共有

Bab. 10

作者: Naura Shafa
last update 最終更新日: 2025-06-21 10:52:32

Nadya mengangguk ia terpaksa melakukan hal itu untuk melindungi diri karena Bastian sangat licik. Sorot mata tajam itu mulai luntur seketika Bastian membebaskan rangkulannya, dia menyuruh Nadya berjalan ke luar kamar lebih dulu.

Pria itu mengikutinya dari arah belakang sambil memasukan kedua tangan pada saku celana miliknya. Nadya dan Bastian berjalan beriringan membuat Baskoro yang melihat sempat kesal, dia tidak mau menantu dari putrinya berjalan sendiri tanpa gandengan tangan dari cucu kesayangannya.

Akan tetapi demi kelancaran acara pesta ulang tahun, Baskoro membiarkan mereka, dia tidak mau menegur terlebih banyak tamu undangan di sana. Mungkin di lain waktu dia akan menegur Bastian.

Acara di gelar meriah, Nadya sangat senang Baskoro memperkenalkan dirinya kepada para tamu undangan. Terlebih yang hadir semua pengusaha kaya raya membuat dirinya gugup berada si sana.

Acara telah usai semua tamu telah pulang, kini hanya ada Baskoro, Serly, Nadya dan Bastian yang tengah berkumpul di sofa ruang keluarga.

“Kakek sebaiknya istirahat, lagi pula ini sudah larut malam, kakek tidak boleh bergadang.” Ucap Bastian.

“Hmm, sebaiknya kakek tidur lebih dulu, terima kasih kalian sudah hadir. Untuk kebahagiaan kakek kalian berdua menginaplah di sini, besok kalian bisa pulang kembali.” Baskoro menatap Bastian lalu beralih pada Nadya.

Sontak keduanya kaget mereka tidak bisa tidur bersama terlebih kakek dan Serly tidak tahu keadaan mereka seperti apa.

“Kakek, ini masih jam dua belas malam sebaiknya Bastian dan Nadya pulang, mengingat besok kita ada acara pagi.” Bastian mencari alasan supaya bisa pulang.

“Emm… ia kakek, kita tidak bisa menginap di sini.” Sahut Nadya membela.

Baskoro menatap ke arah Bastian dengan dingin tangan melipat dada, ia menggelengkan kepala lalu beranjak dari tempat duduknya.

“Apa kalian tidak mau menuruti keinginan kakek di hari ulang tahun, siapa tahu tahun depan kakek sudah tidak ada lagi di dunia ini. Menginap tidak akan mengakibatkan kematian, apa kalian tidak mau berkumpul bersama!” Baskoro merasa kecewa dia marah kepada mereka berdua.

“Kakek tidak boleh bicara seperti itu, oke? oke Bastian menginap semalam di sini bersama Nadya.”

Nadya menoleh dengan tatapan pasrah tampak kedua tangan Nadya seperti tidak nyaman. Dia enggan mengeluarkan pendapat mengingat Bastian selalu menyuruh dirinya untuk tetap diam.

Senyum sumringah Baskoro terpancar akhirnya dia bisa membujuk cucu dan menantu kesayangannya. Malam ini keduanya menginap dan tidur satu kamar, Nadya tidak tahu harus berbuat apa yang jelas dirinya sangat gugup berada di sana.

“Mamah tidur dulu kalian istirahatlah besok kita sarapan pagi bersama.”

“Iya, Mamah.” Nadya mengangguk.

Bastian menatap kesal dia melipat tangan di dada lalu beranjak dari tempat duduk setelah itu pergi ke arah kamar. Bastian melihat kakek masih memperhatikan mereka berdua akhirnya dia merangkul Nadya sambil tersenyum.

“Tuan, apa yang kau lakukan?” Nadya tercekat dia begitu kaget saat tangan kekar Bastian merangkul secara tiba-tiba.

“Kakek masih ada di sini, kita harus berpura-pura.”

Nadya mengangguk dia berusaha untuk tetap tenang sampai akhirnya keduanya berada di kamar dan segera melepaskan rangkulan.

“Kau tidur di atas tempat tidur, saya akan tidur di sofa, ganti pakaianmu. Ini kamar adik perempuanku. Dia tidak ada di sini dan kau bisa memakai pakaiannya.”

Nadya terdiam ia melihat sekeliling kamar di mana banyak photo gadis cantik berambut panjang. Rupanya Bastian punya seorang adik akan tetapi di mana dia, Nadya enggan mempertanyakan hal itu pada Bastian. Dia tidak mau membuat suaminya marah hingga menimbulkan masalalah besar untuknya.

Beberapa saat kemudian Nadya keluar dari kamar ganti dia memakai pajamas berwarna pink muda, tidak lupa juga Nadya membersihkan make up supaya bisa tidur dengan nyaman.

“Tidurlah.”

“Emm.. Tuan.”

Bastian menoleh menatap dingin sambil duduk santai di atas sofa dengan satu kaki dia angkat. Pria itu masih memakai kameja yang sama dia bahkan belum mengganti pakaiannya.

“Apa?”

“Ahhh, tidak lupakan.”

Nadya bergegas menaiki tempat tidur lalu menarik selimbut tebal karena keadaan sangat dingin dan di luar sana terlihat hujan semakin deras.

Kring!

Ponsel miliknya berbunyi belum sempat Nadya memejamkan kedua mata panggilan telephone mengganggunya. Akan tetapi Nadya tidak mengambil dan mengangkatnya dia berusaha tetap diam sambil membaringkan tubuh. Bastian yang melihat hanya diam membisu.

“Ponselmu berbunyi, apa kau tidak mau membuka pesan atau melihatnya?” Tanya Bastian menatap.

Nadya tercekat dia mulai membuka kedua mata dan menghela napas, tapi tiba-tiba saja Bastian mengambil ponsel yang tergeletak di meja laci sontak saja Nadya kaget dan segera beranjak dari tidurnya.

“Apa yang kau lakukan, Tuan! Berikan ponselku!” Nadya menyodorkan tangan ke arah Bastian. Akan tetapi dia menolak dan memilih membaca pesan.

“Siapa dia? Kenapa kamu tidak membalasnya?”Tanya Bastian menatap.

“Itu tidak penting, lagi pula aku dengannya sudah tidak menjalin hubungan. Mungkin dia marah karena aku tidak meresponnya lagi, aku belum siap menjelaskan masalah ini padanya.” Balas Nadya sambil menatap penuh.

“Baiklah, kalau begitu blokir dia dari ponselmu.” Titah Bastian lalu menaruh ponsel Nadya kembali ke atas meja laci.

Nadya melihat Bastian pergi dari hadapannya setelah menyuruh dirinya untuk memutuskan akses hubungan dengan mantan kekasihnya.

“Apa dia cemburu?” Nadya bertanya-tanya.

Pagi telah tiba di mana Bastian dan Nadya pamit karena sarapan sudah selesai akhirnya mereka bisa bebas keluar dari rumah kakek Baskoro. Berada di sana serasa sesak dan sulit untuk bergerak, kini keduanya berada di mobil menuju ke kediaman orang tuanya. Sekitar seratus meter dari pintu gerbang rumah Bastian mengerutkan kening melihat ke arah gerbang dia melihat seorang pria tengah berdiri membawa mobil putih di sampingnya berwarna putih.

“Siapa pria itu?” Tanya Bastian menoleh ke arah Nadya yang kini ada di sampingnya sambil mengerutkan kening.

Nadya menatap dengan jelas pria yang kini tengah berdiri di depan gerbang membawa mobil putih sambil menyenderkan tubuhnya tangan melipat dada. Pria itu tampak rapih dan cukup tampan seperti tengah menunggu seseorang.

Mulut Nadya seakan terkunci rapat, tenggorkan serasa kering seketika dia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Tubuhnya kaku membisu jantungnya berdebar lebih cepat.

“Kenapa dia datang ke sini?!” Batin Nadya dalam hati mengeratkan tangan pada pakaian yang dia kenakan.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Istri Pengganti   TAMAT

    Satu bulan kemudian. Nadya meringis merasakan sakit yang amat di bagian perut buncitnya, mungkin sudah saatnya dia melahirkan. Dirinya membangunkan Bastian yang baru saja tertidur karena sejak siang tadi dia menemani Serly berobat ke rumah sakit. Hingga sekarang Bastian baru tertidur pulas, Nadya membangunkan suaminya untuk meminta bantuan karena perutnya sudah merasakan kontraksi yang luar biasa. “Sayang, perutku sakit tolong bawa aku ke rumah sakit.” Rintih Nadya. Ia terkejut karena cairan bening mulai merembes ke seluruh pakaian yang dia kenakan, Bastian dengan sigap langsung membuka kedua mata lalu melihat kondisi istrinya. Di sana Nadya tengah mengelus-elus perutnya sambil menangis karena kontraksi yang dia alami sangat luar biasa. “Kamu mau melahirkan?” Tanya Bastian. “Sepertinya sayang, karena memang sudsh waktunya aku melahirkan.” Ucap Nadya dengan suara terengah menahan rasa sakit. Tanpa menunggu w

  • Istri Pengganti   Bab. 205

    Laura malah cemberut dia tetap ingin duduk di kursi yang Nadya duduki membuat Arga jengkel dan kesal. Walau bagaimana pun Laura harus dia ajarkan tatakrama karena ia akan meninggalkannya cukup lama, Arga tidak mau Laura tidak tahu sopan santun apalagi kepada keluarga Nadya. “Laura pengen duduk di sana.” Rengek Laura menunjuk ke arah kursi yang Nadya duduki.Bi Ayu yang melihat dari arah dapur merasa jengkel atas sikap yang Laura perlihatkan, ia merasa anak itu sangat menyebalkan.“Sayang, kamu tidak boleh merebut hak orang lain apalagi kursi itu sudah tante Nadya duduki.” Arga menatap tajam ke arah Laura. “Sudah-sudah, hanya kursi, Laura kalau kamu pengen duduk di sini boleh sayang biar tante duduk di tempat lain.” Ucap Nadya merayu. “Pergilah.” Titah Laura membuat Arga terkejut atas apa yang anak itu lontarkan kepadanya.“Laura.”“Sudah, Arga. Namanya juga anak kecil, kamu tidak boleh bersikap keras, biar nanti aku yang urus.” Ucap Nadya.Nadya hanya bisa menggelengkan kepala ia m

  • Istri Pengganti   Bab. 204

    Arga datang malam-malam untuk menemui Bastian dan keluarganya dia ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang telah ia perbuat. Malam ini Arga ingin menitipkan Laura kepada mereka karena dia yakin bahwa Bastian dan Nadya bersedia merawat putri kandungnya. Sampai dia benar-benar bisa menerima segalanya, Arga menahan rasa malu dan memutuskan untuk datang ke rumah mereka. “Arga, ada apa ini?” Tanya Nadya terlihat cemas. Arga membawa tas jinjing dan koper berisi pakaian Laura. “Maafkan, aku.” Ucapnya sambil menghampiri Nadya. Koper dan tas ia taruh kemudian Arga langsung mendekati Nadya dan bersujud dihadapannya. Nadya menggelengkan kepala dia tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada pria itu, sampai-sampai Arga bersujud di kakinya.“Apa yang kamu lakukan, bangunlah.” Titah Nadya.“Apa yang kamu lakukan, Arga berhenti bersikap seperti itu.” Nadya mulai meninggikan suaranya karena Arga masih bersujud di kakinya.“Maafkan atas segala kesalahanku, aku tahu kalian pasti tidak akan mau

  • Istri Pengganti   Bab. 203

    Nadya segera menyusul suaminya di mana Bastian langsung melihat kondisi Serly yang tiba-tiba pingsan. Serly tergeletak di bawah lantai membuat Bastian sangat terkejut dan sedih sekali, padahal tadi pagi Serly baik-baik saja. ”Mamah, bangun, Mah.” Ucap Bastian. Tidak terasa air matanya mengalir begitu deras, hal yang Bastian takutkan akhirnya terjadi kepada Serly di mana kondisi sang Mamah sudah tidak terkendali. Penyakit yang di deritanya semakin parah membuatnya sangat takut kehilangan orang tuanya. Bastian segera menyiapkan mobil untuk membawa Serly ke rumah sakit. “Sayang, bagaimana kondisi Mamah?” Tanya Nadya menghampiri.“Kepalanya berdarah, sepertinya Mamah jatuh dan terbentur.” Ucap Bastian. “Ya ampun, Mamah.” Lirih Nadya. Serly tengah berbaring dengan kondisi sangat mengenaskan padahal Bastian sudah berusaha melindungi orang tuanya. Akan tetapi hal tidak terduga terjadi di mana Serly tidak sengaja terjatuh mengakibatkan dirinya jatuh pingsan.“Aku harus membawa Mamah ke r

  • Istri Pengganti   Bab. 202

    Nadya perlahan duduk di kursi lalu memandangi Jeni yang tengah berbaring lemah, dia masih ingin mengandung dan melahirkan. Walau pun penyakit yang dia derita sangat parah tapi Jeni tetap bersikeras untuk melahirkannya.“Nadya, maafkan aku.” Ucapnya dengan suara lemah. Kedua matanya tertutup rapat napasnya terengah. “Kenapa kamu masih mau mempertahankan kehamilanmu, Kak?” Tanya Nadya.Terdengar suara napas berat dari Jeni, dia meneteskan air mata kemudian mulai membuka kedua matanya. Kemudian ia langsung menoleh ke arah Nadya yang kini ada di sampingnya. “Aku tidak mau anakku April tidak memiliki adik, aku tidak mau dia kesepian. Jadi aku putuskan untuk tetap mempertahankan kehamilanku supaya dia memiliki adik kandung. Aku merasakan bagaimana hidup sendiri tidak punya kakak atau adik, itu sebabnya aku ingin mempertahankan kehamilanku. Tinggal menunggu satu bulan lagi aku akan melahirkan anak ini. Nadya, aku percaya kepadamy kau akan menyayangi anakku juga sama seperti anakmu, kan?” T

  • Istri Pengganti   Bab. 201

    Beberapa hari kemudian.Nadya mencari-cari ke mana perginya Jeni, sampai-sampai orang yang berada di rumahnya tidak memberitahu bahwa Jeni berada di rumah sakit. Bastian tidak mau terus-terusan seperti ini di mana dirinya membohongi istrinya tentang keadaan Jeni. Semua yang dia lakukan untuk kesehatan Nadya karena dia sedang mengandung. Hari ini Nadya tengah duduk termenung pikirannya sangat kacau padahal sebentar lagi dia akan melahirkan tinggal menunggu satu bulan lagi. Tapi Jeni pergi entah ke mana, dia juga tidak pamit membuatnya sangat mencemaskannya.“Sayang, aku mau bicara sesuatu kepadamu,” ucap Bastian mendekatinya. Nadya masih duduk menatap ke arah jendela hatinya sangat hancur karena beberapa setelah kejadian mereka tidak tegur sapa. Ia enggan mempertanyaan siapa yang membuat suaminya berubah. “Aku tahu kamu pasti marah kepadaku, aku juga tahu kamu menjauhiku. Aku khawatir tentang keadaanmu karena kamu sedang hamil besar.” Ucap Bastian ia duduk tepat di pinggir Nadya la

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status