“Oke...aku setuju, ide Mama ternyata bagus juga.” Ucap Sintia tersenyum lepas.
Namun tiba-tiba senyum dan khayalan Sintia tiba-tiba bubar, ketika mendengar nyaring nya teriakan sang Mama dari arah dalam kamarnya.
“Tidakkk... Sintia, cepat kesini nak. kita bakal hancur sekarang."
“Ada apa sih ma?”
Sintia yang ikutan panik langsung berlari menuju kamar mamanya.
“Ternyata Mayang jauh lebih pintar dari pada kita berdua, dia sudah berhasil membawa kabur sertifikat Rumah ini, sekarang kita harus bagaimana untuk mengembalikan uangnya Jarwo.” Mama kembali panik sambil meremas-remas rambutnya.
“Ma, aku takut banget ma. Jarwo itu laki-laki kejam dan ngak punya perasaan, aku tidak ingin dia menyakiti kita ma.”
Sintia mulai panik seketika air matanya mulai membanjiri wajah cantiknya.“Mama juga bingung harus bagaimana sekarang, coba saja waktu itu kamu lebih bijak mengunakan uang pemberian Jarwo , tentunya kita tidak bakal seperti ini. Ini malah foya-foya terus.”
“Lho Mama kok malah nyalahin aku, mama kan juga ikut menikmati uang tersebut.”
“Tapi lebih banyak kamu Sintia.” Mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain.
“Aku punya ide, gimana jika Mama saja yang gantian nikah dengan bos Jarwo.”
“Kamu gila ya, Sintia. Lagian mana mungkin Jarwo mau sama Mama yang sudah tua gini. Lagian selera Jarwo itu sama yang jauh lebih muda dan segar, seperti kamu dan Mayang.”
“Tidaakk mau ma, mendingan kita segera kabur dari Rumah ini, sebelum mereka menangkap kita berdua ma.”
Sintia mulai ketakutan.“Iya, cepat Sintia. Kita harus beres-beres dan bawa seperlunya saja. Sebelum Jarwo dan anak buahnya menemukan kita berdua.”
Sintia dan mamanya mulai berkemas, namun belum sempat mereka meninggalkan Rumah, para orang-orang Jarwo sudah berkumpul didepan pintu masuk, membuat Sintia dan mamanya langsung terlonjak kaget, mereka mundur beberapa langkah kebekang, dengan posisi saling berpelukan.
“Mau kemana kalian?”
“Ka...kami, kami mau liburan saja kok ke... kekampung Halaman mama.” Jawab Sintia terbata-bata, sambil gemetaran ketakutan.
“Ha...Ha... kalian berdua pikir mudah untuk kabur begitu saja dari bos Jarwo. Sekarang kamu harus menggantikan Mayang adik tiri mu itu.”
ucap salah seorang kepala komplotan orang-orang kepercayaan Jarwo.“Tidak...tidak mau, aku tidak mau sama laki-laki tua Bangka itu, kalian pergi dari sini.”
Sintia mendorong mereka, berusaha untuk kembali menutup pintu masuk, namun tenaganya kalah cepat dari mereka yang berotot besar dan kekar. bahkan sekali hentakan saja pintu itu langsung terbuka.“Tuan tolong beri kami waktu, kami minta maaf atas penolakan dan sikap Mayang, kami janji bakal mengembalikan semua uang-uang bos Jarwo yang sudah kami pakai, jika perlu kami berdua akan mencari keberadaan Mayang, dan menyerah Kanya pada bos Jarwo.” Ucap Mama menangis sambil memeluk Sintia.
“Tidak bisa, bos Jarwo tidak akan mentolerir kesalahan kalian berdua. Pokoknya untuk saat ini kamu harus menghadap dan jelaskan semuanya pada Bos, karena kami kesini hanya menjalankan perintah darinya."
"Ayo Sintia, sebaiknya kita menurut saja. karena mencoba untuk kabur pun percuma, nak."
"Tapi ma, aku tidak mau menikah dan menjadi istri keempat si tua Bangka itu, hu...hu..."
"Sintia, kamu tenang dulu nak. nanti kita akan cari jalan keluarnya. mudah-mudahan saja bos Jarwo mau memberikan kita kesempatan untuk mencari keberadaan Mayang, anak sialan itu yang kerjanya selalu menyusahkan kita berdua."
"Jangan kelamaan berunding, karena bos tidak mau menunggu lebih lama lagi." ucap orang-orang suruhan Jarwo yang berwajah sama-sama menyeramkannya Dengan Jarwo.
***
"Bos, aku telah membawa mereka kehadapan mu."
Tubuh Sintia dan mamanya diseret dan didorong tepat dihadapan Jarwo yang terlihat masih dengan kemarahan nya.
"Ampun...ampuni kami Bos, kami benar-benar menyesal dan meminta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan oleh Mayang." ucap Mama menangis ketakutan sambil bersimpuh dihadapan Jarwo.
"Ha....Ha...., tidak masalah bagiku, karena anak gadismu setelah aku perhatikan. ternyata dia lumayan cantik juga, meskipun masih kalah dari Mayang. tapi cukup berguna juga sebagai penghangat tidurku, sampai orang-orang ku Menemukan keberadaan Mayang." ucap Jarwo sambil tertawa lepas.
"Tidak ... tidak, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau disentuh oleh kaki seperti mu, dasar Tua Bangka." Teriak Sintia yang memancing kembali kemarahan Jarwo, sehingga sebelah tangannya terangkat keatas dan melangkah sempurna di pipi sebelah kanan Sintia.
"Apa kata mu? tua Bangka. plackk..."
"Aaauuuww... aaaagghhh sakiiit ma."
Sintia refleks memegangi pipinya yang tersa perih karena tamparan keras tangan Jarwo yang tanpa belas kasih sedikit pun.
"Anakku Sintia." langsung menarik tubuh mungil Sintia kepelukan nya, ibu dan anak itu larut dalam kesedihan dan ketakutan mereka.
"Kurung mereka berdua di kamar.""Baik Bos."
"Tidak...tolong ampuni dan bebaskan kami Bos Jarwo, kami janji bakal mencari Mayang lalu menyerahkan nya padamu... hu...hu..."
"Tidak perlu, Karena aku tahu kalian berdua ini memang tidak bisa untuk diandalkan sama sekali. aku mempunyai banyak orang-orang yang jauh lebih handal untuk mencari keberadaan Mayang, ketimbang kalian berdua."
Tubuh Sintia dan mamanya diseret dan dikunci dalam kamar yang terpisah, meskipun demikian mereka berdua bersikukuh untuk tetap bisa bersama namun tenaga mereka kalah banyak, dari orang-orang Jarwo.
"Mama....Mama..."
"Sintia anakku....hu...hu..."
Subuh berkumandang, Naira mendengar suara orang mengaji dan dilanjutkan dengan suara azan subuh yang indah begitu mencoba membuka mata yang masih terasa ngantuk, sambil berusaha mengangkat tangan Rama yang indah sempurna di pinggangnya. suasana pagi yang begitu dingin membuat nya enggan untuk beranjak dari atas ranjang "Semalam kami kembali telah melakukan hubungan layaknya suami istri, dan aku sangat menikmati permainan itu, meskipun tanpa merasa takut lagi. ada apa ini.... apa aku telah menerima dan mencintai suamiku mas Rama." Naira melamun sambil mengingat-ingat kejadian semalam.Naira mengungkapkan wajah tampan Rama, ya
"Sayang, apa kamu sudah sisp. untuk malam pertama kita." bisik Rama." Mas, maaf ya. aku belum siap untuk ini." ucap Naira gugup. mengingat hanya mereka berdua saja yang berada dikamar pengantin ini." Naira, kamu sejarang sudah sah mebjadi istri ku, sayang. aku tidak bahkan menyakiti mu. kita akan melakukan nya mengikuti perasaan dan naluri kita berdua. sehingga kamu akan bisa menikmati keindahan cinta yang sesungguhnya." ucap Rama.Naira memejamkan matanya, untuk mengurangi rasa gugup, ketika merasakan sentuhan bibir Reno menyentuh bibirnya. ciuman Reno semakin dalam." Sangat cantik." gumam Rama memandangi wajah istri nya.Rama mengangkat tubuh Naira, dan menidurkan nya dirancang pengantin mereka, melihat Naira yang tidur terlentang. benar-benar membuat Rama bergairah, dia seakan melihat bidadari cantik, perlahan Rama mendekat menatap wajah yang sangat cantik dan Natural, kulit Naira sangat putih mulus. Hembusan nafasnya tepa
Namaku Naira, aku hidup sebatang kara. kedua orang tuaku sudah lama meninggal Dunia, untuk bertahan hidup. aku bekerja tanpa pilih-pilih, mulai bekerja sebagai pelayan restoran dan kafe, mengingat ijazah yang aku miliki hanya tamatan SMA. sehingga aku kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.Meskipun sampai sekarang aku masih belum mengetahui alasan pasti tuan Rama ingin menikahi ku, tapi sekarang aku tidak memiliki keraguan lagi terhadapnya, mengingat, tatapan matanya yang tulus, bahkan baku melihat kejujuran disana. sehingga aku membulatkan tekad untuk menerima dirinya sebagai suamiku.Meskipun aku sempat mendengar, jika dia dulunya juga sudah pernah menikah, tapi aku tidak mempermasalahkan semua itu, selagi dia sangat perhatian dan memperlakukan aku dengan baik.Minggu pagi yang cerah, Rumah besar dan mewah Rama didekor sedemikian cantik, meskipun mereka melangsungkan pernikahan sederhana dan tertutup. namun Rama tidak tanggung-tanggung dia meme
" Apa, Naira berada diluar kota dan bekerja disebuah kafe. baiklah tetap awasi dia. kalau perlu beli kafe tersebut agar kita bebas mengawasi Naira."" Baiklah bos."Rama kembali tersenyum senang, dia merasa bagian hidupnya telah kembali. tanpa pikir panjang Rama pun segera meluncur ke kota yang disebut kan tempat Naira kabur dan menghilang darinya.***Naira merasa aneh, kafe yang semula ramai pengunjung berangsur-angsur sepi, begitu juga dengan para karyawan yang lain." Ada apa ini?"Belum terjawab rasa penasaran Naira, pintu masuk kafe tiba-tiba tertutup rapat. yang menyisakan dua orang pelayan.Dua orang pelayan, Tia dan Edo, yang semula teman baru Naira di kafe ini. juga bersikap aneh terhadap nya."Nona Naira dilakukan duduk, mulai sekarang kamu tamu kehormatan kami dikagetkan ini."" Hey apa kalian kalian?" ucap Luna bingung." Ya sayang, mereka akan menjamu kita dengan hidangan terbaik kafe ini." Rama
" Sial, Naira ternyata kabur dariku " Rama mengepalkan tangannya emosi. dia benar-benar marah." Rey, cepat sehat orang-orang kita. untuk melacak keberadaan Naira." perintah Rama emosi." Baik tuan."" Aku tidak ingin kehilangan lagi, Naura harus ditemukan. dia adalah Luna ku." ucap Rama panik.Hari ini Rama dengan pakaian santai, mendatangi kos-kosan tempat Naira, termasuk restoran tempat nya bekerja tapi hasilnya nihil.Rama sesekali mengedarkan pandangannya ke semua pelayan wanita disana, namun sudah satu jam berlalu sosok wanita cantik yang ditunggu-tunggu nya tidak kunjung memperlihatkan wajah nya. Rama mulai gusar sambil sesekali mengusap kepala nya."Kemana perginya Naira ya?" ucap Rama panik, dan kembali mengecek ponselnya, berharap orang-orang suruhan nya memberikan informasi tentang keberadaan Naira.Cindy, yang kebetulan melihat keberadaan Rama, segera masuk ke restoran dan mendekati pria tampan tersebut." Selamat
Malam ini Naira tidak bisa tidur, dia berjalan mondar-mandir sambil terus memikirkan cara, agar bisa kabur dari Rama. yah meskipun dia akan dikatakan oleh orang-orang sebagai gadis bodoh, yang berani menolak ajakan untuk menikah dari seorang CEO tampan dan kaya raya.Naira terlonjak, ketika deringan ponsel mengagetkan nya. tertera nama Cindy, sahabat baiknya." Hallo Cindy."" Naira, hari ini kamu kemana aja. aku nyariin kamu dari kos-kosan sampai restoran. bahkan mereka mengatakan jika kamu udah dipecat, benar nggak sih?"" Iya sin, dari kemaren aku sial Mulu." Naira ternyata lemas, saat ini hanya Cindy satu-satunya sahabat yang selalu mendungkung dan mau membantunya." Maksud mu?"" Aku telat dan dipecat oleh atasan ku direstoran, gara-gara aku nyerempet mobil pengusaha kaya dengan motor buntut itu."" Apa? Astagfirullah Naira, terus gimana."" Dia nuntut ganti rugi dengan Jumlah yang tidak sedikit, kamu tahu sendirilah den