Bab. 16
Bab. 16Bastian menatap nanar dia tidak bisa membayangkan Nadya bisa memahami hati dan perasaan Aren. Wanita itu kini tengah bersama keponakannya padahal anak itu tidak menyukai orang lain. Bahkan suster yang mengasuh Aren setiap hari pun tidak bisa membujuknya dengan baik. Tapi hari ini dia menyaksikan Aren menerima dengan baik kehadiran Nadya.Walaupun hatinya sangat sedih mengingat bagaimana Mika berjuang untuk sembuh, tapi hari ini dia tidak akan bisa menemaninya lagi. Hatinya sangat hancur dia telah kehilangan orang yang amat dia sayangi selain pada Serly.“Tuan, Aren sudah tidur bolehkah saya menidurkannya di kamar saya?” Tanya Nadya menatap.Bastian tercekat mendengar perkataan Nadya tepat di depan mata kepala sang suster. Bastian dengan sigap menghampiri Nadya lalu tersenyum ke arah, dia tidak mau orang lain mencurigai rahasia mereka. Walau bagaimana pun suster tidak boleh mengenai hal ini, bisa-bisa dia membeberkan di dAkhirnya mereka sampai di tempat tujuan di mana Nadya tengah bersama Aren, merema mengikuti langkah kaki Bastian dari arah belakang. Rumah itu terlihat sangat bagus sekali dan luas, Nadya tersenyum saat ia melangkah masuk ke dalam rumah lalu melihat poto Mika bersama putranya Aren yang terpajang rapih di ruang tengah. “Kalian tunggu di sini, saya akan pergi ke kamar.” Ucapnya sambil berlenggang pergi.“Baik, Tuan.” Nadya mengangguk.Kini Nadya tengah berada di ruang tamu ia duduk sementara Aren tengah berjalan mengambil photo Mika yang terpajang di pojok sisi meja.“Mamih.”Nadya tersenyum sambil menghampiri lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.“Kau merindukannya, dia juga pasti merindukanmu. Kau tenang saja tante yakin mamihmu lebih bahagia di sana.” Aren yang sama sekali tidak mengerti ia langsung mengecup photo dan tidak mau melepaskan dari tangannya. Nadya membiarkan Aren membawa photo kenangan bersama Mika d
Suasana semakin mencengkam Jeni terus membentak Nadya. Wanita itu membabi buta dia sengaja datang di pertengahan pernikahan mereka karena Jeni yakin sekali bahwa Bastian tidak akan bisa melupakan dirinya. Mereka sudah berteman sejak masih kecil hubungan mereka terlihat akrab setelah dewasa hingga kedua orang tua mereka menjodohkan untuk kepentingan bisnis masing-masing. Sayang sekali Jeni punya simpanan tanpa Bastian tahu, dia tidak ingin menikahi Bastian terlebih dia tidak mencintainya. “Bastian, apa kau percaya dengannya! Kalian bahkan tidak saling mengenal satu sama lain. Kau lebih mengenalku?” Tanya Jeni merayu, dia langsung mendekati Bastian dengan tatapan penuh kehangatan. Nadya hanya bisa berdiam diri dia tidak bisa membela dirinya bahkan dia merasa Jeni sengaja menjebaknya ke dalam rencana busuk yang Jeni rancang. “Kau punya bukti! Aku bahkan tidak akan mempercayaimu tanpa bukti yang kuat!” Sahut Basti
Pagi pun menjelang… Bastian dan Aren tengah duduk bersama di meja makan mereka terlihat sangat akrab. Keduanya tengah menikmati santapan pagi berdua, seperti biasa makanan mereka tidak jauh dari roti yang di olesi selai dan minuman susu putih hangat. Nadya duduk menyapa Bastian lalu menyapa Aren kebetulan dia baru saja membersihkan diri, pakaian yang di pakai Nadya terlihat modis karena memang sedari dulu Nadya selalu berpenampilan rapih dan menarik. Rambutnya ia sengaja di ikat satu lurus panjang dan rapih. Baju yang Nadya kenakam kameja berwarna putih dan celana jeans cutrbay berwarna biru navy. Bastian terkesima dia diam sejenak lalu kembali menyantap makanannya. Akhirnya mereka selesai dengan aktivitas sarapannya lalu bergegas pergi untuk mengambil beberapa barang yang diperlukan Aren yang masih berada di rumah Mika. Nadya berjalan menggenggam tangan mungil Aren mengikuti langkah kaki Bastian yang kini tengah berjalan
Bab. 17 Di malam yang sunyi sepi Bastian duduk termenung di balkon kamar miliknya, dia menatap langit yang terlihat sangat cerah di kelilingi oleh bintang dan bulan yang sangat terang. Tatapan itu kosong seakan dunianya runtuh kala mengingat beberapa kejadian di masa lalu. Bastian bisa menyayangi Mika sepenuh hati berkat dukungan Serly. Hatinya sangat hancur kala menyaksikan bagaimana papahnya tega menyakiti hati dan perasaan Serly. Sejak saat itu Bastian sangat membenci sang papah yang tega telah berselingkuh dan mempunyai seorang anak perempuan hasil dari perselingkuhannya. Bastian saat itu sangat membenci bayi itu bahkan dia enggan melihatnya. Tapi berkat kelembutan dan kebaikan Serly, Bastian bisa menerima dan meyayangi Mika sepenuh hatinya sampai dia meninggal dunia. “Tuan, saya tahu kau pasti membutuhkan kopi, saya membuatnya untukmu,” ucap Nadya meletakan satu cangkir kopi hitam di atas meja.Bastian menoleh lalu kembali menat
Bab. 16Bab. 16 Bastian menatap nanar dia tidak bisa membayangkan Nadya bisa memahami hati dan perasaan Aren. Wanita itu kini tengah bersama keponakannya padahal anak itu tidak menyukai orang lain. Bahkan suster yang mengasuh Aren setiap hari pun tidak bisa membujuknya dengan baik. Tapi hari ini dia menyaksikan Aren menerima dengan baik kehadiran Nadya.Walaupun hatinya sangat sedih mengingat bagaimana Mika berjuang untuk sembuh, tapi hari ini dia tidak akan bisa menemaninya lagi. Hatinya sangat hancur dia telah kehilangan orang yang amat dia sayangi selain pada Serly.“Tuan, Aren sudah tidur bolehkah saya menidurkannya di kamar saya?” Tanya Nadya menatap.Bastian tercekat mendengar perkataan Nadya tepat di depan mata kepala sang suster. Bastian dengan sigap menghampiri Nadya lalu tersenyum ke arah, dia tidak mau orang lain mencurigai rahasia mereka. Walau bagaimana pun suster tidak boleh mengenai hal ini, bisa-bisa dia membeberkan di d
Bab. 15Semua pemakaman Mika sudah di urus beres oleh Bastian di mana Nadya kini mendampingi, Bastian juga mengajak Aren putra dari sang adik. Anak itu masih berusia 2 tahun dia belum mengerti apapun jadi Nadya berusaha untuk menenangkannya. Di sana ada Serly dan Baskoro mereka tampak terpukul atas kepergian Mika, mereka sangat sedih sekali. Mika sudah pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.“Bastian, kenapa kamu tidak memberitahu mamah! Walau pun Mika bukan terlahir dari rahim Mamah tapi dia sudah mamah anggap seperti anak kandung sendiri, bahkan kau menyembunyikan keberadaannya dari mamah.” Serly menatap ke arah putranya yang kini hanya diam membisu. “Bastian hanya menjalankam kewajiban sebagai seorang kakak, Mamah sudah menyayangi Mika seperti anak kandung Mamah pun Bastian sudah sangat senang.”Nadya yang mendengar percakapan mereka semakin tidak paham, Mamah Serly sangat sedih sekali kini Mika sudah tidak ada lagi