Dira menyudahi makannya, menyeka mulutnya dengan tisu kemudian bergegas bangkit. Ia tidak mau terlalu lama di resto tersebut. Terlebih jika harus bertemu Alif. Cukup di rumah saja ia merasakan intimidasi ini.
Tergesa, Dira berjalan keluar resto. Ia juga harus kembali ke kantor siang ini. Banyak hal yang harus ia kerjakan.
Namun, semua keinginan Dira langsung menguap saat melihat Alif malah mengikutinya keluar dan kini tampak berdiri bersedekap menunggunya di depan mobil. Mobil mereka tidak sengaja terletak bersebelahan kali ini.
“Mau apa lagi dia?” gumam Dira.
Dengan malas, Dira mendekat hingga berdiri di depan Alif.
“Minggir, Mas!! Aku mau balik kantor.”
Seolah tidak mendengar, Alif malah balik mengajukan pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan dengan Rayhan tadi?”
Alif tahu jika Rayhan mempunyai perasaan istimewa pada istrinya. Bahkan Rayhan pernah mengatakannya ke Alif kala itu. Sayangnya, hing
Alif melotot, ingin marah, tapi yang ada ia malah membuka mulut dan mengizinkan Dira melanjutkan suapannya.Dira memang sengaja ingin segera melanjutkan pekerjaannya di lantai satu. Mumpung akhir pekan, Dira ingin merapikan semua sudut rumah. Sayangnya ulah Alif malah membuat tugasnya tersendat.Alhasil terpaksa Dira menyuapinya seperti sekarang.“Dira, pelan-pelan. Mulutku masih penuh,” protes Alif.Ia kesal, karena Dira terus menjejalkan nasi ke mulutnya.“Gak papa, Mas. Biar cepet habis.”Alif terpaksa mempercepat kunyahannya. Meski sedikit kesal, tapi kali ini Alif tidak marah dengan ulah Dira.Tidak hanya nasi goreng yang ia suapin, buah potong juga ikut disuapin Dira ke Alif. Alif ingin marah, tapi entah mengapa seolah tidak ada kata yang bisa keluar dari mulutnya.“Nah, sudah selesai, kan?”Dira tersenyum sambil meletakkan bekas piring ke baki. Alif hanya diam seraya melirik Dir
“Aduh … kepalaku sakit,” erang Dira sambil menggosok kepalanya.Matanya sudah terbuka dan tampak beredar memperhatikan sekitar. Kemudian ia tampak terjingkat kaget.“Kok aku di kamar? Bukannya tadi di ruang tengah, nonton tv?”Dira memperhatikan sekitar. Ini memang kamarnya dan dia tidak salah. Hanya saja, ia masih bingung siapa yang membawanya ke sini.Usai menjatuhkan Dira dengan keras tadi, Alif langsung keluar kamar dengan dongkol. Itu sebabnya Dira tidak melihat kehadiran Alif di kamarnya.Dira tidak mau berpikir panjang dan memilih melanjutkan tidur. Sedangkan Alif terlihat makin kesal. Ia duduk dengan muka ditekuk dengan bahunya naik turun mengolah udara.“Ada hubungan apa anak itu dengan Rayhan? Pakai tidur saja nyebut namanya.”Tanpa diminta Alif jadi kesal sendiri. Dia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba semarah ini.Alif menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan per
Dira menyudahi makannya, menyeka mulutnya dengan tisu kemudian bergegas bangkit. Ia tidak mau terlalu lama di resto tersebut. Terlebih jika harus bertemu Alif. Cukup di rumah saja ia merasakan intimidasi ini.Tergesa, Dira berjalan keluar resto. Ia juga harus kembali ke kantor siang ini. Banyak hal yang harus ia kerjakan.Namun, semua keinginan Dira langsung menguap saat melihat Alif malah mengikutinya keluar dan kini tampak berdiri bersedekap menunggunya di depan mobil. Mobil mereka tidak sengaja terletak bersebelahan kali ini.“Mau apa lagi dia?” gumam Dira.Dengan malas, Dira mendekat hingga berdiri di depan Alif.“Minggir, Mas!! Aku mau balik kantor.”Seolah tidak mendengar, Alif malah balik mengajukan pertanyaan.“Apa yang kamu lakukan dengan Rayhan tadi?”Alif tahu jika Rayhan mempunyai perasaan istimewa pada istrinya. Bahkan Rayhan pernah mengatakannya ke Alif kala itu. Sayangnya, hing
Sudah empat hari Alif keluar kota dan kondisi Dira juga sudah lebih baik dari sebelumnya. Benar kata Dokter Rani, dia memang tidak boleh stress dan ketidakhadiran Alif telah berhasil mengurangi stressnya.Pagi itu Dira sengaja berkunjung ke rumah sakit miliknya. Selain hendak kontrol ke Dokter Rani, ada beberapa hal yang harus ia bahas dengan Dokter Wirya.Cukup banyak hal yang dibicarakan Dira dengan Dokter Wirya. Dira meninggalkan rumah sakit saat jam makan siang berlangsung. Namun, ketika tiba di parkiran Dira melihat Rayhan.“Kak Rayhan!!” pangil Dira.Rayhan tampak terkejut. Sebenarnya Rayhan tidak praktek di rumah sakit ini, tapi kadang tenaganya dibutuhkan untuk membantu di sana.“Dira!! Kamu di sini juga?”Dira tersenyum, menganggukkan kepala sambil berjalan mendekatinya. Rayhan tersenyum memperhatikan Dira dengan saksama dari ujung kepala sampai ujung kaki.Dira paham mengapa Rayhan bersikap seperti it
“Asisten Pak Alif menginformasikan ke semua tamu yang datang tentang kepulangan Pak Alif yang mendadak.”Pria yang merupakan relasi kerja Alif itu kembali menambahkan kalimat seolah memperjelas keterangannya tadi. Dira hanya diam sambil sesekali mengangguk menunjukkan perhatian.“Baik, Bu. Mungkin lain kali kita sambung lagi pembicaraannya. Saya harus pergi.”Pria tersebut berpamitan dan meninggalkan Dira di ruang tunggu apotik. Dira tersenyum sambil menganggukkan kepala memberi salam.Dira tampak tertegun dengan benak yang terus mencerna penuturan relasi kerja Alif tadi. Kemudian perlahan Dira mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu di laman pencarian.Matanya langsung melebar saat melihat ada foto Alif bersama beberapa rekan kerjanya, termasuk Pak Joni, Maura juga ada Firman dan beberapa rekan yang lain. Mereka berdiri di depan sebuah mall baru di kota ini.Dira kembali menatap foto itu dan ia melihat Alif mengenak
“Bapak juga bilang Ibu gak boleh terlambat makan. Jadi mulai hari ini saya yang akan mengingatkan.”Linda kembali menambahkan kalimatnya. Dira hanya diam, menatap Linda dengan tatapan tak percaya.Tanpa Dira ketahui, Alif memang menelepon Linda semalam dan meminta dia melakukan hal itu. Inginnya Alif mengurungkan perintahnya ke Linda esok paginya, tapi dia juga tidak mau dianggap asisten Dira sebagai orang yang plinplan.“Ternyata Pak Alif perhatian banget ke Ibu, ya?”Dira tidak menjawab, hanya tersenyum meringis sambil menganggukkan kepala. Andai saja Linda tahu semua sikap manis suaminya selama ini hanya sandiwara dan mempunyai tujuan tertentu.“Terima kasih, Lin. Kamu boleh kembali ke tempatmu.”Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Dira bersuara. Ia risih melihat tatapan asistennya seolah ia wanita paling beruntung di bumi ini karena menjadi istri Alif.Linda mengangguk kemudian segera undur