Mayang menangis meminta tolong pada ibu dan kakak tirinya Sintia, namun mereka malah tertawa lepas sambil memperlihatkan sejumlah uang pada Mayang.
“Sekarang, kamu sudah kami jual pada Bos Jarwo. Nikmati sajalah kehidupan mu yang baru Mayang. Ha....ha.... adik tiri ku yang Malang.”
“Tidak.... tidak....tidak...”
Keringat dingin membasahi wajah cantik Mayang, sambil terus meronta.
Reno langsung mendekati, berusaha membangunkan Mayang yang sedang mimpi buruk.
“Mayang... Mayang bangun may..” Reno menguncang pelan bahu Mayang yang seketika terlonjak kaget, dan terbangun dari mimpi buruk nya.
Mayang yang masih ketakutan, tanpa sadar menghambur kepelukan Reno. Menumpahkan segala tangis dan kesedihannya di dada kekar laki-laki tampan tersebut.
“Aku takuuut....aku takuuut mereka akan menangkap dan menemukan aku disini, Tuan.” Ucap Mayang disela-sela isak tangisan.
“Tenangkan dirimu Mayang, aku akan ada untuk melindungi mu dari mereka, sekarang dan untuk selamanya.” Ucap Reno mengusap punggung Mayang perlahan, perasaan iba seketika menyelimuti hatinya, pelukan hangat Reno mampu membuat Mayang sedikit banyak merasakan lega. Isakan tangisnya pun sudah tidak sekencang semula.
“Benarkah, Tuan akan selalu melindungi diriku?”
“Benar, Mayang.”
Reno serius dengan kata-kata nya, mengingat Mayang yang yatim piatu dan hanya menjadi korban keserakahan keluarga tirinya selama ini, seketika Reno mersa geram rasanya Reno ingin membuat perhitungan dengan keluarga angkat Mayang dan laki-laki yang bernama Jarwo tersebut.
***
Disebuah club,
"Bagaimanaa apa kalian sudah menemukan wanita itu?”
Suara berat Jarwo, bergema disetiap sudut ruangan. dia menatap tajam setelah orang-orang yang berjumlah sepuluh orang itu kembali menghadap dirinya.
Bos Jarwo yang tengah memelintir kumis tebalnya, berdiri dengan penuh kemarahan yang memuncak, bagaimana tidak. Mayang gadis muda dan masih sangat segar itu kabur, padahal dia sudah merencanakan malam panjang bersama Mayang, yang juga akan dijadikan sebagai istri mudanya, termasuk membeli gadis cantik itu dengan harga fantastis pada keluarga tirinya yang serakah dan gila untuk berfoya-foya..
Mata elang yang memancarkan Aura dingin, membuat suasana diruangan VIP seketika hening. Semua menunduk ketakutan tanpa ada yang berani untuk mengeluarkan suaranya. Apa lagi sekedar membalas tatapan mata tajam Jarwo dengan tangan yang mengepal geram.
“Ayo jawab, kenapa kalian semua bungkam?” Teriak Jarwo mulai berdiri.
“Mengejar satu wanita saja kalian tidak becus, mana kelihaian dan kepintaran kalian yang selama ini melacak?”
Tendangan keras menghantam tubuh salah seorang bodyguard yang bertubuh dan mempunyai otot paling besar dibandingkan yang lain.
Jarwo menjadi kalap Mata, mengingat ini sudah hari Kedua nya calon istrinya pergi menghilang.Tubuh besar itu terhempas ke sisi sofa, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Dia mundur beberapa langkah dan ikut bergabung dengan teman-teman yang lain, semua menunduk dan Takut dengan amukan sang bos besar yang gila wanita cantik.
Jarwo kembali meremas-remas jemarinya penuh kemarahan, rahang pria setengah abad itu terlihat bergetar menahan kemarahan nya.
“Bawa Sintia sebagai gantinya, bagaimana pun kakak tirinya itu harus bertanggung jawab, dia dan ibunya juga sudah mengambil banyak uang dari ku. mereka pikir bisa dengan mudah nya bebas dari ku."
“Baik Bos.”
Mereka langsung mencari Sintia dan mamanya, yang ingin segera kabur dari Jarwo, begitu mengetahui jika Mayang sudah berhasil kabur.
“Bagaimana ini ma? Bos Jarwo pasti marah besar begitu mengetahui jika Mayang sudah berhasil kabur, sedangkan uang yang telah diberikan Jarwo sudah habis buat kita shoping dan foya-foya.” Sintia Mondar-mandir panik.
“Mau tidak mau, kita terpaksa memberikan Rumah ini sebagai gantinya.”
“Tidak ma, trusz kita bakal tinggal dimana. Please ma, aku tidak mau kembali kerumah jelek kita dulunya.” Rengek Sintia.
“Kamu mikir dong Sintia, kita bakal pakai apa lagi untuk mengembalikan uang-uang nya Jarwo, selain sertifikat Rumah ini, lagian juga ini cara kita buat ngebalas perbuatan Mayang, dengan memberikan rumahnya pada Jarwo, otomatis gadis itu bakal pulang dan nyerahin dirinya pada Jarwo, dari pada dia harus kehilangan Rumah satu-satunya peninggalan kedua orang tuanya ini.”
“Oke...aku setuju, ide Mama ternyata bagus juga.” Ucap Sintia tersenyum lepas.Namun tiba-tiba senyum dan khayalan Sintia tiba-tiba bubar, ketika mendengar nyaring nya teriakan sang Mama dari arah dalam kamarnya.“Tidakkk... Sintia, cepat kesini nak. kita bakal hancur sekarang."“Ada apa sih ma?”Sintia yang ikutan panik langsung berlari menuju kamar mamanya.“Ternyata Mayang jauh lebih pintar dari pada kita berdua, dia sudah berhasil membawa kabur sertifikat Rumah ini, sekarang kita harus bagaimana untuk mengembalikan uangnya Jarwo.” Mama kembali panik sambil meremas-remas rambutnya.“Ma, aku takut banget ma. Jarwo itu laki-laki kejam dan ngak punya perasaan, aku tidak ingin dia menyakiti kita ma.”Sintia mulai panik seketika air matanya mulai membanjiri wajah cantiknya.“Mama juga bingung harus bagaimana sekarang, coba saja waktu itu kamu lebih bijak
Sore ini, Mayang dengan hati-hati menyirami tanaman hias kesayangan Reno, sudah menjadi tugasnya mengingat dirumah ini hanya dia seorang pelayan yang bekerja.“Bonsai ini seperti nya biasa-biasa saja, tapi kata Tuan Reno harganya lumayan mahal. Apa yang menariknya dari tanaman ini?” Gumam Mayang menyirami satu persatu tanaman tersebut.Mayang tidak menyadari, kebanyakan melamun sambil bekerja membuat konsentrasi nya berkurang, tetesan air yang menggenang dilantai keramik berwarna putih itu menjadi lincin.“Bruuugghh...Aauuu...sakkiiit. ” Mayang jatuh, bahkan tubuhnya sekarang juga ditimpa selang air yang masih menyala, membuat tubuhnya basah kuyup.“Aduuuh, kaki ku periiih banget.”Berusaha untuk bangkit kembali, namun tidak bisa.Reno yang mendengar teriakan Mayang barusan langsung berlari kearah datangnya asal suara
Malam ini, Reno melajukan mobilnya membelah jalanan ibukota yang masih ramai, laki-laki tampan ini seperti menghindari keberadaan Mayang, meskipun dia sendiri tidak mengakui hal ini, Reno menepikan mobilnya disebuah danau buatan yang sepi. Perlahan dia memejamkan mata, bayangan wajah cantik Mayang kembali dan begitu lekat dan tersa sangat nyata. Mayang seperti mengikuti kemanapun arah pandangan Reno." Aaaagghhh, ada apa dengan ku sekarang. dimana-mana ada Mayang, di kaca, kamar mandi. atas lemari, bahkan langit-langit kamar, bahkan di pelupuk mata ini pun seperti melihat Mayang lagi yang bergantungan." Reno mengusap wajahnya, karena dia seperti melihat senyuman manis Mayang kembali.Reno berjalan menuju kursi taman dekat danau, sambil membawa sebungkus rokok, karena hal inilah yang bisa membantu nya. dikala merasakan pikiran nya yang tengah kalut dan galau.Reno menghisap dalam rokok, dan mengembuskan sehingga membentuk gumpalan asap, ya
Tubuh mungil Mayang ambruk menindih tubuh Reno, sekuat tenaga dia berusaha untuk lepas dari pegangan dan dekapan kuat aki-laki tampan ini.“ Jangan pergi lagi, tolong temani aku malam ini, sayang ““ Tuan, sadarlah. Aku ini Mayang pelayan mu sendiri, dan bukan Bu Melani.” Ucap mayang berusaha menjelaskan meskipun sia-sia, karena Reno sama sekali tidak menghiraukan perkataannya.Minuman keras sudah menguasai kesadaran Reno, saat ini dipikiran Reno hanyalah gairah, ditambah lagi gadis cantik seperti bidadari dalam dekapannya itu terus meronta-ronta. Seolah-olah merupakan sebuah tantangan bagi Reno untuk berbuat lebih dari ini.“ Ja....jangan ...jagannnn Tuan.”Ucapan Mayang tersendat-sendat karena ciuman Reno tidak mau berhenti, bahkan tangan Reno mulai menggerayangi setiap lekuk tubuh indah gadis itu.Selama ini Mayang sangat menjaga dirinya dari sentuhan laki-laki, sehingga di
Mayang segera membuka pintu masuk, mempersilahkan dokter untuk memeriksa kondisi Reno.“ Astaga, bos Reno kenapa sampai seperti ini.”“ Maaf bang aku benar-benar nggak sengaja, semua ini terjadi begitu tiba-tiba.”“ Sudahlah Mayang, kami paham kok, mengingat posisi mu yang juga melindungi dirimu sendiri.”Dokter mulai memeriksa kondisi Reno, setelah itu dia kembali melirik kearah Mayang yang terlihat masih ketakutan dan cemas."Nona tidak perlu cemas, ini hanya luka kecil dan saya juga sudah memberikan suntikan obat untuk Tuan Reno," ucap dokter sambil menyerahkan obat yang harus diminum Reno setelah sadar nantinya.“ Baiklah pak, terimakasih banyak.” Jawab Mayang yang sudah bisa menarik nafas lega.“ Mayang, kami pamit pulang dulu. Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku atau dokter Fian langsung.”“ Baik, bang Toyib.”
"Astaga Mayang, ngapain dia kesini dan apa dia sedang bermimpi sambil berjalan.”Sebelah tangan Reno, berusaha menggapai handuk, namun karena jarak yang tidak terlalu dekat, serta posisi handuk yang tergantung miring. handuk itupun jatuh kelantai. sehingga tidak mungkin bagi Reno turun untuk mengambilnya. Sedangkan tubuhnya saat ini polos tanpa sehelai benangpun menutupi nya.“ Bahaya ini, jika Mayang melihat alat reproduksiku.”Reno seketika memilih menutup reproduksi nya mengunakan tangan dan bungkam seribu basa, sambil menenggalamkan seluruh tubuhnya dalam bactub.Reno berfikir, jika saat ini Mayang tidak menyadari keberadaan dirinya. Karena Mayang terlihat sangat santai berjalan melewati bactub.“ Mayang, bermimpi sedang berjalan atau apa ya?" gumam Reno.Dia bingung Bercampur heran. dan yang lebih membuat Reno hampir pingsan ditempat. saat melihat Mayang dengan santainya
"Hukuman Pertama, patuh dan taat pada perintah ku." "Mengurus ku dengan baik selaku majikan mu," terang Reno. "Baiklah Tuan, hanya itu?" ucap Mayang tanpa sadar, Seolah-olah ucapan nya menentang Reno. Reno seketika menoleh saat Mayang mengatakan "hanya itu," yang membuat nya merasa tertantang. "Jadi kamu masih mau aku tambahkan beberapa poin lagi hukuman mu?" Reno tersenyum penuh arti menatap Mayang, yang langsung kelagapan. "Tidak Tuan, bukan maksudku seperti ini," Mayang menepuk bibirnya menyesali keceplosan nya barusan. "Sekarang laksanakan tugas pertamamu, bahkan kamu tega melihat ku kedinginan seperti ini." ucap Reno pura-pura menggigil kedinginan, sambil menahan senyum, dia merasa puas melihat wajah Mayang yang ditekuk seperti ini. "Uups maaf Tuan," ucap Mayang langsung berlari menuju lemari pakaian Reno. "Kamu selalu meminta maaf, sudah banyak kesalahan yang kamu perbuat." Dia mengambil Pakaia
Mengusap wajahku kasar, Aku benar-benar dibuat dilema saat ini. meskipun aku tetap langsung menuju kantor perusahaan, namun kali ini. aku tidak fokus sama sekali dalam bekerja, aku malah berfikir Mayang dan Mayang lagi.“Jika malam nanti, aku pulang dan tidur sambil berpelukan dengan Mayang, mumpung Melani tidak ada, dia bakal nolak ngak ya?” gumam ku mulai berfikiran mesum, seperti dulu lagi dimana aku pernah menjalani kehidupan yang bebas.“ Tidak..kamu tidak boleh merusak gadis polos itu Reno, sadarlah. Kamu juga sudah berjanji akan melindungi dan menyayangi gadis itu, pegang teguh janji yang sudah kamu ucapkan sendiri Reno.” Aku sebisaku menguasai diriku kembali.Selama pernikahan aku benar-benar sudah berubah, namun keinginan itu kembali, setelah bertemu Mayang dan seringnya kebersamaan kami berduaan dirumah. bahkan aku tidak bisa untuk berfikir jernih lagi, dengan perasaan sayan