RICHARD
Kerumunan orang-orang semakin ramai, ada yang ikut bersedih, ada yang prihatin, dan ada yang sibuk merekam dengan ponsel korban yang bersimbah darah. Mereka merekam seorang wanita cantik yang terluka dan terduduk lunglai, serta seorang suami yang memeluk istri dan putri kecilnya yang juga bersimbah darah. Ada yang berempati, ada juga yang beranggapan musibah kecelakaan ini sebagai media untuk diceritakan kepada teman dan keluarga mereka di rumah nanti, atau untuk di jadikan highlight di status sosial media mereka. Samar-samar di kejauhan terdengar sirene mobil ambulans beriringan dengan mobil patroli polisi. Orang-orang mulai menyingkir memberi jalan. Peristiwa naas ini akan diatasi sebagaimana mestinya oleh aparat dan tenaga medis, baik si korban maupun si pelaku. Brakkk.... Pintu ruang operasi dibuka terburu-buru dari dalam, dan dokter Richard keluar dengan langkah lebar menuju ruangannya. Raut mukanya tampak gusar dan letih, letih karena tindakan operasi penyempitan saraf tulang belakang yang dipimpinnya selama 2 jam, dan gusar karena berita yang disampaikan oleh perawat pendamping mengenai dokter Sinar sesaat setelah selesai operasi. Dokter tampan itu tidak mengindahkan sapaan orang-orang dan teman sejawatnya yang berpapasan dengannya, dia hanya ingin cepat sampai ke ruangan pribadinya untuk memastikan kebenaran berita tadi. Ketika sampai, ia langsung menuju meja dan membuka laptopnya untuk mencari berita. Benar saja, berita hari ini menampilkan kisah tentang seorang dokter yang menabrak dan menewaskan seorang ibu dan putrinya. Beritanya sudah menjadi viral, muncul beberapa cuplikan video dari berbagai sudut. Ia mengklik video dengan judul nyeleneh "SEORANG DOKTER BUKANNYA MENYELAMATKAN HIDUP, TAPI MALAH MERENGGUT NYAWA," lengkap dengan alamat rumah sakit tempat dokter Sinar bertugas. Di video tersebut, terekam Sinar yang sedang terdiam dengan wajah menyedihkan. Terlihat ada sedikit luka gores di dahinya. Di depannya duduk seorang pria yang sedang memeluk korban. Richard tidak tahan melihatnya dan langsung menutup laptopnya. Ia meraih telepon di meja untuk menghubungi ruangan forensik. "Halo... dokter Indra masih di sana?" "Iya... masih ada, ini dengan siapa?" terdengar suara perempuan di seberang telepon. Tanpa menjawab, dokter Richard langsung menutup telepon dan keluar ruangan menuju ruangan forensik. Tiba di depan kamar mayat, dilihatnya seorang pria seumurannya yang memakai jaket Ojek online sedang membaca buku Yasin. Wajah si pria tidak dapat dilihatnya dengan jelas karena sedang menunduk, tetapi bisa ditebaknya bahwa dia adalah suami korban yang tadi dilihatnya di video. Begitu masuk, dilihatnya dokter Indra sedang menulis catatan. Pria berkepala plontos itu masih terus menunduk di meja kerjanya tanpa menoleh saat mendengar pintu terbuka, ia tahu bahwa yang datang adalah dokter Ricard. "Bagaimana, Kak In?" Kak In adalah panggilannya untuk dokter Indra. "Hmm... trauma kepala, hantaman keras, fraktur tengkorak, cedera aksonal difus, serta kemungkinan terjadi serangan jantung mendadak akibat syok. Sedangkan si balita, selain fraktur, juga kemungkinan gagal napas. Sepertinya sang ibu saat kejadian refleks memeluk erat tubuh anaknya sehingga kesulitan bernafas," papar dokter Indra. Dokter Richard membaca dengan cermat catatan forensik dokter Indra. "Sepertinya akan memberatkan dokter Sinar," ucap dokter Indra dengan gamblang. "Suaminya ada di depan dan tampak tenang, tapi dia tak berhenti membaca doa. Menurut pengalamanku selama ini, jika suami yang terlihat tenang, itu artinya dia sangat mencintai istrinya. Tapi kalau suami yang marah, teriak-teriak sambil menangis, jangan harap beberapa tahun lagi dia akan ingat istrinya... tidak ada debat," ucapnya dengan yakin. "Yayasan pasti sudah tahu, kan?" gumam dokter Richard. "Tentu saja... secepat angin." "Aku akan menelpon dokter Surya, dia harus tahu soal Sinar. Terima kasih, Kak In." Saat keluar, masih dilihatnya si suami yang terus melafalkan doa Yasin. Sesaat dia berhenti, ragu mau mengucapkan sesuatu, tetapi diurungkan, lantas lanjut berjalan. Richard mencoba menghubungi Sinar, tapi tidak diangkat. Sudah tiga kali dia menelpon nomor Sinar, tetapi tidak direspon. Richard langsung menghubungi nomor dokter Surya setelah menerima pesan darinya. Panggilan itu dijawab di dering pertama. "Halo, paman... apa kita bisa bicara?" tanya Richard. "Saya sedang dalam perjalanan pulang, baru akan naik pesawat. Apa kau tahu soal Sinar? Saya nanti akan langsung ke kantor polisi. Di sana sudah ada pengacara keluarga. Kalau kau tidak bertugas, tolong dampingi Sinar," ucap dokter Surya tanpa jeda dan tanpa menunggu jawaban dari Richard sebelum menutup telepon. Richard mengumpat dalam hati, "Kenapa aku tidak terpikir langsung ke kantor polisi menemani Sinar?" Pikirannya sedang kalut sehingga tidak bisa berpikir jernih. Dengan cepat, ia menuju mobilnya untuk ke kantor polisi. Sampai di kantor polisi, Richard bergegas menuju bagian informasi untuk bertanya. "Selamat siang, saya keluarga dari pelaku tabrakan pagi tadi. Bisakah saya bertemu dengannya?" "Saya pengacaranya!" seseorang di belakang menyahut. Richard menoleh dan melihat seorang pria setengah baya yang berpakaian formal dengan berkas di tangan menghampiri. "Dokter Sinar masih di ruang penyidik, saya baru saja mendampinginya. Anda siapa?" "Saya rekan kerjanya. Dokter Surya ayahnya memintaku kemari." "Oh, begitu, dokter Surya masih sekitar beberapa jam lagi sampai di sini." Pengacara itu menggulurkan tangan "Saya Handoko, panggil saja Han." "Richard," balasnya singkat. "Bagaimana, Pak Han? Apa kita bisa membawa pulang Sinar?" "Saya sedang berusaha, tapi sepertinya sulit. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 310 Ayat 4, apabila tabrakan mengakibatkan korban meninggal dunia, maka akan dituntut 6 tahun penjara dan denda 12 juta," jelas Pak Handoko. "Bagaimana dengan uang jaminan?" "Saya akan coba usahakan, kasus ini akan lebih mudah jika keluarga korban bisa diajak damai, tapi tadi polisi sudah menjelaskan bahwa suami korban menuntut penjara. Saya akan melakukan pendekatan kepada suami korban, saya sedang menunggu dokter Surya untuk berdiskusi tentang apa yang bisa ditawarkan kepada keluarga korban," lanjut Pak Handoko. "Dan satu lagi yang memberatkan dokter Sinar," sambungnya lagi, "tadi sudah dilakukan tes urine dan hasilnya terdapat kadar alkohol, walaupun hanya 0 koma sekian persen, tapi itu cukup memberatkan." "Pesta semalam... semalam dia pergi ke pesta rekannya, tapi saya tahu Sinar bukan peminum alkohol. Mungkin dia hanya mencicipi sedikit untuk menghormati tuan rumah," renung Richard. Ketika mereka sedang berdiskusi, petugas polisi membawa Sinar keluar dari ruang penyidik menuju ruang tahanan sementara. Richard yang melihat langsung mengejar. Sinar terlihat kuyu dan letih. "Sinar... Sinar... tunggu..." Richard mencoba menggejar tapi dihalanggi oleh seorang polisi wanita. Sinar menoleh, tatapannya kosong dan letih. Dia hanya tersenyum getir.Cahyo NingratSammy masih memegang HP nya sambil termenung, baru saja ada yang menghubunginnya dan mengenalkan diri sebagai dokter Surya Bintang, ayah dari dokter Sinar Mentari yaitu orang yang menabrak anak dan istrinya.Dalam telepon beliau meminta izin datang bersama istrinya di acara tahlilan tiga hari malam ini, sebenarnya Sammy agak keberatan karena ia tahu biasanya akan ada drama yang dilakukan oleh orang-orang kaya seperti mereka, mereka akan datang bersama para wartawan biar diliput di media, sibuk di wawancarai bukannya fokus di acara tahlilan. Tapi dokter Surya tadi mengatakan kalau ia murni datang sebagai wujud turut berbela sungkawa, hanya hadir dan setelah selesai mereka akan pulang.Tamu-tamu mulai berdatangan setelah ba'da maghrib, sebagian besar adalah tetangga dan penduduk sekitar, Sammy agak bernafas lega karena tidak tampak satu orang wartawan pun yang meliput, jadi acara tahlilan bisa berjalan dengan khidmat, diantara para tamu terlihat pasangan suami istri yang
Rapat Komite "Maaf saya terlambat," dokter Ricard masuk ke ruangan rapat dengan tergesa. Ia sedikit terlambat karena ada jadwal operasi pasien yang membutuhkan waktu sedikit lama.Fikirannya bercabang saat sedang melakukan operasi di ruang OK, untung saja operasinya berjalan sukses.Di dalam ruangan sudah dihadiri oleh jajaran direksi rumah sakitRapat komite ini dijadwalkan secara mendadak terkait dengan kejadian yang melibatkan salah satu dokter di RS ternama ini, yaitu dokter Sinar. Ketua yayasan dan para dokter yang memiliki kedudukan di RS Permata Kasih pun telah hadir, termasuk Surya.Dokter Soetopo Oem selaku ketua yayasan, dokter Burhan Emil selaku wakil, dokter Surya Bintang selaku komisaris, dokter Emilia Lary selaku sekretaris, dan beberapa dokter yang cukup penting telah duduk memutari meja besar di tengah ruangan."Dr. Ricard, maaf mengganggu jadwalmu," ucap Soetopo. Dokter Soetopo berpenampilan bersahaja dan sangat berwibawa, tutur katanya pun sopan dan ramah."Rapat i
Surya BintangSurya Bintang, ayah Sinar, tidak tega melihat putrinya menderita. Ia langsung meninggalkan acara seminar kedokteran di Hong Kong saat mendengar kabar tentang putrinya. Ia dari Bandara langsung menuju kantor polisi untuk menemui putrinya.Bagi Surya, putrinya adalah segala-galanya.Sinar sedang dalam masalah saat ini, dan ia sebagai seorang ayah harus siap mengulurkan tangan untuk membantunya.Masih terbayang bagaimana perjuangan ia dan istrinya untuk mendapatkan Sinar. Hampir 10 tahun mereka menanti, dan sebagai dokter spesialis kandungan, Surya merasa sangat berat karena tidak bisa memiliki keturunan. Cemoohan dan ejekan sering terdengar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ia yang berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan saja tidak bisa memiliki keturunan. Bagaimana ia bisa mengobati pasien yang datang dengan masalah infertil? sindiran itu selalu terdengar di telinganya.Namun, dengan sabar dan tekad yang kuat, Surya dan istrinya tidak menyerah. Mereka me
Dini Sedari pagi Dini merasa keheranan karena handphone Kak Sam tak berhenti berbunyi. Ia berpikir keras siapakah yang menelpon Kak Sam, apakah keluarga atau kerabatnya yang menelpon untuk mengucapkan belasungkawa? Namun, seingat Dini, Kak Sam tidak memiliki sanak saudara, ia seorang diri di sini, begitu juga dengan Lily sahabatnya, yang hanya mempunyai Bulek Tari seorang.Apakah anak-anak Bulek Tari yang menelpon, karena memang anak-anak Bulek Tari tinggal di daerah Sumatera? Mungkin mereka sudah mendengar kabar tentang meninggalnya sepupu mereka. Namun, telpon itu terus berlanjut, setelah dimatikan kemudian berdering lagi, sungguh heboh pagi ini dengan suara telpon.Suara Kak Sam terdengar samar-samar tidak begitu jelas terdengar dari arah dapur. Dini masih sangat penasaran tetapi ia merasa sungkan untuk menguping ke arah kamar Kak Sam. Ia hanya bisa melirik pintu kamar yang tertutup rapat.Sebenarnya, menginap di sini pun ia merasa sungkan, takut orang-orang akan bergunjing. Namu
Mobil ambulans berhenti tepat di depan rumah, yang sudah ramai dengan tetangga dan pelayat. Di depan pintu, Bulek Tari berdiri menyambut jenazah dengan wajah sedih. Beliau adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Lily. Bulek Tari tinggal di sebelah rumah keponakannya dan sangat menyayangi Lily. Beliau seorang janda dengan dua putra yang sudah menikah dan tinggal di Sumatera. "Lily... nak... cah ayu," serunya terisak saat melihat jenazah keponakannya. "Tata... kenapa tinggalin si mbah? Si mbah nanti kangen, hu... hu... hu," isak tangis Bulek Tari dan beberapa pelayat yang hadir.Sammy, yang baru turun dari mobil ambulans, melihat persiapan pemandian dan penguburan yang telah disiapkan oleh para tetangga. Ia mengucap syukur karena dengan begitu, jenazah istri dan anaknya bisa langsung disiapkan untuk proses penguburan. Ternyata, saat ia di rumah sakit, para tetangga telah bergotong-royong mengatur segala sesuatu yang diperlukan.Di depan pintu, tampak seorang gadis yang terse
RICHARDKerumunan orang-orang semakin ramai, ada yang ikut bersedih, ada yang prihatin, dan ada yang sibuk merekam dengan ponsel korban yang bersimbah darah. Mereka merekam seorang wanita cantik yang terluka dan terduduk lunglai, serta seorang suami yang memeluk istri dan putri kecilnya yang juga bersimbah darah.Ada yang berempati, ada juga yang beranggapan musibah kecelakaan ini sebagai media untuk diceritakan kepada teman dan keluarga mereka di rumah nanti, atau untuk di jadikan highlight di status sosial media mereka.Samar-samar di kejauhan terdengar sirene mobil ambulans beriringan dengan mobil patroli polisi. Orang-orang mulai menyingkir memberi jalan. Peristiwa naas ini akan diatasi sebagaimana mestinya oleh aparat dan tenaga medis, baik si korban maupun si pelaku. Brakkk....Pintu ruang operasi dibuka terburu-buru dari dalam, dan dokter Richard keluar dengan langkah lebar menuju ruangannya. Raut mukanya tampak gusar dan letih, letih karena tindakan operasi penyempitan saraf
SINAR SAMMY"Aaaakkhhhhh......"!!Pekik ketakutan diiringi bunyi decitan ban dari rem yang diinjak paksa sehingga mengakibatkan debu bertebaran, Sinar sebisa mungkin menghentikan laju mobil tapi mobil yang dikendarainya terlalu ngebut. Tak dapat di elak, mobilnya menabrak tubuh kurus seorang ibu dan putrinya yang dalam gendongan. Sinar terburu-buru menuju rumah sakit akibat dari pesta semalam membuatnya terlambat padahal ia baru bertugas sebagai dokter di Rumah Sakit Permata Kasih.Semua orang terpana terhenyak, bergidik ngeri melihat ibu dan anak itu terlempar jauh, kepala mereka membentur aspal jalan, seketika darah membanjiri jalan, bercampur dengan sayuran dan buah yang berceceran, berhamburan keluar dari kantong kresek yang masih di pegang si ibu. Pemandangan yang membuat pilu yang melihat, dan seketika tercium aroma anyir darah, aroma kematian.Sedangkan mobil yang dikendarai Sinar berakhir dengan menabrak pembatas jalan setelah berputar-putar. Orang-orang berteriak"Mobil itu