Airy dengan tangan yang bergetar hebat dan tatapan nanar ketika melihat layar ponsel milik Ferdinand. Di video itu, terekam ketika dirinya akan dinodai oleh para preman itu. Saat dirinya dalam posisi telentang di atas ranjang, pria berkepala plontos mendekatinya dan mengukung tubuhnya."A-apa?! Video dari mana ini?" tanya Airy menatap wajah suaminya dengan ekspresi menyedihkan.Airy menggelengkan kepala. Ia tak percaya bahwa video itu sampai ke tangan suaminya. Dan ini, membuat Ferdinand marah padanya."Ternyata seperti ini kelakuan istri yang dipilih oleh kakekku. Tidur bersama laki-laki lain yang bukan muhrimnya," cibir Ferdinand."Mas ...," Airy dengan cepat bangkit dari lantai dan mencoba menjelaskan pada Ferdinand."Percayalah padaku! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Airy hampir menangis.Airy mencoba memberikan penjelasan kepada suaminya. Bagaimana ia bisa dalam posisi seperti yang ada di video tersebut. Airy tak menyangkal karena itu memang dirinya. Dan ia menjelaska
"Tinggallah di sini sampai suamimu pulang dari luar kota," kata Gunawan dengan tegas. Airy mengangguk. "Baik, Kakek."Airy saat ini tengah duduk di sofa ruang keluarga. Ia dibawa ke rumah Gunawan oleh Ramli setelah dibebaskan dari sekapan para penculik. Wanita muda itu begitu trauma dengan penculikan yang baru saja ia alami. Bayangan mengerikan ia rasakan semalam. Hampir saja Airy kehilangan kehormatan jika Ramli tidak segera datang menyelamatkan.Airy menatap Ramli yang sedang berkutat dengan laptop di tangannya. Sungguh ia ingin berterima kasih kepada pria yang seusia dengan ayahnya itu. Ia sangat bersyukur bahwa Ramli menolongnya."Orang yang menyuruh mereka menculik mu dan berencana menodai kamu, adalah salah satu wanita yang menaruh hati pada suami mu. Aku sudah menyelidikinya," beritahu Gunawan.Airy mengalihkan pandangannya terhadap Gunawan. Tanpa ia duga, kakek dari suaminya itu juga mengetahui hal tersebut. Pria itu cukup cepat mengetahui informasi yang bahkan belum tentu se
Airy terbangun dari tidurnya ketika merasakan air yang membasahi wajahnya. Ia membuka matanya dan merasakan pusing yang mendera. Ia mengamati sekeliling dan bingung saat melihat beberapa pria berdiri tepat di hadapannya."Siapa kalian?" tanya Airy dengan suara lemah.Airy mencoba bergerak. Tetapi ada sesuatu yang mengganggu pergerakannya. Ia melebarkan matanya ketika menyadari bahwa tubuhnya di ikat."Sudah bangun cantik?" tanya salah satu dari mereka."Dia bukan cuma cantik. Tapi jika kita mencicipi nya, pasti terasa sangat nikmat. Apalagi masih muda dan perawan." Mereka semua tertawa terbahak-bahak.Airy menegang ketika mendengar niat yang akan dilakukan oleh beberapa preman itu. Ia tak menyangka bahwa dirinya diculik dan akan dinodai.Pria berkepala plontos yang merupakan pimpinan komplotan tersebut, menyeringai tajam menatap Airy. Pria itu mengusap lembut bahu Airy dan bersiap-siap untuk melakukan perbuatan-perbuatan menjijikan. "Apa yang ingin kalian lakukan?" tanya Airy dengan
"Apa?!"Ferdinand terkejut dengan syarat yang diberikan oleh kakeknya. Ia mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya dengan kuat. Apakah mungkin ia akan melakukan itu?Gunawan tersenyum remeh. "Kenapa reaksimu begitu? Bukankah itu bagus? Tidak ada salahnya bukan, suami istri memiliki anak?"'Aku harus memiliki anak dengan Airy? yang benar saja,' batin Ferdinand.Ferdinand tak tahu harus melakukan apa. Menolak syarat yang diberikan Gunawan pun tidak mungkin. Ia pernah berniat untuk menyentuh Airy untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Namun, Airy menegaskan tidak mau melakukan hubungan bersama suaminya sebelum Ferdinand mencintainya.Ferdinand adalah pria yang tidak percaya dengan cinta. Dan mana mungkin, ia bisa mencintai wanita yang telah menjadi istrinya serta harus memberikannya seorang anak?"Apa kamu tidak setuju memiliki anak dengan Airy?" tanya Gunawan mencoba meraba.Ferdinand beralih menatap kakeknya. Ia melayangkan tatapan tak suka terhadap keputusan yang telah dibuat oleh
"Apa yang telah kamu rundingkan kepada kakek sehingga kamu bisa menguasai 40% dari saham perusahaan?" tanya Ferdinand pada istrinya dengan tidak terima. Airy mengerutkan kening mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. "Aku tidak pernah membicarakan apapun. Aku bahkan tidak mengerti apa yang terjadi." Ferdinand menggebrak meja dengan keras membuat Airy berjingkat kaget. Pria itu marah besar kepada istrinya semenjak ia mengetahui bahwa kakeknya menetapkan saham 40% kepemilikan kepada Airy. Pria itu menuduh bahwa Airy itulah mempengaruhi kakeknya agar memberikan saham.Airy mengusap dadanya efek dari terkejut. "Kamu tahu kalau aku jarang bertemu dengan kakek. Apalagi soal membahas mengenai perusahaan. Aku sama sekali tidak mengerti tentang perusahaan. Belajar bisnis pun aku belum sampai persentase 50% yang aku ketahui.""Ini benar-benar sebuah penghinaan untukku. Apa kakekku tidak lagi percaya kepadaku? Dan dia malah memberikan sebagian saham untukmu. Kenapa tidak sekalian kau kuasa
"Apa yang Kak Wina masukkan ke dalam minuman suamiku?" tanya Airy dengan tajam.Wina dengan cepat menampilkan ekspresi yang semula terkejut, menjadi datar. Ia bersikap seolah tidak melakukan apa-apa dan tanpa rasa bersalah sedikitpun."Tidak. Aku tidak memasukkan apa-apa," bantahnya dengan tenang.Airy melangkah perlahan mendekati kakaknya. Ia menatap tajam Kakak tirinya itu. Kemudian matanya beralih kepada secangkir kopi yang baru saja dibuat oleh Wina. Kopi itu masih mengepulkan asap karena Wina membuatnya menggunakan air panas mendidih."Yakin tidak memasukkan apa-apa?" tanya Airy menyeringai tajam.Wina tertawa kecil melihat tingkah Airy. "Kamu ini kenapa sih? Kok curiga begitu?" "Aku tanya, benar atau tidak Kak Wina tidak memasukkan apa-apa ke kopi itu?" Wina mengalihkan pandangan ke arah lain dan menghembuskan napas kasar. "Tentu saja tidak. Memangnya kamu pikir aku memasukkan apa? Racun?" Airy tertawa mendengar ucapan Wina. Jika ia tidak membuktikannya sendiri, Wina akan ter