Satu bulan lagi adalah pesta kedewasaanku dan sekarang Marquis memanggilku ke ruang kerja untuk membicarakan tentang persiapannya. Dia memutuskan untuk mengadakan pesta ini semewah mungkin dan akan mengenalkanku kepada para bangsawan Avalon secara resmi sebagai putrinya.
Yah, aku tahu dia sangat menyayangi putrinya tapi bukankah terlalu berlebihan untuk merayakan pesta kedewasaan dengan sangat mewah? Dia memberiku berkas rencana pesta yang sudah dia siapkan“Ayah, apa ini tidak terlalu berlebihan?”Marquis yang sedang membaca berkas-berkasnya kini melihat kearahku dan mengerutkan dahinya. “Apa maksudmu putriku?”“Itu … pesta kedewasaan saya. Bukankan ini terlalu mewah?”Aku suka sih karena ini juga hari bersejarah untukku tapi dengan begitu bukankah para bangsawan akan menganggapku sebagai wanita yang matre. Seorang putri angkat yang menghabiskan uang ayahnya untuk memamerkan kesombongan. Mereka pasti akan berfikir begitu.Kesan pertama mereka padaku saja sudah buruk dan jika dia mengadakan pesta sesuai dengan rencana ini. Kupikir para bangsawan akan semakin membenciku.“Putriku, ini adalah pesta kedewasaanmu dan akan menunjukkan kepada bangsawan lain bahwa keluarga Magrita bukanlah hal yang sepele.”“Ayah benar. Tapi …”Tapi tetap saja, siapa yang akan melakukan pesta semegah ini bahkan anggarannya melebihi anggaran pesta kerajaan. Keluarga Marquis magrita memang sangat kaya tapi ini tetap berlebihan. Aku lebih senang kalau uang itu kusimpan saja untuk tabungan masa depan.Kita ‘kan tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya? Tidak ada yang menjamin.“Kalau begitu, apakah saya boleh mengaturnya sendiri?”“Kau ingin mengaturnya?”“Benar Ayah. Akan lebih bagus jika mereka mengenal saya melalui hal seperti ini.”Dia berfikir sejenak mungkin karena ini adalah pertama kalinya aku meminta sesuatu padanya dan yang kuminta bukanlah hal yang mudah apalagi untukku yang baru saja belajar dia pasti ragu menyerahkannya tapi aku cukup percaya diri dengan kemampuanku.Lagipula apa yang perlu di khawatirkan aku bahkan pernah mengatur uang 15 perak untuk hidup sebulan di luaran sana.“Baiklah, lakukan persiapannya sendiri dan jika kau kesulitan. Minta saja bantuan padaku tanpa perlu sungkan.”“Terima kasih, Ayah!”“Oh iya. Mario, bantu putriku menyiapkannya," perinntah Marquis pada pria di sampingnya.Dia kembali menatapku. “Akan lebih mudah jika ada orang yang berpengalaman membantumu, Putriku.”“Sekali lagi terima kasih ayah. Mario pasti akan sangat membantu.”Dia tersenyum melihatku yang sangat senang. Ah, aku benar-benar menyayangi Ayah angkatku ini.Saat aku keluar dari ruang kerja Marquis sepertinya dia menggumamkan sesuatu dan aku juga berpapasan dengan seseorang yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tapi dia terlihat seperti seorang dokter, mungkinkah Marquis sedang sakit? Tapi dia terlihat baik-baik saja.“Sudahlah, jangan memikirkan sesuatu yang aneh.”Aku hanya perlu fokus pada persiapan kali ini. Baguslah, dengan ini aku bisa membuktikan kemampuanku dan mendapatkan pengakuan para bangsawan sebagai putri marquis. Countess sudah mengajariku cara-caranya jadi aku hanya perlu mengikuti langkahnya saja dan dengan pengetahuan yang kutemukan di jalanan selama tujuh belas tahun sepertinya aku tahu apa yang bisa menarik perhatian para bangsawan.“Mario. Bisa ambilkan aku catatan anggaran pesta dua tahun terakhir di keluarga Marquis? Aku akan menunggumu di ruang baca.”“Baik Nona.”Keluarga Marquis terkenal dengan pemandangannya yang indah karena dikelilingi oleh pegunungan dan hutan, bahkan didalam pegunungan itu terdapat tambang batu bara. Wilayah ini juga menjadi pusat pariwisata di Avalon. Barang yang sering dijadikan oleh-oleh adalah kerajinan patung kayu, mungkin aku bisa memanfaatkannya.Setelah beberapa saat Mario datang membawa banyak berkas di pelukannya. Aku bisa saja menghiasi ruang pesta dengan berlian menggunakan uang yang di berikan Marquis. Para bangsawan memang suka kemewahan tapi bukan kemewahan yang berlebihan seperti itu.“Mario, siapa yang menyiapkan pesta terakhir kali?” tanyaku basa basi sembari membaca satu persatu berkas.“Nona Yvone yang menyiapkannya, itu adalah pesta ulang tahun beliau yang ke enam belas.”Benar juga, Marquis bilang kalau putrinya meninggal setahun sebelum dia menemukanku. Dia membuat anggaran yang cukup bagus, aku yakin pestanya saat itu berjalan baik. Tapi daftar tamunya.“Hmm … kenapa dia hanya mengundang sedikit orang?”“Saat itu kesehatan Nona Yvone sudah mulai buruk. Jadi beliau hanya mengundang kerabat dekat dan mengadakan pesta kecil.”"Oh, jadi begitu ... hmm."Sekarang aku tahu apa yang perlu kupersiapkan, karena tamu undangan sudah disiapkan oleh Marquis aku hanya perlu menyiapkan dekorasi dan perencanaan pesta yang matang. Mario adalah suami dari Sillia, wanita yang dulu menemukanku bersama Marquis. Mereka adalah dua orang kepercayaan di kediaman ini."Aku akan menuliskan daftar barang yang harus kita pesan.""Baik Nona. Apa anda ingin saya merekomendasikan sesuatu?""Tidak perlu, kurasa aku punya ide."Mario tetap berdiri di sampingku yang sedang menulis. Dia tidak mempertanyakan apapun tapi apa ini hanya perasaanku saja sesaat aku merasa bahwa tatapan Mario seolah menusukku. Tapi saat aku menoleh dia tersenyum.“Apa anda sudah selesai, Nona?” tanyanya dengan senyuman ramah.Yah. Itu pasti hanya ilusiku saja.“Iya. Mario, aku sudah menuliskan semuanya di sana. Kerjakan tanpa ada yang kurang lalu siapkan kereta kuda. Aku akan pergi keluar.”“Baik Nona.”Dia sangat kompeten meskipun umurnya sudah cukup tua, karena Marquis memberikan dia padaku berarti Marquis sudah sangat mempercayaiku. Aku tidak akan mengecewakannya.Sekarang aku harus pergi mengunjungi para pembuat lilin dan pengrajin kayu. Meskipun dilihat berkali-kali, wilayah Marquis tidak pernah membosankan. Jalanannya juga selalu ramai oleh para pengunjung, selama perjalanan aku bisa melihat penginapan yang di kelola keluarga Marquis sangat ramai.Setelah pesta kedewasaan dan aku sudah diakui oleh para bangsawan, Marquis bilang akan mengajariku mengelola wilayah ini secara langsung. Meskipun aku sudah beberapa kali ikut kunjungan wilayah bersama tapi dia tidak pernah membiarkanku ikut campur lebih jauh.“Nona, kita sudah sampai.”"Bantu aku untuk turun.""Baik."Pengawal yang di tugaskan Marquis, membantuku turun dan menarik perhatian banyak orang. Sebenarnya aku tahu dia awalnya menolak untuk mengawalku tapi setelah di bayar dua kali lipat oleh Marquis dia langsung menerimanya.Bukankah kekuatan uang itu sangat bagus?“Selamat siang, Nona Magrita. Ada keperluan apa sampai anda datang sendiri ke tempat seperti ini?” tanya seorang penjaga di tempat pengrajin.“Apa maksudmu Tuan, tempat ini adalah sumber kemakmuran Magrita. Anda tidak perlu memanggilnya dengan sebutan ‘tempat seperti ini’.”“A-ah maafkan saya.”Dia terlihat sangat gugup padahal orang lain melihatku dengan tatapan benci yang terlihat sangat jelas. Sudahlah, aku harus segera menemui pemilik tempat ini dan pergi. Tatapan mereka membuatku sangat mual. Sebenarnya bukan hanya disini tapi di Kediaman Marquis juga banyak pelayan yang seperti itu, kebanyakan mereka adalah pelayan lama.“Tolong antarkan aku pada pemimpin tempat ini.”Dia hanya diam saja dan justru seorang pria berbadan besar datang dan berdiri tepat di hadapanku.“Jika anda hanya ingin bermain, sebaiknya anda mencari tempat yang lain Nona.”“Fleur! Apa yang kau katakan!”Pria bernama Fleur itu membawa palu dan alat pengukir di tangannya. Dia sengaja menunjukkan kedua benda itu padaku. “Benda-benda seperti ini bisa saja menyakiti Anda,” ujarnya dengan nada mencemooh.Yah, aku tidak bisa membencinya karena kebanyakan penduduk sudah tahu asal muasalku yang asli. Jadi wajar mereka masih mengaggapku sebagai ‘gadis pengemis’ yang diambil Marquis hanya karena wajahku yang mirip putrinya.“Tuan. Apa saya terlihat seperti mengajak anda bermain? Atau apa setiap pelanggan kesini hanya bermain-main dengan anda? Saya pikir ini tempat pengrajin.”Dia tersentak mendengar jawabanku. Apa kau pikir aku hanya akan diam dan lari setelah kau intimidasi. Sepertinya dia lupa darimana aku berasal.Seperti yang di rencanakan, Revanov melepaskan satu kuda yang terluka ke arah sekumpulan monster yang ada dan mereka dengan cepat mengejar kuda tersebut hingga menyisakan beberapa monster saja, setidaknya mereka masih bisa menangani monster-monster itu sebelum sisanya kembali.Pertarungan berlangsung cukup lama hingga hampir seluruh pakaian yang di kenakan oleh Revanov berlumuran darah, tak sedikit dari pasukannya yang terluka. Dipegangnya pedang itu semakin erat, sebisa mungkin dia membereskan para monster itu dan mengambil Cecilia kembali."Yang mulia! Saya menemukannya!" Frederick datang dari arah yang berlawanan bersama dengan pasukannya. Dia mengisyaratkan pada salah satu pasukannya untuk mendekati Revanov ketika beberapa monster menyerang. "Tunjukkan jalannya." Prajurit tersebut mengangguk dan menunjukkan arah dimana jalan tersembunyi itu di temukan sedangkan Frederick mengambil alih posisi untuk memimpin pasukan. Seperti yang dikatakan oleh Bian, di dekat wilayah Kinsey ada
Sehari sebelumnya."Apa kau yakin Kinsey bekerja sama dengan Gabriel? Bukankah tidak ada alasan untuk Kinsey bekerjasama dengan orang seperti itu?" Tanya Bian sembari menandai beberapa ttitik di peta yang dia temukan.Kemungkinana untuk keluarga Kinsey bekerjasama dengan Gabriel sangatlah kecil terlebih mereka adalah keluarga yang selalu mencoba menghindari sekandal. Itulah sebabnya Amelia tidak terlalu memperlihatkan kedekatan dirinya dengan mereka karena resikonya begitu besar."Tidak ada satupun kemungkinan untuk mereka bekerjasama dengan Gabriel, Rev." Tambah Bian.Sedangkan pria itu memilih tidak menjawab pertanyaan temannya dan mempelajari peta untuk mengingat beberapa titik yang mungkin bisa mereka gunakan untuk menyelamatkan Cecilia. Dia bersandar pada meja dan mulai menjelaskan sedikit kemungkinan yang tengah dia pikirkan."Bukankah kita tahu bahwa Amelia bekerja sama dengan Kinsey, adikmu itu juga bekerja sama dengan Gabriel," jelas Revanov."Lalu apa hubungannya? kau pikir
Sudah berapa lama aku ada disini, semua yang kulihat hanyalah kegelapan dan secercah cahaya dari lilin yang di bawa oleh Marquis. Apa aku benar-benar sudah di campakan oleh Revanov. Kenapa berisik sekali di luar? "Kau sudah bangun rupanya," ujar seseorang yang suaranya terdengar tidak asing, dia berdiri di hadapanku dengan jubah yang menutupi wajahnya namun tidak bisa menyembunyikan betapa kuatnya aura keberadaan manusia satu ini."Gabri ... el?""Oh, kau mengenaliku." Dia menyingkap tudung yang menyembunyikan wajahnya. "Sudah kuduga Revanov memilih wanita yang tepat untuk kujadikan umpan. Lihatlah dia dengan bodohnya melawan para monster itu. Heh, dia tidak pernah berubah karena itulah dia akan tetap kalah," jelas Gabriel dengan senyum sinis di wajahnya."Monster?" "Kau baru bertanya sekarang?" Ujarnya dengan tawa yang menggema.Apa itu berarti selama ini aku sedang ada di hutan selatan? Tapi bagaimana bisa itu terjadi?! Sial, pikiranku menjadi semakin sulit mencerna apa yang terja
Pandangan yang buram, suara tetesan air yang jatuh adalah satu-satunya hal yang menemaniku disini dan membuatku tetap tersadar bahwa aku masih hidup. Sudah berapa hari aku ada disini aku tidak tahu, yang pasti adalah orang-orang itu sesekali datang menemui untuk melampiaskan amarah mereka seperti saat ini."Kau sudah gila? Bagaimana jika Tuan Gabriel tahu tentang hal ini?" tanya seorang pria dengan suara seraknya pada Marques."Gabriel? Ha! Apa maksudmu? Dia anakku jadi aku bebas melakukan apapun," jawab Marquis dengan nada mengejek.Akupun tidak tahu pasti apa yang sedang mereka bicarakan ataupun rencanakan, tapi Gabriel? Bukankah dia kakak Revanov, kenapa mereka tiba-tiba membawa nama itu. "Ack!" rintihku saat Marquis lagi-lagi menendangku dan menjambak rambutku."Lihatlah! Anak pembawa petaka ini! Dia yang membuat bisnis kita bangkrut!" ujar Marquis dengan nada geram sebelum kembali menjatuhkan tubuhku.Sudah berapa lama aku seperti ini, semuanya membuatku kembali mengingat kenang
Tidak ada satupun yang berhasil kuingat saat tak sadarkan diri setelah acara minum teh bersama Putri Amelia dan sekarang aku sudah berada di sebuah tempat yang sangat asing. Tanpa ada seorang pun di sampingku, kedua tanganku terikat termasuk kakiku dan saat itu aku baru sadar bahwa semua ini mungkin adalah rencana dari Amelia. Bagaimana bisa dia menculikku bahkan saat aku ada di kediamanku sendiri. "Revanov? Apa itu kau?" Sialnya suaraku juga seolah hilang, tak butuh waktu lama karena setelah aku terbangun sebuah bayangan menghampiriku di dalam ruangan yang gelap ini, dia membawa sebuah lentera di tangannya. "Kau sudah bangun? Putriku?" Deg! Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat mendengar suara yang begitu familiar. Dan apa yang kulihat sekarang benar-benar di luar perkiraanku, aku lengah ketika berfikir sudah berhasil menghancurkannya. Pria tua itu sudah berdiri di hdapanku dengan sebuah benda pisau di tangan yang satunya. "Marquis?" "Apa kau merindukan Ayahmu ini?" t
Entah Seperti yang di katakan melalui surat bahwa Putri Amelia akan datang berkunjung. Ternyata dia langsung datang hari ini dengan membawa beberapa pengawal dan pelayannya."Salam untuk matahari Avalon," sapaku bersamaan dengan Revanov yang juga menyambutnya."Terima kasih atas sambutan hangat kalian, tapi kudengar Duches sedang sakit. Apa tidak masalah jika anda pergi keluar seperti ini?" tanya Amelia.Dia memberikan isyarat pada salah satu pelayannya untuk memberikan sebuah mantel padaku."Anda harus menjaga suhu tubuh saat berada di Arcelio, tempat ini lebih dingin dari daerah-daerah lainnya," jelas Amelia begitu menempatkan mantel tadi padaku."Terima kasih Yang mulia," ucapku.Apa ini perasaanku saja atau memang ada sesuatu yang salah disini? Dia berkata seolah dirinya yang paling tahu tempat ini bahkan dia juga memberikan beberapa mantel kepada pelayan yang ikut menyambutnya."Kuharap kalian juga bisa bekerja lebih nyaman disini," ucap Amelia begitu memberikan mantel-mantel tad