Share

Episode 4

Penulis: Basreswara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-05 22:19:30

***  

Disaat pintu kamar tidur terbuka, Adnan mengalihkan pandangan, Melihat perempuan disana berjalan mendekati meja rias. Melucuti jilbab bermotif dari merk tertentu.

Adnan memberi senyum kepada istrinya, sambil melangkah kearah tempat tidur. Terdengar helaan napas kasar dari sisi meja rias, Hana sedang gugup rupanya. Ada sesuatu yang harus ia bicarakan pada Adnan. Sedangkan pria itu masih terduduk pada sisi kasur, memainkan ponsel sebelum ia tidur.

Hana mendekat “Mas. Ada yang ingin aku bahas denganmu. Tapi sebelumnya aku memiliki alasan kuat untuk ini” Adnan beralih menatap istrinya dengan raut penuh tanya.

Perempuan yang sudah tak berpenutup kepala lagi terdiam sesaat. Kembali mencerna sesuatu yang dituju. Benarkah keputusannya? Yang pasti, Hana harus mencoba terlebih dahulu. Bisa saja spekulasinya salah -  berupa penolakan dari Adnan.

“Apa perlu… aku mencarikan perempuan baik untukmu?” cicit Hana, tidak berani mengangkat wajah, apalagi menatap netra hitam Adnan.

Lelaki didepannya termenung, memikirkan kata ‘perempuan baik’ yang barusan ia dengar.

“Perempuan, untukku?” Adnan memperjelas. “Maksud kamu?”

Hana memberanikan diri mengangkat pandangan.

“Sepertinya aku tidak bisa merawat anak-anak sampai dewasa, Mas. Kamu pun tidak mungkin dirumah terus-menerus, kamu seharian bekerja-”

“Han. Kamu bicara apa sih! Siapa yang mengataimu tidak bisa merawat anak-anak? Paman? Iya?” Adnan meninggikan suara. Menuduh sembarang orang. Ia tahu kemana arah pembicaraan Hana. Perempuan itu sedikit bergidik. Tak pernah ia melihat suaminya semarah ini.

“Mas. Bukan begitu-”

“Mungkin kamu kelelahan. Aku mau tidur.” Pria itu beranjak. Mengalihkan pembicaraan. Tepatnya tidak ingin membahas hal yang tidak akan terjadi.

Adnan telah bergelung di balik selimut, memunggungi istrinya. Ucapan kosong belaka ketika ia ingin tertidur. Laki-laki tersebut masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Apakah yang ia pahami selaras dengan maksud perkataan Hana tadi?

Dalam ruangan besar itu terdapat dua orang saling diam. Pula Hana kekeh pada pendiriannya. Benak nya bertanya-tanya, bagaimana meluluhkan hati seorang Adnan. Mungkin kalau membutuhkan waktu lebih lama, tubuh lemahnya tak bisa melakukan apapun. Membayangkan dua gadis mungilnya tanpa perawatan dan kasih sayang sosok ibu. Begitu sakit jika hal itu benar-benar terjadi.

Lelah dengan pikiran mereka masing-masing, akhirnya Adnan dan Hana mengalah seusai melawan kantuk, memejamkan mata. Dalam jam berikutnya, satu suara mengusik pria itu. membuatnya terjaga.

“Mas” gumam perempuan di samping.

Berulang kali kata itu terlontar. Membuat Adnan memangkas jarak dengan cepat, mendekati sang istri. Dahi Hana yang di hiasi rambut halus berkeringat, menambah kecemasan seorang Adnan Wijaya.

“Panas” Adnan bergumam pelan setelah memegang dahi Hana.

Bergegas ia mengambil obat yang tersedia dalam laci paling atas sebuah nakas terdekat. Mencomot plester modern penurun panas dewasa, untuk penanganan darurat. Jiwa yang dipenuhi rasa takut sekaligus khawatir, Adnan menyambar ponsel disamping. Menelepon Suryo.

Tanpa pikir panjang, pria itu menggendong Hana menuju mobil. Membangunkan pekerja rumah, dengan raungannya. Meminta untuk memegangi Hana di kursi penumpang bagian belakang. Mereka akan segera ke rumah sakit. Hana tentu sangat membutuhkan penanganan khusus. Terlihat dari tubuh putih Hana yang menggigil.

Selama satu bulan, istri Adnan sudah dua kali terbaring lemah dalam ruangan intensif.

.

.

Tengah malam Adnan kembali di suguhkan ruangan ber-dominan warna putih. Pikirannya kalut, tak bisa memikirkan apapun selain Hana didalam sana. Netra hitam itu tak di biarkannya terpejam.

‘Hebat sekali, Han. Kamu berhasil menutupi penyakit ini dariku. Atau aku saja yang bodoh!’ menatap kosong sambil meremas ke dua tangannya.

Selama ini, keseharian Hana baik-baik saja, membuat Adnan menepiskan kekhawatiran. Pikirnya pengobatan yang dilakukan Suryo berhasil, sehingga kondisi Hana berangsur membaik.

Jika kondisi tersebut di alami pasien dengan penyakit biasa, Adnan tak akan se-gila ini.

Usaha yang dilakukan seorang dokter onkologi terasa sia-sia. Hana tetap pada ego-nya. Kondisi emosi pasien berperan penting pada setiap langkah pengobatan yang di laksanakan.

Suryo berdiri di depan Adnan, menatap sedih pria itu. Biasanya keponakan nakal ini menjadi penyelamat bagi orang lain karena perannya sebagai dokter bedah. Sekarang berbeda, Adnan seolah tak memiliki gairah. Sesekali air matanya turun ketika membayangkan hal buruk pada sang istri.

“Nan. Paman bukan ingin merubah rencana tuhan ataupun takdir. Untuk penyembuhan Hana sangat sulit. Ditambah istrimu tak mau melakukan perawatan lainnya. Dengan alasan-” paman Suryo tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

“Paman. Aku mengerti” Adnan membalas tanpa melihat lawan bicara. Ia tetap menunduk melihat lantai.

“Ketika Hana datang menemui paman. Dia sepertinya memiliki keinginan. Tapi paman tidak tahu…” sontak ponakannya mendongak. Laki-laki yang mengenakan white coat pun menepuk bahu Adnan.

“Pikirkan baik-baik.” Ungkapan terakhir dari Suryo.

***

Tiada bulan tanpa berganti dengan matahari, begitu juga malam yang berganti dengan siang. Serta manusia mengalami perubahan dalam hidupnya – dan itu pasti.

Ternyata sudah satu minggu lamanya, Hana telah kembali ke rumah, selepas pertengkaran kecil bersama sang paman. Perihal menjaga kondisi tubuhnya, yang menjadi langganan rumah sakit.

Perempuan itu tengah duduk sendirian di ruang keluarga, membiarkan dua gadis kecil bermain piano mini mereka.

Terdengar bunyi notifikasi pesan dari ponsel. Sontak Hana menyambar benda pintar di sebelahnya.

_Ada apa, Hana? Pakde ada dirumah sekarang_

Seulas senyum menghiasi wajah ayu Hana. Keinginannya mungkin akan tercapai dengan segera. Melangkah sedikit cepat ia menuju kamar tidur, berganti pakaian yang lebih layak dan sopan.

Sedangkan bibi pekerja rumah ini ikut tergesa-gesa setelah mendengar namanya dipanggil sang majikan.

“Bi. Jaga Ayanna dan Anthea sebentar ya.” Kata Hana.

“Tapi, ibu mau kemana?” bibi tak ingin dijanjikan cepat pulang seperti saat itu. kali ini ia harus bertanya. Meski Adnan tidak marah, tetapi raut pria pemilik rumah kentara sekali menekuk.

“Hana mau ke rumah pakde di desa, bi. Mas Adnan pulang cepat hari ini. Nanti bibi beritahu saja.”

Tanpa beban istri Adnan berjalan melewati batas pintu. Kali ini ia harus mewujudkannya. Dari sudut pandang orang diluaran sana, mungkin yang ia lakukan terlihat begitu bodoh. Bahkan gunjingan dari keluarga bisa saja terjadi.

Masa bodoh dengan hal-hal tersebut, Hana enggan memikirkannya. Terpenting dua gadis mungilnya dipenuhi kasih sayang dari sosok ibu selain dia. Egois? Benar. Hana egois, tidak memikirkan bagaimana perasaan seorang gadis bernama Arum.

Hana mengunjungi rumah pak Pramono, dalam kondisi tubuh tak terlalu baik, ia menyiapkan senyum terhangat. Ketika Hana membuka pintu mobil, gadis berjilbab lebih muda darinya menyambut. Menampakkan gingsul manisnya.

“Mbak Hana” tegur gadis bernama Arum. “Saya anak pak Pramono. Tadi di minta menjemput mbak. Takutnya salah alamat.”

‘Cantik sekali’ benak Hana.

“Apa perlu saya bantu mbak kesana dengan kursi roda agar tidak terlalu lelah?” Arum menawarkan. Berdasarkan info dari ayahnya, Hana tidak begitu sehat.

Hana pun menggeleng “Enggak usah, Rum. Mbak tidak apa-apa.”

“Mbak tahu nama saya?” ia sedikit terkejut.

“Tentu saja. ayah kamu sudah memberitahu” istri Adnan terkekeh.

Dua perempuan itu lebih cepat akrab dari yang di perkirakan, Hana berkali-kali mengucap syukur dalam hati. Gadis pilihannya memang benar-benar baik. Apalagi perilaku dan keramahan Arum membuat Hana bahagia.

Jarak jalan dan rumah pak Pramono lumayan menguras tenaga. Bagi kondisi tubuh sehat, sebenarnya bukan hal berat. Namun, Hana sampai ngos-ngosan. Arum pun begitu khawatir.

“Mbak saya ambil minum dulu.” Arum.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti   Episode 29

    Dua makhluk kecil mengintip kemudian menyelinap melalui pintu. Si bungsu Anthea memberikan isyarat pada saudaranya. “Ssttt…” seiring Anthea menaruh telunjuk di depan mulut. Mereka bermaksud mengejutkan ayahnya. Adnan yang sedang mengikat dasi – bersiap akan bekerja – mendengar langkah pelan yang menapak bergantian. Perlahan pria itu menoleh, benar saja putri kembarnya sudah mengendap-endap mendekati. Berikutnya Adnan pula memberikan isyarat agar dua makhluk kecil ini tidak berisik. Persis apa yang dilakukan si bungsu tadi. “Mama lagi sakit.” Sembari menunjuk perempuan terlelap di tempat tidur. Arum terlihat menikmati dunia istirahatnya, seolah tenang. Bahkan pagi ini Adnan lebih dulu terbangun dan sudah bersiap-siap. Ucapan Adnan hanya berlaku beberapa saat saja, tak lama setelah itu si kembar mulai mengusik mamanya. Mereka juga saling menjahili di sebelah tubuh Arum yang masih memejamkan mata. “Thea, kamu jangan belisik.” Ayanna mengingatkan si bungsu, padahal suaranyalah sebag

  • Istri Pengganti   Episode 28

    Berulang kali Adnan membuat matanya terbuka lalu tertutup, ia sedang mengusahakan agar mengikuti lelapnya si kecil Ayanna. Tak ayal selama tiga puluh menit mata itu memperhatikan gerakan jarum jam dinding, benda yang berbentuk lucu bagi anak-anak.Pada akhirnya Adnan memilih ke dapur setelah merasa tenggorokannya kering. Ia menyesalkan dirinya yang tidak bisa tidur, sebab esok waktunya akan dikuras sedari pagi, mungkin sarapanpun bisa tertinggal seperti kala itu. Tak apalah kalau Arum menyiapkan bekal kembali, toh ia harus membiasakan diri dengan perhatian-perhatian kecil tersebut.Pria itu menoleh cepat setelah ada suara grasah-grusuh dan pekikan kecil dari luar. Samar-samar ia mendengar layaknya suara seorang perempuan.Ketika Adnan berdiri di ambang pintu, ia mendapati Arum tengah melompat-lompat hendak mengambil sesuatu. Rambut panjang sang istri tertiup angin memperlihatkan anting cantik tersemat di telinga. Hidung mancungnya terlilhat jelas dari samping.

  • Istri Pengganti   Episode 27

    Tumpukan buku medis ber-cover bagian-bagian tubuh manusia yang akan membelenggu seorang dokter bedah. Secangkir kopi sepertinya hampir habis, lain pula kacamata bertengger setia untuk mata pria itu. Kabarnya besok Adnan akan melakukan pengoperasian pada seorang anak laki-laki, sekitar umur Sembilan tahun. Dia beranjak dari kursinya hanya ketika ke kamar mandi kemudian melakukan aktivitas yang sama kembali. Setelah ucapan yang berbau ejekan dari teman-temannya, terselip bayangan wajah Arum kala tersenyum di saat menonton acara favoritenya. Yang tak lain acara mingguan seorang akademisi. Mungkin gadis itu telah memutuskan pengabdiannya pada laki-laki pemilik tawa yang menundukkan. Hanya saja, kata per kata dari seorang dosen muda tak bisa lenyap sembarangan. Dokter yang di benamkan oleh buku-buku medis menyampaikan kekalahannya, dia sudah ambruk tertidur. Adnan terlelap sambil duduk, sampai tak menyadari ada orang lain menghampiri. Arum tampak bingung, pasti su

  • Istri Pengganti   Episode 26

    “Bisa saya membantu bapak memilih kue?” salah satu karyawan toko kue milik Arumi menawarkan pada laki-laki yang baru tiba, sosok itu seperti tidak mengerti dengan makanan tersebut. “Apa saya bisa bertemu pemilik toko kue ini?” “Maaf, pak. Pemilik toko sangat jarang berkunjung, mungkin hanya sekali dalam dua minggu.” “Bisakah kamu telepon? Saya ada beberapa urusan, katakan padanya kalau saya temannya.” Pinta Reyhan. Pria itu sendirian mengunjungi toko kue yang dia cari-cari cukup lama, pernah menanyakan perihal ini kepada ayah Pramono, dan tentu saja hasilnya tidak ada. Mengingat masa pertemuan Reyhan dan perempuan penakluknya, di saat akhir pekan selalu dia sempatkan mengunjungi Arum dengan penuh senyuman. Gadis pertama yang bisa membuat dosen muda luluh lantah. Toko kue di desa Arum adalah tempat mereka bersama, meski si gadis tidak tahu maksud kedatangan laki-laki ini tiap minggu, dia selalu menyambut ramah. Pria itu selalu duduk pad

  • Istri Pengganti   Episode 25

    “Papa juga tidur di sini, ya.” Ajak Ayanna melihat ayahnya baru muncul. Sorot mata Arum lalu beralih kearah pintu, menangkap laki-laki berkaos putih longgar. Sepertinya itu baju kesukaan Adnan, hampir tiap malam si istri memperhatikan. Raut tampan lelaki di sana kebingungan, dia harus mengiyakan atau menolak. “Papa ada kerjaan, sayang.” Alasan klasik demi menghalau kecanggungan terhadap Arumi. Adnan berbalik cepat. “Ana, sama mama saja, Anthea juga di sini kok.” Perempuan tersebut mengerti gerak-gerik pria itu. Ayah anak-anak masih mendengar ucapan si istri, tanpa arah di terus melangkah lalu menuju ruang keluarga – menyalakan televisi untuk mengusir kesunyian. Dia mengganti-ganti channel satu ke channel lainnya demi menghilangkan kebosanan. Adnan juga terkaget ketika melihat Arum bersama si kembar. Tuan rumah berbaring di atas sofa sambil mendengar ocehan televisi, berusaha menutup mata, ada sedikit rasa mengantuk rupanya. Kemudian ia

  • Istri Pengganti   Episode 24

    “Papa.” Suara kecil mampu membangunkan pria yang tak sengaja tertidur pada sisi hospital bed. “Sayang, mau minum? Atau Ayanna mau yang lain? Badan Ana (Ayanna) ada yang sakit?” Si kecil Adnan menyingkirkan selimut tebal dari tubuhnya, “Gerah, Pa. Ana gak mau pakai selimut.” Masih terdengar jelas ucapan lemah dari putri sulungnya. “Ana mau duduk.” Permintaan gadis mungil, dia terlihat sulit bergerak. Dengan sigap seorang ayah memindahkan anaknya untuk bersandar pada kepala ranjang, lalu secara otomatis bed electric tersebut perlahan bergerak melengkung, agar gadis kecil itu merasa nyaman. Ayanna menatap ruangan yang hanya di isi benda-benda dan fasilitas lainnya, seolah mata sayu putri Adnan mencari seseorang. “Mama?” bocah di atas ranjang bertanya, lekat memandang mata yang mirip dengannya, netra Adnan. “Papa panggil mama dulu, ya.” Dijawab anggukan singkat sang anak. Selang satu menit, lelaki tadi datang ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status