"Pak Ferdinand! Nyonya Airy melamar bekerja di perusahaan milik keluarga Syamil," beritahu Dicky."Apa?!" Ferdinand terkejut dan khawatir. Sejak kemarin Ferdinand meminta Dicky untuk menyelidiki di mana sang istri melamar bekerja di perusahaan yang berdiri di negara Singapura. Jika misalkan perusahaan itu memiliki hubungan dekat dengan klan Arlyansyah, Ferdinand akan meminta seseorang dan menghubungi pihak pimpinan agar memberikan tempat yang bagus untuk istrinya. Ia tahu bahwa kemampuan yang Airy miliki sangatlah bagus. Dan adanya Airy mengundurkan diri dari perusahaan keluarga Arlyansyah karena adanya diskriminasi di perusahaan itu. Karena Airy dianggap masuk lewat jalur orang dalam. Banyak dari mereka yang masih belum percaya kemampuan yang dimiliki oleh Airy. Dan Airy diperbolehkan masuk ke sana, karena memang mempunyai skill yang bagus. Bukan asal-asalan mengambil karyawan yang dapat merugikan pihak perusahaan.Dan kali ini bukan hanya masalah rumah tangga yang ia pikirkan me
Ferdinand sedang berdiskusi bersama Dicky. Ia kembali lagi ke perusahaan milik keluarga setelah sang kakek mengalami kecelakaan dan koma. Atas permintaan dari Ramli dan juga perundingan bersama para dewan eksekutif, Ferdinand kembali mengambil alih jabatan sebagai CEO. "Yang harus anda perbaiki pertama kali adalah, masalah di bagian administrasi," beritahu Dicky.Hari pertama Ferdinand menjadi CEO kembali, sudah dihadapkan dengan sebuah masalah yang tak pernah terjadi saat dirinya memimpin perusahaan keluarga. Jujur ia kesal karena hal tersebut. Mengapa mereka membuat hal menyulitkan dirinya. "Apakah selama Kakek memegang kendali, tiap bagian divisi mengalami kekacauan?" tanya Ferdinand."Lebih tepatnya, setelah Nyonya Airy mengundurkan diri. Ada seseorang yang menyelewengkan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi," sahut Dicky.Ferdinand terkejut."Benarkah begitu?""Saya menduga sebelumnya karena adanya nyonya Airy, mereka semua tidak berani melakukan penyelewengan dana. Karena N
"Keluar!" "Buka pintunya cepat!" Ferdinand menggedor-gedor pintu mobil samping tempat duduk Airy. Airy menggigit bibir bawahnya dengan kesal. Apa yang ia takutkan terjadi juga. Ferdinand melihat dirinya pergi bersama Yudha dan pria itu marah."Suamimu?" Yudha menoleh ke arah Airy.Airy balas menatap Yudha. Ia merasa tidak enak pada pria itu. Jangan sampai Yudha ikut terseret ke dalam kisruh rumah tangganya. Pria itu akan mendapatkan kesulitan nanti. "Biar aku hadapi. Kamu di dalam saja!" Airy membuka pintu mobil dan turun. Ia lalu memasang wajah angkuh dan menatap Ferdinand dengan tatapan menantang. Wanita itu tak suka jika Ferdinand ikut campur urusan pribadinya. Meskipun pria itu masih menjadi suaminya."Kenapa kamu menghadang kami?" sentak Airy.Ferdinand terkejut dengan ekspresi wajah istrinya. Ini pertama kalinya Airy membentak keras dirinya. Selama ini Airy selalu menjaga tutur katanya dengan lembut. Bersikap seperti itu dan sangat menghormatinya."Kenapa? Kamu tidak suka ak
"Kamu meminta aku untuk mengambil alih posisi pemimpin perusahaan, dimintai tolong sama siapa?" tanya Yudha dengan kening berkerut dalam Setelah pulang dari rumah sakit, Airy mengajak Yudha untuk bertemu di sebuah kafe dekat rumah sakit. Airy mencoba mengusahakan apa yang diminta oleh Ibrahim kemarin. Airy membujuk teman prianya itu, untuk mau mengambil posisi pemimpin perusahaan dan meninggalkan pekerjaannya sebagai abdi negara."Coba kamu pikirkan baik-baik! Satu-satunya anak Pak Ibrahim itu cuma kamu sendiri. Pak Ibrahim kondisi kesehatannya semakin menurun. Apa kamu ingin, perusahaan hancur begitu saja padahal beliau susah payah bangun dengan keringat sendiri?" Yudha terdiam. Selama ini ia berpikir bahwa Airy tidak tahu siapa dia sebenarnya. Ternyata wanita itu mengetahui bahwa dirinya adalah putra dari Ibrahim Syamil. Airy terus berbicara membujuk Yudha dan meyakinkan agar pria itu kembali ke keluarganya dan menangani perusahaan menggantikan sang Papa. Yudha berusaha menolak d
Airy berlari terburu menyusuri lorong rumah sakit. Ia langsung bergegas pergi meninggalkan pekerjaannya setelah mendapatkan kabar mengenai kecelakaan Gunawan. Dengan nafas yang terengah-engah, ia melihat dari kejauhan Ramli dan Ferdinand yang berdiri di depan ruangan operasi. Airy segera mendekati kedua pria berbeda usia itu. "Bagaimana keadaan Kakek?" tanya Airy khawatir. "Masih ditangani oleh Dokter," jawab Ferdinand."Apakah operasi baru saja dimulai?" "Baru saja dipindahkan ke ruang operasi. Para tim medis sedang berjuang didalam sana. Berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga nyawa tetap ada.Airy menoleh ke arah pintu yang tertutup. Raut wajah khawatir dan takut tergambar jelas di wajahnya. Bagaimanapun, Airy selama ini telah dibantu oleh pria itu. Meskipun ia selama ini selalu ditekan untuk mengikuti apa yang Gunawan mau, Airy tetap menghormati. Apalagi dalam kondisi seperti ini, tentu saja semuanya panik. "Airy. Kamu datang dikabari oleh siapa?" tanya Ferdinand.Airy mengh
"Kapan kamu mau berangkat ke Singapura?" tanya Lili.Mereka berdua seperti biasa berada di toko bunga. Kedua sahabat itu sedang makan siang bersama. Airy menyampaikan kabar bahwa ia akan pergi ke Singapura untuk berkarir di sana.Lili merasa sedih karena mendengar sahabatnya akan pergi ke Singapura meninggalkannya. Bukan hanya sedih. Tapi ia juga marah karena Airy baru mengatakan sekarang. Lili hanya memiliki satu teman yaitu Airy, begitupun sebaliknya. Maka dengan kepergian Airy yang menurutnya begitu tiba-tiba, begitu membuat gadis berambut tomboy tersebut sedih."Aku sudah akan berangkat Minggu depan," beritahu Airy."Kenapa cepat sekali perginya sih? Padahal kan aku pengen sama kamu terus," gerutu Lili mengerucutkan bibirnya.Airy tersenyum melihat ekspresi wajah Lily. Ia tahu di antara kesedihan yang terlihat, ada kecewa yang coba dipendam oleh sahabatnya itu. Lili adalah sahabat yang sangat setia kepada Airy sejak dulu hingga sekarang. Tak pernah ada rasa iri sedikitpun diantara