"Jangan berharap saya akan mencintai kamu. Saya menikahi kamu hanya demi menyelamatkan keluarga dari rasa malu." *Dika Mahendra* "Aku mungkin bukan istri yang kamu harapkan, Mas. Aku hargai perasaan kamu, meski itu penolakan. Namun, biarkan aku tetap melakukan kewajiban ku sebagai istri. Biar waktu nanti yang akan menjawab apakah kamu akan mencintai aku atau tidak." *Tasya* Tasya Andriani, terpaksa harus menikah dengan Dika Mahendra Jaya, pria yang tidak ia kenal sebelumnya, ia melakukan itu karena ingin menyelamatkan ibunya yang sedang sakit dan harus di operasi. Mereka menjalani pernikahan dengan tanpa adanya cinta, dengan terus dihantui oleh bayang-bayang masa lalu kekasih Dika yang pergi di hari pernikahan nya.
Lihat lebih banyakSah!!
Ucapan hamdalah terdengar saat Dika Mahendra Jaya berhasil mengucapkan ijab qobul dengan baik dan benar. Dika mengeluarkan cincin kawin yang akan ia pasangkan di jari manis Tasya Andirani, lalu begitu juga dengan sebaliknya.Setelah ijab qobul selesai, Dika nampak memilih pergi menghampiri para rekan-rekan kerjanya, tanpa menghiraukan Tasya Andirani yang sudah menjadi istri sah baik di mata hukum dan agama. Tasya nampak duduk seorang diri di kursi pelaminan dengan perasaan yang tidak bisa dijabarkan.βYa Tuhan, aku sekarang sudah menjadi istri orang, pria yang sedang tertawa bersama teman-teman nya itu adalah suamiku, bagaimana caranya agar aku bisa menjadi istri yang baik, sementara aku tidak mengenal siapa dia.βBatin Tasya bergejolak, ia bergeming dengan dirinya sendiri. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan itu, membuat bulir air matanya tak terasa jatuh.Sementara di tempat lain, Dika justru ikut bergabung bersama teman-temannya hingga akhirnya pesta itu selesai.Tasya dan Dika kini sudah berada di ruangan yang sama, kamar hotel yang sudah disiapkan sebelumnya akan menjadi tempat tinggal mereka berdua.βTidur lah di ranjang, aku akan tidur di sofa,β ucap Dika setelah melepaskan jas pengantinnya.βTidak Mas, kau saja yang tidur di ranjang, biar aku tidur di sofa. Mungkin kau lebih tidak terbiasa istirahat di tempat yang tidak nyaman, biarkan aku tidur di sini.β Tolak Tasya mengambil alih tempat yang sebelumnya di pilih oleh Dika.Dika tak bersuara lagi, ia memilih melangkahkan kaki menuju balkon dan berdiri seorang diri di sana, tatapannya lurus menembus kegelapan malam yang sepi, Dika baru saja melewati masa yang sulit, kepergian Zahra bersama pria lain dan kini tiba-tiba ia menikah dengan wanita yang sama sekali tidak ia kenal.Ia memijit kepalanya yang terasa begitu sakit, di dalam kesendirian itu Tasya datang dan berdiri di samping Dika. Kehadirannya mengejutkan Dika yang menyadari bahwa ada orang lain di sampingnya.βAda apa, apa kau tidak bisa tidur di sofa yang kau pilih?β tanya Dika tanpa menatap wajah Tasya.βMas, aku ingin menjelaskan padamu satu hal, kalau pernikahan iniββ Tasya mencoba memberanikan diri untuk mengatakan sejujurnya pada Dika, tetapi Dika memotong perkataannya.βSudahlah, tidak ada gunanya untuk menjelaskan hal yang sudah terjadi.β telak, pernyataan Dika membungkam Tasya untuk menjelaskan apa yang telah terjadi, karena tidak ingin Dika salah paham kepada dirinya dan mengira bahwa Tasya memanfaatkannya.Dika menghembuskan nafas pelan, lalu setelah itu ia memilih masuk kembali dan membiarkan Tasya mematung di sana sendirian. Tanpa jawaban apa pun, Dika justru mencari sesuatu di lemari lalu mengeluarkan sebuah selimut.βTidur lah, ini sudah larut malam,β singkat Dika menyerahkan selimut itu pada Tasya.βI-iya Mas.β Jawab Tasya patuh.Tasya membalikkan badan menuju sofa, lalu ia merebahkan tubuhnya di sana. Respon dan sikap Dika sangat dingin padanya, bahkan Dika seperti tidak mau mendengar alasan yang ia berikan.Hampir jam 3 pagi, Tasya tidak dapat memejamkan kedua matanya walau sekejap, ia tidak dapat tidur bukan karena ia saat ini sedang berada di sofa, melainkan statusnya yang sudah menjadi seorang istri namun memiliki suami yang begitu bersikap dingin.Tasya memutuskan untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan-Nya pada malam itu, dan ia berharap bahwa apa yang ia lakukan akan membantu menenangkan hatinya yang gusar.***βAstagfirullah, sudah jam berapa ini?!βTasya terbangun dan sadar bahwa saat itu ia kesiangan, dan ia masih dalam keadaan memakai mukena.βBerarti semalam aku ketiduran di atas sajadah.β Gumam Tasya bergeming.Pasti semua itu karena perasaannya yang bercampur aduk, hingga membuat Tasya tidak sadar bahwa ternyata tubuhnya juga butuh istirahat. Cepat-cepat Tasya memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, dan setelah beberapa saat, Tasya kembali dengan keadaan yang lebih segar.βMas Dika belum bangun juga, mana aku lapar sekali.β Batin Tasya kembali bergeming.Tasya beberapa kali menoleh ke arah Dika, namun pria itu sama sekali tak bergerak, mungkin ia juga ketiduran lantaran sebenarnya semalam ia sangat sulit tidur, memikirkan perasaannya yang hancur berkeping-keping lantaran di tinggal pergi oleh wanita yang ia cintai.βAku harus berani membangunkan mas Dika, aku bisa mati kelaparan kalau begini.β Tekat Tasya bulat.Perlahan Tasya berjalan mendekati ranjang dan mulai mengguncang tubuh Dika dengan pelan.βMas, Mas bangun, ini sudah siang,β panggil Tasya masih berusaha.βAda apa, Zahra... Aku masih mengantuk,β ucap Dika masih memejamkan kedua matanya.Tasya terdiam seketika, saat ia mendengar suaminya memanggil nama wanita lain, Tasya menelan saliva, berusaha untuk baik-baik saja ketika suami yang belum genap satu hari itu menyebut wanita lain.βMas, ini aku Tasya, bukan Zahra,β lirih Tasya membangunkan Dika.Seketika kedua mata Dika terbuka, ia terkejut ketika mendengar suara asing di samping tempat tidurnya. Dan ia juga menyadari bahwa itu adalah Tasya, Dika bangkit dan berlalu pergi ke kamar mandi.Lama Tasya menunggu, dengan perasaan yang masih berantakan tak tersusun, ia menikahi pria yang mencintai wanita lain, tentu saja hal itu akan bertentangan dengan harapannya.Tetapi hal itu dimaklumi oleh Tasya, lantaran Tasya hadir dalam hidup Dika sebatas istri pengganti, tentu saja untuk menggantikan tempat Zahra di hati Dika akan membutuhkan banyak waktu.Setelah hampir lima belas menit menunggu, akhirnya Dika keluar dari kamar mandi dengan sikap yang masih sama. Tasya ingin sekali mengutarakan isi hatinya, bahwa saat ini ia sangat lapar, namun karena melihat Dika yang justru fokus pada ponselnya membuat Tasya akhirnya memilih untuk mengurungkan niat.Kruk.. Kruk..Tiba-tiba suara tidak asing itu terdengar, Tasya yang menahan malu pun menundukkan kepalanya dalam, suara itu tertangkap oleh Dika yang menyadarinya.βKamu lapar?β tanya Dika, sekali lagi, tanpa menatap wajah cantik Tasya.βTidak Mas,β ucap Tasya mengelak.βSuara perutmu tidak bisa dibohongi, pergilah cari makanan, ini uangnya.βDika mengeluarkan sejumlah uang dan ia sodorkan pada Tasya, pria dingin itu sama sekali tidak mengajak Tasya pergi makan bersama di luar, ia justru memberikan Tasya uang yang sempat didiamkan cukup lama oleh Tasya.βKenapa diam saja, apa kau lebih suka kelaparan seperti itu?!βDika kini menatap wajah polos Tasya.βT-tidak Mas, tapi memangnya Mas tidak mau ikut pergi makan?β tawar Tasya sebelum menerima uang itu.βAku tidak lapar, jangan pikirkan aku, pergilah.β Cetus Dika mengusir Tasya secara tidak langsung.Tak ada pilihan lain, daripada harus mati kelaparan di hadapan pria yang begitu dingin dan pelit bicara, akhirnya Tasya menerima uang tersebut lalu pergi.Tasya masuk ke dalam lift menuju lantai dasar lalu mencari makanan di luar, saat tiba di sebuah kafe yang ada di seberang hotel, Tasya nampak dengan lahap menyantap makanan yang ia pesan, rasa kelaparan karena sejak kemarin tidak makan, membuat Tasya begitu terlihat sangat rakus.Tasya mengelus perutnya yang rata, lalu setelah itu ia pergi untuk melakukan pembayaran. Mengingat bahwa pria yang satu kamar dengannya itu belum makan, akhirnya Tasya memutuskan untuk memesankan makanan dan membawanya kembali ke hotel. Tetapi ketika Tasya membawakan makanan untuk Dika, Tasya mendengar Dika sedang menghubungi seseorang yang membuat hatinya sedikit merasa sakit.βAku mencintaimu.βPagi itu, Tasya nampak sibuk menyiapkan sarapan pagi di meja makan, hari ini adalah hari ulang tahun Sauqi yang ke empat tahun, nampak seluruh keluarga duduk menunggu semua menu yang sedang dihidangkan oleh Tasya. Sejak pagi Tasya sendiri tidak mengizinkan mama Riri dan bu Nirma membantunya di dapur, ia ingin menyiapkan semuanya sendiri, karena merasa jika hari ini adalah hari yang sangat spesial baginya. Sementara mama Riri dan bu Nirma akhirnya hanya terduduk dan menonton saja apa yang sedang dilakukan oleh Tasya, sambil sekali-kali mengobrol dengan Sauqi yang sudah lincah dalam berbicara. Tidak ada lagi sesuatu yang menghalangi bagi keluarga itu untuk berbagai kebahagiaan, karena setelah semua kejadian yang menimpa mereka tiga tahun yang lalu, nampak pernikahan Tasya dan Dika semakin romantis dan harmonis. "Sayang, kamu nggak capek sibuk-sibuk sendiri, aku bantu kamu ya," ucap Dika yang tidak enak hati ketika melihat kesibukan yang sedang dijalani oleh istrinya."Nggak usah Mas,
Tiga tahun KemudianBug! Bug! Bug! Sebuah bogeman terdengar di ruangan sempit yang di tempati oleh lima tahanan yang masing-masing memiliki bukti kejahatan yang berbeda, dan salah satunya adalah Roy sebagai pimpinan kerusuhan yang terjadi di pagi ini. Cahyo yang melihat hal itu pun berusaha menyudahi perkelahian tersebut dengan memanggil polisi, suaranya yang nyaring pun mengundang beberapa petugas kepolisian yang mendengar suara Cahyo, dengan cepat dan sigap, mereka pun dapat dipisahkan, tahanan baru yang menjadi bully-an itupun diamankan. Roy dan beberapa temannya pun harus mendapatkan hukuman karena telah melakukan tindakan kerusuhan di dalam tahanan, sementara Cahyo sendiri kini mendekati Diki, seorang tahanan baru yang sudah babak belur di buat oleh teman-teman Roy. "Kamu nggak papa kan?" tanyanya memberikan perhatian. Sesekali ia mengobati luka lebam yang terlihat memar di sana. "Nggak kok, aku nggak papa, makasih ya Mas," ucapnya mengulas senyum. "Ya udah, kamu tenang aja
"Syukur lah sayang, kamu pulang dalam keadaan selamat," ucap mama Riri mengulas senyum lega. Tasya memblas senyuman itu dengan tulus, lalu ia pun berpindah pada bu Nirma yang tak kalah bahagia ketika melihat putrinya kembali dalam keadaan selamat, wanita itu berbinar ketika menyadari suaminya kini datang menggendong Sauqi, perhatikan nya pun kini tertuju pada bocah itu lalu mendekatinya. "Sayang, ini Mama, Nak!"Tasya terharu, dengan kedua mata yang berkaca-kaca ia meraih tubuh mungil Sauqi, bocah kecil itu pun nampak memancarkan senyuman saat menyadari yang menggendongnya adalah sang mama. "Ma-Ma!"Suara manja itu pun terdengar merdu, Tasya mengulas senyum dan langsung mendaratkan kecupan kasih sayang di keningnya. Betapa bahagianya ketika ia mendengar sang putra sudah bisa memanggilnya dengan sebutan mama. Dika ikut mememeluk Tasya dari belakang, mengulas senyum bahagia dan bersyukur atas kembalinya sang istri. Mama Riri pun meminta Dika untuk membawa Tasya ke kamar, tak menungg
Arkana dan Dika kini sudah berada di rumah, di mana ia akan mempersiapkan uang sebanyak dua miliar untuk menembus Tasya, kedatangan mereka pun disambut oleh bu Nirma dan mama Riri yang menatap cemas. "Pa, Dika, bagaimana, apa kalian sudah menemukan keberadaan Tasya?" tanya mama Riri yang memasang wajah penuh kecemasan. "Iya Dika, bagaimana?" lanjut bu Nirma tak kalah khawatir. "Kami sudah menemukan keberadaan Tasya Ma, Bu, Tasya diculik, dan kami pulang untuk menyiapkan uang sebesar dua milyar seperti yang penculik itu inginkan sebagai penebusnya," ucap Dika menahan emosi. "Apa! Dua milyar, astagfirullah, itu jumlah yang yang sangat besar." jawab bu Nirma menatap sedih. Bu Nirma sepertinya sangat syok mendengar jumlah uang yang disebut oleh menantunya itu, namun dengan cepat ditenangkan oleh mama Riri yang mendapat perintah dari papa Arkana. Papa Arkana mengatakan jika jumlah uang tidak perlu menjadi beban pikiran, karena mereka sendiri sudah siap jika harus kehilangan uang sebes
"Nggak papa Pa," ucap Dika dengan gugup. "Ya ampun, ya udah kalau gitu gantian aja ya yang nyetir, kamu sambil istirahat aja," seru papa Arkana cemas. "Papa yakin bisa bawa mobil?" tanya Dika memastikan. "Iya tenang aja, Papa bisa bawa mobil pelan-pelan." jawabnya dengan yakin. Mereka pun bertukar posisi, kini papa Arkana sudah berada di bagian setir, sementara Dika sendiri saat ini sedang duduk dengan santai menatap ke depan dan ke sini berharap jika ia bisa menemukan istrinya. Sementara di tempat lain, Tasya sudah berada di sebuah ruangan yang cukup gelap, hanya ada lampu kecil yang menerangi ruangan tersebut. Sayup-sayup wanita itu membuka kedua mata, dan terkejut ketika kedua tangannya diikat ke belakang di sebuah kursi kayu, tak lama kemudian datang seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah tertutup masker. "Siapa kamu sebenarnya? Dan untuk apa kamu membawaku ke tempat ini, di mana ini?!" bentak Tasya dengan suara parau, tatapan matanya seolah ingin sekali merebut masker ya
"Loh, kok lantainya tiba-tiba basah dan kotor seperti ini? Lalu ini, jejak kaki siapa ya?" bi Surti menatap ke lantai itu dengan penuh tanya. "Maksud Bibi apa bicara seperti itu? Apa di rumah ini ada orang lain selain kalian berdua?!" tatapan tegas dari Dika pun didapatkan oleh bi Surti yang tidak tahu apa-apa. "Saya sendiri tidak tahu Den, tapi ini bukan jejak kaki saya, lihat saja, jejak kakinya cukup besar, dan sepertinya ada kaki lain yang terseret." jawab wanita paruh baya itu dengan polosnya. Dika mendelik sempurna ketika mendengar kalimat dari bi Surti, sempat berpikir tidak mungkin, tetapi pada kenyataannya memang Tasya tidak ada di rumah itu, membuat hati pria tersebut begitu gelisah dan ketakutan.Mencoba untuk tenang, dengan merogoh ponsel di saku celana, ia mencoba untuk menghubungi nomor Tasya, namun tiba-tiba ia mendengar suara ponsel itu di meja makan, rupanya Tasya tidak membawa ponselnya. Menambah kepanikan yang Dika rasakan saat ini. "Sebenarnya tadi non Tasya se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen