Nadya duduk lemas pandangannya kosong hatinya sangat hancur, mendengar Dokter memvonis penyakit sangat serius bahwa putra satu-satunya sakit parah. Ia menangis membuat Dokter sangat mengerti akan hancurnya hati seorang ibu.
“Saya mengerti perasaanmu,” ucapnya.Tidak hanya itu Dokter memberikan surat di mana Ghava mengalami penyakit Leukimia, Nadya mengambil surat itu dengan tangan bergetar.“Lakukan yang terbaik untuk putraku, Dok.” Nadya memohon.“Saya akan rutin mengontrol putramu, karena masih stadium 1 kita harus memberikan yang terbaik untuknya supaya penyakit itu tidak mudah menyebar ke seluruh tubuhnya.” Dokter menatap.“Terima kasih, Dok. Saya paham apa yang Dokter katakan, sekarang apa boleh saya melihat keadaannya?” Tanya Nadya penuh harap.Raut wajahnya terlihat sangat kusut sekali karena berkali-kali Nadya menangis.“Silahkan, kemungkinan sebentar lagi putramu akan keluar dari ruang UGD dan akan dipindahkan“Jawab, sayang?” Tanya Bastian dia menghuncangkan tubuh Nadya sambil menatap tidak percaya. “Maafkan aku, aku bahkan tidak bermaksud membohongimu. Aku hanya belum siap mengatakan kebenaran ini karena takut kamu tidak mau menerima Ghava dalam hidupmu. Aku tidak pernah menikah dengan pria lain, aku hanya memiliki anak darimu. Kalau kamu tidak percaya kita tes DNA. Apa kamu siap?” Tanya Nadya.Tangisannya pecah tubuhnya jatuh terkurai dia sangat bodoh dan egosi bahkan dia menyampingkan kebahagiaan Ghava. Di saat putranya sendiri merintih dan menangis ingin bertemu dengan ayah kandungnya sendiri Nadya malah menutupi semua kebenaran ini dari semua orang. Akan tetapi Nadya memiliki alasan kuat dia belum sanggup mengakui bahwa dia memiliki anak dari Bastian. “Pantas saja, saat pertama kali aku melihat Ghava di butikmu, hati kecilku mengatakan bahwa dia mirip denganku. Dan terjawab sudah kenapa Ghava sangat mirip sekali, Nadya kenapa kamu berbohong? Aku sangat kecewa sama kamu karena tidak
Seluruh ruangan di penuhi kepanikan di mana Ghava tidak sadarkan diri, Nadya sangat cemas sekali bahkan di hari bahagianya dia melihat penderitaan putra kesayangannya.Tangisannya pun pecah kala ia harus keluar dari ruangan di mana Dokter menyuruh semua orang harus pergi dari ruangan untuk melakukan pemeriksaan. Nadya tidak dapat menahan rasa sakit, Ghava begitu banyak mengeluarkan banyak darah membuatnya sangat sedih sekali. Bastian terus memeluknya ia mencoba untuk menenangkan hati dan pikiran istrinya. Sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri, mulai sekarang Bastian akan selalu ada buat Ghava. “Kamu yang sabar sayang, aku yakin sekali Ghava baik-baik saja, kita di sini turut mendoakan Ghava.” Ujarnya masih memeluk sambil mengelus punggung Nadya.Tidak lama setelah itu Dokter datang membuka pintu ruangan, semua yang ada di sana termasuk Nadya langsung menghampirinya.“Bagaimana keadaan putraku?” Tanya Nadya terlihat sangat cemas sekali. Terlihat Dokter tidak bisa berbicara
Nadya diam merenungi perkataan yang keluar dari mulut mantan suaminya, dia tidak bisa berkata-kata lagi. “Nadya, apa kau bersedia menikah denganku? Demi Ghava dan demi cintaku padamu, aku mohon jangan menolakku. Kalau kamu sampai menolak aku tidak akan memaafkan diriku sendiri.” Ucapnya memohon. Bastian meraih kedua tangan Nadya lalu mengecupnya dengan sangat lembut, akan tetapi Nadya tidak bergeming.“Oke, aku mengaku salah karena tidak mengangkat sambungan telephone darimu karena ponselku mati. Aku tidak sempat memberi daya pada ponsel sehingga tidak tahu bahwa kau menghubungiku sampai puluhan kali. Dan semalam aku ke sini tidak dapat masuk karena satpam melarangku, jadi aku memutuskan tidur di mobil.” Ungkapnya Bastian memberi penjelasan kepada Nadya. Nadya menoleh dengan raut wajah tidak percaya, mendengar bahwa Bastian tidak tidur di rumah miliknya membuat Nadya tidak percaya. Padahal Bastian anak orang kaya dan pengusaha hebat tapi dia rela tidak pulang hanya ingin menungguny
Bastian sangat emosi mendengar dirinya tidak diperbolehkan masuk oleh satpam membuat dia sangat marah besar. Kedua tangannya ia kepal dengan hati yang sangat kesal.“Kau tidak tahu siapa saya! Berani sekali kau mengusirku dari sini.” Bastian mulai meninggikan suara menatap dengan tatapan tajamnya.“Mohon maaf Pak, karena ini sudah malam anda tidak bisa masuk ke dalam. Ini sudah peraturan rumah sakit bahwa jam besuk besok siang kembali di buka. Sebaiknya anda besok ke sini lagi, lagi pula saya tidak tahu anda siapa.” Jawab satpam sambil menghalanginya masuk. “Sialan.” Bastian melayangkan tangannya siap untuk memukul akan tetapi dia menghentikannya, mengingat dia tidak boleh berbuat onar bisa-bisa Nadya semakin membencinya.Terpaksa Bastian kembali mundur dia tidak akan pulang ke rumah dirinya berpikir bahwa dia harus tetap di sana sampai pagi. Satpam itu melihat kepergian Bastian sambil menggelengkan kepala, ia tidak tahu harus berbuat apa yang jelas dia sudah melaksanakan perintah.
Mona dan Serly sangat terkejut sekali mendengar bahwa Ghava mengalami penyakit Leukimia, anak sekecil itu harus berjuang hidup. Mona dan Serly saling bertatapan satu sama lain keduanya tidak percaya.“Kau bercanda kan?” Tanya Serly.“Untuk apa saya bercanda, saya hanya ingin kebahagiaan putraku terwujud,” ucapnya dengan suara bergetar menatap ke arah Ghava yang sedang tertidur pulas.Mona dan Serly langsung memeluk dan menguatkan Nadya. Nadya tidak kuasa menahan rasa tangisnya dia tidak bisa membendung kesedihan meluapkan seluruh kesedihannya.Beberapa jam kemudian, Serly juga sudah pamit untuk pulang karena dia harus banyak istirahat, dirinya tidak bisa bermalam di sana karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan. Ghava terbangun ia mulai membuka mata lalu mengedarkan pandangannya, Nadya langsung berdiri dari tempat duduk.“Kamu sudah bangun sayang?” Tanya Nadya antusias sekali.Ghava hanya mengangguk Nadya langsung mengambil air putih lalu memberikannya kepada Ghava supaya putr
“Apa yang kamu katakan? Kita menikah di rumah sakit?! ” Tanya Nadya memperjelas. Nadya menggelengkan kepala kemudian langsung saja berdiri, sungguh perkataan yang keluar dari mulut Bastian tidak di sangka olehnya. “Ya, kenapa kamu kaget? Aku hanya ingin membuktikan rasa cintaku kepadamu.” Jawab Bastian. “Tapi bukan begitu," Nadya menghela napas kemudian ia kembali duduk dengan pikiran semraut. “Nadya, aku ingin akad kita di rumah sakit dan setelah Ghava sembuh kita bisa melangsungkan pesta perayaan di gedung. Aku tidak mau kau salah paham lagi terhadapku.” Ucapnya ia menatap penuh kepada Nadya yang saat ini tengah duduk dengan pandangan ke arah lain. “Nadya, sekali lagi apa kamu mau menikah denganku?” Tanya Bastian. Akan tetapi Nadya masih diam membisu dia tidak menjawab pertanyaan Bastian, hatinya sudah sangat kecewa sehingga dia merasa ragu untuk menikah yang kedua kalinya. “Bastian, aku tidak mau menjawabnya, aku- sungguh kecewa kepadamu,” balas Nadya dengan lirih. Bas