Share

Bab 5, Jatuh Sakit

last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-22 17:08:45

Dika dan Tasya kini berada di ruang rawat setelah menunggu cukup lama di ruang tunggu, Tasya tertidur sembari memegang erat pergelangan tangan ibunya, operasi yang dilakukan terhadap ibu Nirma berjalan dengan lancar, sementara Dika sendiri duduk di sofa sambil memangku tangan menatap ke arah Tasya.

'Apa mungkin dia kelelahan sampai dalam keadaan duduk saja, dia bisa tidur nyenyak seperti itu?' batin Dika bergeming, sambil terus menatap wanita itu.

Lama Dika memperhatikan Tasya, ada rasa kasihan yang akhirnya membuat Dika memutuskan untuk membangunkan Tasya, ia berniat untuk mengajak Tasya pulang ke hotel.

"Tasya, bangun, ayo kita pulang ke hotel,"

Ajak Dika, ia berdiri di samping Tasya yang tertidur. Suara itu tidak membuat Tasya terbangun hingga akhirnya Dika memutuskan untuk menyentuh tangan Tasya, saat Dika dan Tasya sama-sama bersentuhan kulit, ia menyadari bahwa tubuh Tasya sangat panas.

Dika sempat cemas lantaran menyadari hal itu, di saat yang sama Tasya pun terbangun dan menyadari adanya Dika di sampingnya. Dika lalu kebingungan dan mencoba untuk memalingkan pandangan.

"Pulang dulu kalau memang kau butuh istirahat, besok kita bisa kembali ke sini," ucap Dika dengan tanpa menatap wajah Tasya.

"I-iya Mas... Hacim...." lagi-lagi Tasya bersin seperti orang yang akan terkena flu.

Keesokan harinya, Dika bangun lebih pagi, ia menyadari bahwa saat itu Tasya masih tertidur sambil meringkuk kedinginan, ia jatuh sakit, dan badannya sangat panas.

Dika tidak mendekati Tasya untuk memberikan Tasya perhatian, namun ia justru memilih untuk menghubungi mama Riri dan memberitahukan padanya, bahwa Tasya sedang sakit.

Mama Riri yang mendengar kabar itu akhirnya memutuskan untuk pergi ke hotel, ia ingin melihat keadaan menantunya, dan hal itu disadari oleh Arkana.

"Ma, mau ke mana?" tanya tuan Arkana.

"Tasya sakit Pa, mungkin karena hujan-hujanan tadi malam, Mama mau ke sana untuk mengecek keadaan nya." jawabnya dengan wajah panik.

Lima belas menit kemudian, mama Riri tiba bersama dengan dokter keluarga yang telah ia panggil untuk mengecek keadaan Tasya, saat menyadari bahwa ada tamu di kamarnya, Dika pun membukakan pintu tersebut.

"Di mana Tasya?" tanya mama Riri menatap Dika.

"Masih tidur di sana," ucap Dika menatap ke arah sofa.

Tatapan mama Riri pun beralih ke sofa tersebut, "Astaga, jadi__" Mama Riri menatap Dika kembali setelah ia menyadari sesuatu.

Setelah mendapatkan pemeriksaan dari dokter pribadinya, lalu mendapatkan resep obat yang harus ditebus dokter tersebut pun akhirnya pamit, mama Riri lalu duduk mendekati Tasya.

"Sayang, apa yang kamu rasakan?" tanya mama Riri yang sangat perhatian.

"Hanya sedikit pusing saja Ma," ucap Tasya, wajahnya sedikit pucat dan hidungnya memerah.

"Itu karena kamu hujan-hujanan semalam, lain kali kau tidak boleh melakukan ini lagi, ya!" tekan mama Riri memberi peringatan.

Tasya mengangguk pelan, bagi mama Riri hal ini sangat memalukan sekali, sudah memiliki suami, seharusnya Dika bertanggung jawab atas semua ini, namun karena suatu kelalaian lah yang akhirnya membuat semua ini terjadi.

"Dika, kamu dengar kan tadi, ini resep obat yang harus ditebus. Kamu sekarang pergi ke apotek dan tebus obat ini," ucap mama Riri menghampiri Dika yang sedang duduk di bibir ranjang.

"Ma, kenapa nggak suruh supir aja si," celetuk Dika menolak.

"Dika!" mama Riri menatap tegas, dan hal itu cukup membuat Dika mengerti dan akhirnya menuruti permintaannya.

***

Beberapa hari telah berlalu, keadaan Tasya sudah cukup membaik lantaran makan dan obat yang harus ia konsumsi selalu di pantau oleh mama Riri, kini Tasya sudah mulai sehat kembali seperti sedia kala.

Yang membuat Tasya merasa sangat senang adalah sebuah kabar dari rumah sakit, yang mengatakan bahwa keadaan bu Nirma semakin hari semakin membaik, ia sangat senang dan tidak sabar untuk menjenguk ibunya di rumah sakit.

"Mas, kita ke rumah sakit yuk, keadaan ibuku sudah membaik katanya," ajak Tasya dengan senyum sumringah.

"Kau saja yang pergi, aku sibuk," tolak Dika, masih fokus pada ponselnya.

"Sibuk? Mas lagi ngerjain sesuatu, ya?" Tasya berusaha untuk mengajak suaminya itu berinteraksi.

"Jangan ganggu aku dengan pertanyaan yang tidak penting mu itu, kalau kau ingin pergi, pergilah, aku tidak tertarik ikut bersama mu." celetuk Dika bangkit, lalu ia mengangkat telpon dari seseorang.

Tasya terpaku cukup lama, menetralisir ucapan Dika yang cukup menyakitkan hatinya. Air matanya hampir saja mau tumpah, namun seketika ia tepis dengan jari telunjuknya.

Akhirnya Tasya pun pergi ke rumah sakit seorang diri, ia menggunakan taksi dan membayarnya dengan uang pribadi yang ia miliki, langkahnya kini terhenti saat tiba di ruang rawat ibunya.

"Ya Allah Ibu, aku senang sekali mendengar kabar bahagia ini, operasi berjalan dengan lancar dan kondisi ibu sekarang sudah membaik, aku sangat senang, Bu." ucap Tasya berbicara pada ibunya, meskipun kala itu bu Nirma belum sadar kan diri, namun ia yakin, bahwa ibunya itu mendengar suaranya.

Tasya duduk sambil menggenggam tangan ibunya, ia sedikit bercerita tentang nasibnya sekarang. Memiliki suami yang sangat berbeda jauh sikapnya dengan kedua orang tuanya.

"Bu, Ibu tahu tidak, kalau sekarang aku sudah menikah dengan seorang pria kaya, dia tampan Bu, tapi sayangnya dia sangat dingin, sikapnya sangat jauh sekali dengan kedua orang tuanya yang memperlakukan aku dengan hangat. Bu, terkadang ingin sekali rasanya aku keluar dari pernikahan terpaksa ini, tapi aku tidak bisa lepas begitu saja, aku berhutang budi pada mama Riri."

Tasya menangis kembali ketika ia mengingat waktu di mana mama Riri memohon padanya, untuk bersedia menikah pada putranya di hari pernikahannya, karena tidak ingin menanggung malu, lantaran kekasih yang seharusnya menikah dengan Dika, memilih kabur bersama pria lain.

"Aku terpaksa Bu, aku terpaksa menikah tanpa restu Ibu, karena di saat itu, aku tidak ada pilihan lain. Semoga saat Ibu nanti sadar, Ibu tidak marah padaku, karena aku memilih untuk meninggalkan masa depanku dan menikah pada pria yang sama sekali tidak aku cintai."

Air mata Tasya tumpah ruah, ketika ia mencium punggung tangan ibunya, ia merasa lega lantaran telah berbagi cerita pada sang ibu, lantaran di dunia ini ia hanya memiliki seorang ibu. Meskipun pada kenyataannya bu Nirma saat ini belum sadarkan diri.

Sejak bu Nirma dirawat di rumah sakit karena penyakit kanker yang diderita, Tasya pun harus menjalani kehidupan yang cukup keras seorang diri, sempat melamar pekerjaan ke sana ke mari untuk bertahan hidup dan membiayai pengobatan ibunya, kini kehidupan Tasya tidak lagi mengkhawatirkan.

Namun tentu saja hal itu harus ia bayar dengan mental baja lantaran memiliki suami yang tidak mencintai nya.

Çeklek!

Pintu ruangan itu terbuka, Tasya terkejut lalu mengarahkan pandangan nya pada seorang wanita yang berdiri di ambang pintu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 115, Ending Chapter

    Pagi itu, Tasya nampak sibuk menyiapkan sarapan pagi di meja makan, hari ini adalah hari ulang tahun Sauqi yang ke empat tahun, nampak seluruh keluarga duduk menunggu semua menu yang sedang dihidangkan oleh Tasya. Sejak pagi Tasya sendiri tidak mengizinkan mama Riri dan bu Nirma membantunya di dapur, ia ingin menyiapkan semuanya sendiri, karena merasa jika hari ini adalah hari yang sangat spesial baginya. Sementara mama Riri dan bu Nirma akhirnya hanya terduduk dan menonton saja apa yang sedang dilakukan oleh Tasya, sambil sekali-kali mengobrol dengan Sauqi yang sudah lincah dalam berbicara. Tidak ada lagi sesuatu yang menghalangi bagi keluarga itu untuk berbagai kebahagiaan, karena setelah semua kejadian yang menimpa mereka tiga tahun yang lalu, nampak pernikahan Tasya dan Dika semakin romantis dan harmonis. "Sayang, kamu nggak capek sibuk-sibuk sendiri, aku bantu kamu ya," ucap Dika yang tidak enak hati ketika melihat kesibukan yang sedang dijalani oleh istrinya."Nggak usah Mas,

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 114, Sifat Bar-bar Roy

    Tiga tahun KemudianBug! Bug! Bug! Sebuah bogeman terdengar di ruangan sempit yang di tempati oleh lima tahanan yang masing-masing memiliki bukti kejahatan yang berbeda, dan salah satunya adalah Roy sebagai pimpinan kerusuhan yang terjadi di pagi ini. Cahyo yang melihat hal itu pun berusaha menyudahi perkelahian tersebut dengan memanggil polisi, suaranya yang nyaring pun mengundang beberapa petugas kepolisian yang mendengar suara Cahyo, dengan cepat dan sigap, mereka pun dapat dipisahkan, tahanan baru yang menjadi bully-an itupun diamankan. Roy dan beberapa temannya pun harus mendapatkan hukuman karena telah melakukan tindakan kerusuhan di dalam tahanan, sementara Cahyo sendiri kini mendekati Diki, seorang tahanan baru yang sudah babak belur di buat oleh teman-teman Roy. "Kamu nggak papa kan?" tanyanya memberikan perhatian. Sesekali ia mengobati luka lebam yang terlihat memar di sana. "Nggak kok, aku nggak papa, makasih ya Mas," ucapnya mengulas senyum. "Ya udah, kamu tenang aja

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 113, Mendatangi Kantor Polisi

    "Syukur lah sayang, kamu pulang dalam keadaan selamat," ucap mama Riri mengulas senyum lega. Tasya memblas senyuman itu dengan tulus, lalu ia pun berpindah pada bu Nirma yang tak kalah bahagia ketika melihat putrinya kembali dalam keadaan selamat, wanita itu berbinar ketika menyadari suaminya kini datang menggendong Sauqi, perhatikan nya pun kini tertuju pada bocah itu lalu mendekatinya. "Sayang, ini Mama, Nak!"Tasya terharu, dengan kedua mata yang berkaca-kaca ia meraih tubuh mungil Sauqi, bocah kecil itu pun nampak memancarkan senyuman saat menyadari yang menggendongnya adalah sang mama. "Ma-Ma!"Suara manja itu pun terdengar merdu, Tasya mengulas senyum dan langsung mendaratkan kecupan kasih sayang di keningnya. Betapa bahagianya ketika ia mendengar sang putra sudah bisa memanggilnya dengan sebutan mama. Dika ikut mememeluk Tasya dari belakang, mengulas senyum bahagia dan bersyukur atas kembalinya sang istri. Mama Riri pun meminta Dika untuk membawa Tasya ke kamar, tak menungg

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 112, Menyelamatkan Tasya

    Arkana dan Dika kini sudah berada di rumah, di mana ia akan mempersiapkan uang sebanyak dua miliar untuk menembus Tasya, kedatangan mereka pun disambut oleh bu Nirma dan mama Riri yang menatap cemas. "Pa, Dika, bagaimana, apa kalian sudah menemukan keberadaan Tasya?" tanya mama Riri yang memasang wajah penuh kecemasan. "Iya Dika, bagaimana?" lanjut bu Nirma tak kalah khawatir. "Kami sudah menemukan keberadaan Tasya Ma, Bu, Tasya diculik, dan kami pulang untuk menyiapkan uang sebesar dua milyar seperti yang penculik itu inginkan sebagai penebusnya," ucap Dika menahan emosi. "Apa! Dua milyar, astagfirullah, itu jumlah yang yang sangat besar." jawab bu Nirma menatap sedih. Bu Nirma sepertinya sangat syok mendengar jumlah uang yang disebut oleh menantunya itu, namun dengan cepat ditenangkan oleh mama Riri yang mendapat perintah dari papa Arkana. Papa Arkana mengatakan jika jumlah uang tidak perlu menjadi beban pikiran, karena mereka sendiri sudah siap jika harus kehilangan uang sebes

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 111, Di Sekap

    "Nggak papa Pa," ucap Dika dengan gugup. "Ya ampun, ya udah kalau gitu gantian aja ya yang nyetir, kamu sambil istirahat aja," seru papa Arkana cemas. "Papa yakin bisa bawa mobil?" tanya Dika memastikan. "Iya tenang aja, Papa bisa bawa mobil pelan-pelan." jawabnya dengan yakin. Mereka pun bertukar posisi, kini papa Arkana sudah berada di bagian setir, sementara Dika sendiri saat ini sedang duduk dengan santai menatap ke depan dan ke sini berharap jika ia bisa menemukan istrinya. Sementara di tempat lain, Tasya sudah berada di sebuah ruangan yang cukup gelap, hanya ada lampu kecil yang menerangi ruangan tersebut. Sayup-sayup wanita itu membuka kedua mata, dan terkejut ketika kedua tangannya diikat ke belakang di sebuah kursi kayu, tak lama kemudian datang seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah tertutup masker. "Siapa kamu sebenarnya? Dan untuk apa kamu membawaku ke tempat ini, di mana ini?!" bentak Tasya dengan suara parau, tatapan matanya seolah ingin sekali merebut masker ya

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 110, Mencari Keberadaan Tasya

    "Loh, kok lantainya tiba-tiba basah dan kotor seperti ini? Lalu ini, jejak kaki siapa ya?" bi Surti menatap ke lantai itu dengan penuh tanya. "Maksud Bibi apa bicara seperti itu? Apa di rumah ini ada orang lain selain kalian berdua?!" tatapan tegas dari Dika pun didapatkan oleh bi Surti yang tidak tahu apa-apa. "Saya sendiri tidak tahu Den, tapi ini bukan jejak kaki saya, lihat saja, jejak kakinya cukup besar, dan sepertinya ada kaki lain yang terseret." jawab wanita paruh baya itu dengan polosnya. Dika mendelik sempurna ketika mendengar kalimat dari bi Surti, sempat berpikir tidak mungkin, tetapi pada kenyataannya memang Tasya tidak ada di rumah itu, membuat hati pria tersebut begitu gelisah dan ketakutan.Mencoba untuk tenang, dengan merogoh ponsel di saku celana, ia mencoba untuk menghubungi nomor Tasya, namun tiba-tiba ia mendengar suara ponsel itu di meja makan, rupanya Tasya tidak membawa ponselnya. Menambah kepanikan yang Dika rasakan saat ini. "Sebenarnya tadi non Tasya se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status