hal selain pikirannya sendiri yang lupa semuanya. Sementara Jaka dia berlutut setengah di hadapan Aysan dan berusaha meyakinkan bocah itu. "Aysan, Nak.

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Membujuk Untuk Makan

    "Aku tidak bisa terus seperti ini," ucap Nasya yang sekarang berada dalam kondisi yang berantakan, wajahnya dan rambut gelombang yang bahkan belum disisir, matanya menandakan bahwa dia lelah dan tidak bisa berpikir jernih. Semua seolah menghilang dari memorinya. Dan hidup seolah tetap sama, dia merasa bahwa hidupnya sama seperti sebelumnya, tidak seperti apa yang dilihatnya sekarang, yaitu Jaka yang berada di hadapannya mungkin hanyalah omong kosong yang dibuat-buat oleh Jaka untuk mendekati Nasya, itulah Jaka di pikiran Nasya. "Seperti apa?" Jaka yang menyuguhkan makanan di atas meja, sekarang mereka berada di taman halaman depan rumah, Nasya tidak mau makan jika masih berada di dalam rumah karena dia menganggap bahwa jika dia terus berada di dalam rumah maka dia seolah dikurung di dalam sana. Dan dia tidak ingin seperti itu, Jaka pun tidak mau Nasya berpikir demikian. Sehingga yang dia lakukan adalah menuruti saja apa yang diinginkan oleh Nasya untuk saat ini. "Kau seperti menguru

  • Istri Pelupa yang Kau Buat Luka    Belum Makan

    Tok ... tok ... tok .... Suara ketukan yang datang dari luar kamar Nasya, saatnya adalah sarapan pagi, Nasya tidak membuka pintu semalam sehingga tidak ada makan malam yang membuat Jaka merasa cemas. Bagaimana tidak, Nasya menolak bertemu sementara Jaka terus membujuk dan menjelaskan apa yang terjadi. Walau berusaha, Jaka masih belum bisa membujuk. Pagi harinya, Jaka masih berusaha keras, tapi sepertinya Nasya masih menolak, karena itulah Jaka pun mencoba untuk membujuk satu kali, berharap kali ini Nasya mengurungkan niat untuk bersifat keras. Ketukan demi ketukan, bujukan demi bujukan, tak ada satu pun yang berhasil. Aysan juga sudah sangat ingin bertemu dengan ibunya, yang semakin membuat Jaka merasa tidak nyaman. Makan malam gagal, sarapan pagi pun tidak digubris, hingga akhirnya makan siang tiba, Jaka bahkan tidak masuk kerja, dan dia pun bersama dengan Aysan mencoba membujuk Nasya. "Mama tidak mau makan." Aysan dengan ucapan yang masih belum fasih, "Aku tidak mau kalau Mama

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status