Share

Bab 6. Gogiwa Crew

"Kenapa lo..? Wajah kok kusut begini..!" semprot Gibran menyambut kedatangan Zano di pondok Gogiwa Crew Komunitas. Gogiwa Crew (Gigolo Gila Wanita) adalah nama komunitas para lelaki yang mencari rejeki dengan menjual cinta kepada wanita-wanita kesepian yang pada umumnya adalah perempuan yang sudah bersuami namun tidak bahagia di dalam rumah tangga mereka. Dalam permasalahan ini kelompok Gogiwa Crew akan menawarkan jasa untuk mengisi kehampaan hati para nyonya-nyonya yang umumnya  berharta banyak. 

"Gua lagi patah arang, Bran. Pusing gua..!" keluh Zano lalu membanting rokok yang tadi dihisapnya ke tanah. 

"Aduuh... pusing gimana sih Zan? Lo kan baru aja laku dan bayaran lo lumayan gede Bro. Bayangin... baru dua kali aja di ajak kencan ama nyonya Nisti, lo udah dapetin mobil bagus, duit banyak..  bahkan lo udah bisa ngeboyong bini lo tinggal di rumah mewah. Pusing apa lagi sih Bro...?" tanya Gibran sambil menatap wajah Zano dengan pandangan tak mengerti. 

Gibran adalah sahabat Zano walau belum berapa bulan lamanya kenal. Gibranlah yang mengajak Zano bergabung dengan komunitas hitam Gogiwa Crew karena prihatin melihat kehidupan Zano yang morat-marit.

"Lebih baik hidup carut-marut dari pada hidup morat-marit, Bro!" itulah kalimat Gibran yang berhasil membuat Zano pasrah mengikuti jejak Gibran untuk menjadi brondong panggilan atau penjual cinta alias gigolo. 

Tadinya lelaki tampan yang baru turun dari mobil mewahnya itu langsung menemui Zano yang juga baru turun dari mobilnya. Mereka bertemu di halaman sebuah rumah besar yang menjadi markas komunitas mereka. 

"Serius amat masalah lo, Bro? Ada apa sih? Cerita ama gua! " ucap Gibran agak berbisik lalu mengajak Zano duduk di sebuah kursi santai yang ada di depan rumah tersebut. 

"Nah sekarang coba lo ceritain, ada apa?" tanya Gibran mendesak Zano untuk bicara. 

"Bini gua Bran... 

"Kenapa bini lo hah? Bukannya dia udah duduk manis, tidur nyenyak di rumah mewah. Trus apa lagi..?" potong Gibran makin penasaran. 

Akhirnya Zano menceritakan semua permasalahannya dari A sampai Z kepada Gibran. Gibran mendengarkan penuh perhatian. Terkadang matanya melotot dan terkadang mulutnya ternganga. 

"Waduh, sebenarnya dengan siapa sih bini lo bercinta Zan? Gua juga ikutan puyeng kagak ngerti." ujar Gibran sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal setelah Zano selesai bicara. 

"Nah lo kok malah balikan nanya ama gua! Kalo gua tahu gua nggak bakalan ngomong ke elo..!" semprot Zano memasang wajah kesal lalu menghembuskan asap rokok ke udara. 

"Yang anehnya bini gua malah bilang kalo dengan gua lah dia barusan melakukan hal terkutuk itu. Lha.. gua baru aja pulang dan belum sempat masuk ke rumah." sambung Zano melengkapi kisahnya. 

"Serius lo..? Mulut Gibran makin terbuka lebar karena keheranan. 

"Iya. Dan bahkan Aina sibuk memuji gua kalau gua makin perkasa dan lain dari biasanya." tambah Zano dengan mata memandang lurus ke depan. 

"Hahhaha...." ucapan Zano kali ini malah membuat Gibran tertawa seperti mengejek. 

"Kok lo malah ketawa sih?" sungut Zano cemberut. 

"Sorry Bro..! Gua ngerasa geli aja." sahut Gibran sambil mengangkat tangan sebagai isyarat ia meminta maaf. 

"Barang kali itu hantunya si Ridho. Gua yakin banget si Ridho udah meninggal dan hantunya gentayangan." tiba-tiba sebuah suara nyelutuk dari belakang. 

Mendengar suara itu Zano dan Gibran tentu saja kaget alang kepalang dan serentak menoleh ke belakang. 

"Oh elo Silvi.. Ngagetin aja lo ah... Lagian ngapain lo cerita hantu segala hah! Gua merinding tahu..!" bentak Zano kesal. 

Orang yang dipanggil Silvi tersebut terlihat menekuk wajah sedih dan duka yang mendalam. Silvi adalah seorang lelaki kemayu yang selalu berpenampilan feminim dan bercita-cita segera mendapatkan uang untuk biaya operasi ganti kelamin menjadi wanita seutuhnya. 

"Eh Silvi...! Gua tahu lo cinta mati ama si Ridho. Tapi plis dong Sil.. Lo jangan sangkut pautin masalah Zano dengan kehilangan Ridho. Lagian ngapain juga lo nguping cerita orang hah? Kagak sopan tau nggak lo..!" hardik Gibran dengan mata melotot ke arah Silvi. 

Silvi menggigit ujung jari sebelah kanannya dan berdiri kemayu di hadapan Zano dan Gibran. 

"Udah tiga tahun berlalu sejak kepergian Ridho yang pamitnya mau kencan ama Nyonya Nisti, sampai sekarang kagak ada beritanya. Hidup gua hampa semenjak Ridho kagak ada." ucap Silvi malah curhat panjang lebar. Matanya pun mulai berkaca-kaca. 

"Apa? Si Ridho itu dulu juga teman kencan Nyonya Nisti..??" tanya Zano terperanjat. Wajahnya sontak pucat pasi. 

Melihat Zano gelisah Gibran makin marah kepada Silvi. 

"Dasar lo mulut ember Sil..! Buat apa lo cerita yang begituan hah? Kali aja si Ridho itu udah kabur pulang kampung ama bininya. Kok malah lo kait-kaitkan dengan Nyonya Nisti segala..!" bentak Gibran tambah marah. Ia sampai menunjuk wajah Silvi saking jengkelnya. 

"Tenang Bro.. tenang..! Tolong jelaskan ke gua ada apa ini Bro? Siapa si Ridho yang menghilang itu? Gua jadi penasaran." ucap Zano menenangkan Gibran yang emosi. 

Gibran yang tadinya melotot ke arah Silvi kini memutar wajah menoleh ke arah Zano. 

"Jadi begini Zan. Ridho itu adalah teman kita sewaktu lo belum gabung. Tiga tahun yang lalu dia menghilang tanpa kabar setelah dirinya sempat pamit untuk pergi berkencan dengan Nyonya Nisti." beber Gibran mulai menjelaskan. 

"Ooh, lalu apa hubungannya dengan masalah gua..?" tanya Zano tidak mengerti. 

"Tidak aaa... 

Belum selesai Gibran menjawab, Silvi sudah memotong kalimatnya. 

"Masalahnya Ridho itu dulu yang nempati rumah lo sekarang Zan. Bininya juga tinggal disono, tapi setelah Ridho menghilang Nyonya Nisti kemudian mengusir bini-nya Ridho dari rumah itu. Nah kan bisa aaa... 

"Pleeek..!"

Gibran langsung menepuk pelan mulut Silvi dan membuat ucapan waria itu terhenti. 

"Lo emang peak ya... Dasar banci mulut ember! Gua geber lo ntar biar mampus!" maki Gibran sangat kesal karena Silvi masih saja ikut nibrung dalam perbincangannya dengan Zano. Gibran bahkan masih mengangkat tangannya dan itu membuat Silvi bergegas lari menjauh ketakutan. 

"Oh, beritanya kok jadi mistis begini sih? Gua khawatir ama keselematan bini gua. Jangan-jangan bener kalo hantunya Ridho yang datang menyetubuhi bini gua. Hiii..." Zano menggoyangkan kedua bahunya sembari menyeka bulu kuduknya yang tiba-tiba saja meremang. 

"Zano...!" tiba-tiba Silvi datang lagi ke hadapan Gibran dan Zano. Wajahnya menunduk namun melirik takut ke arah Gibran. 

"Mau apa lagi lo hah..??" bentak Gibran sembari berdiri dari tempat duduknya. Lelaki bertubuh atletis dan berwajah tampan itu terlihat benar-benar marah dan hampir saja menempeleng Silvi kalau saja Zano tidak menangkap tangannya. 

"Sabar Bro... Nggak baik begitu ama Neng Silvi." ucap Zano menyabarkan sahabatnya itu lalu menoleh ke arah Silvi begitu Gibran sudah tenang. 

"Ada apa Sil?" tanya Zano kepada Silvi yang hampir menangis ketakutan. 

"Nyonya Nisti mau bicara sama elo Zan. Katanya udah telpon ke hp lo berkali-kali tapi yang jawab bini lo." sahut Silvi menyodorkan ponsel miliknya kepada Zano. 

"Apa? Nelpon ke hp gua bini gua ya jawab...?? Mampuus gua..!!" teriak Zano panik dan menepuk jidatnya. Sementara Gibran ikutan panik dan melongo menatap Zano yang kasak-kusuk mencari sesuatu di dalam saku celananya. 

"Aduuh siaal..! Siaaal..!" Zano makin terlihat panik. 

"Ada apa lagi Zan...??" tanya Gibran semakin bingung melihat kepanikan sahabatnya tersebut. 

"Gua salah bawa hp Bran. Yang gua malah hp milik bini gua..!" seru Zano sambil memperlihatkan sebuah ponsel kepada Gibran. 

"Wasalaaaam...! Gawat darurat celaka dua belas ini..!" Gibran pun ikutan berseru. 

"Ayo cepat Zan..! Jawab nih Nyonya Nisti..!" perintah Silvi kembali menyodorkan ponsel miliknya. Disana sedang menunggu Nyonya Nisti untuk berbicara dengan Zano. 

"Ooh ii.. iya.. Sini hp-nya..!" sahut Zano lalu mengambil ponsel dari tangan Silvi. Sebelum memulai pembicaraan dengan Nyonya Nisti, Zano mengatur nafas sejenak untuk mendapatkan ketenangan. Sedangkan Gibran menoleh kepada Silvi dan meletakkan jari telunjuk di tangan agar waria tersebut jangan berisik. Silvi hanya mendengus sambil menyibakkan rambutnya yang panjang. 

"Haa.. halo sayang..!" terdengar Zano mulai bicara lewat telepon dengan Nyonya Nisti. 

Sekitar beberapa menit berbicara, Zano mengembalikan ponsel kepada Silvi. 

"Bagaimana Zan..?" tanya Gibran dan Silvi hampir bersamaan. 

"Nyonya Nisti memanggil gua untuk datang ke villa." jawab Zano yang disambut senyuman oleh Gibran. 

"Hehehe.. bagus Bro..! Sana, jemput rejeki lo..!" ucap Gibran sedikit memerintah kepada Zano. Bahu Zano sedikit ia dorong agar sahabatnya itu segera pergi menemui Nyonya Nisti. 

"Oke Bro..! Gua kerja dulu..!" pamit Zano kepada Gibran. Gibran tersenyum dan mengangguk. Sedangkan Silvi menatap Zano seakan ada yang ingin ia sampaikan. Namun lelaki kemayu itu melirik takut-takut kepada Gibran yang selalu memasang wajah garang kepadanya.

"Ada apa Sil..?" tanya Zano kepada Silvi. 

Dengan takut-takut Silvi memberanikan diri berkata kepada Zano, "Zan, kalo lo ketemu Nyonya Nisti tolong selidiki tentang Ridho ya..! Pliiiss Zan.. Gua mohon..!" Silvi mempertemukan kedua telapak tangan di depan dadanya. 

Zano tertegun sejenak namun kemudian ia tersenyum dan mengangguk. 

"Oke Sil. Gua akan coba cari tahu." sahut Zano yang langsung membuat Silvi tersenyum penuh harapan. 

Tak lama kemudian Zano pergi dengan mengendarai mobilnya menuju villa tempat Nyonya Nisti menunggu. 

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status