Share

Bab 3. Nama sang Penyelamat Hidup

"Ck!"

Bara tampak murung setelah penyambutan tadi. Dia merasa bingung dengan reaksi para karyawannya. Namun, Bara memendamnya sendiri.

Kini, bahkan Bara sudah dengan santai berkeliling perusahaan diarahkan oleh sang Papa.

Roki memang ingin sang anak mengenal struktur perusahaan secara nyata. Tidak seperti sebelumnya yang hanya lewat tulisan dan gambar, Roki juga berharap dengan berkeliling perusahaan membuat percahan memori Bara kembali.

Bruk! 

Tanpa sengaja Bara menabrak seorang karyawan yang sedang memegang setumpuk kertas karena pria itu memperhatikan banyak hal dan tidak fokus ke depan. Sontak, hal itu membuat kertas-kertas yang dipegang karyawan itu berhamburan.

Segera, Bara berjongkok untuk memunguti kertas yang berserakan. Melihat itu, Zulfi pun ikut berjongkok untuk membantu atasannya. Begitu juga dengan karyawan yang ditubruk oleh Bara.

"Saya minta maaf karena sudah membuat kekacauan seperti ini." Bara berkata sambil memberikan kertas-kertas yang sudah dikumpulkan kepada karyawan yang ternyata Indah.

Mata Indah langsung melebar saat menyadari jika orang yang ada di depannya adalah bos dan orang yang ia tolong beberapa bulan yang lalu. Indah cukup terkejut melihat Bara kembali, tetapi ada perasaan lega ketika melihat Bara yang tampak baik-baik saja. Namun, perempuan itu segera menormalkan kembali raut wajahnya.

"Iya, Pak. Tidak apa-apa," sahut Indah cepat–ingin pergi secepatnya dari sana.

Hanya saja, suara Indah membuat Bara berhenti mengumpulkan kertas. Begitu serius CEO muda itu menatap dalam mata Indah.

"Tunggu! Kau yang menyelamatkan hidupku, kan?" tanya Bara tiba-tiba ketika Indah akan berdiri.

"Hah?"

Mata Indah kembali melebar ketika mendengar Bara menyebutnya sebagai penyelamat hidup pria tersebut. Bahkan gerakan kakinya yang bersiap berdiri pun tiba-tiba saja kaku. Tak hanya Indah, bahkan Roki tampak terkejut.

"Apa maksudmu?" tanya Roki.

"Penyelamat hidup," ujar Bara lagi dengan mata berbinar.

Dengan refleks, tangan Bara bergerak untuk menyentuh tangan Indah  yang memegang kertas. "Aku akhirnya menemukanmu!"

Bara nampak bahagia bisa bertemu dengan Indah. 

Mengerjap beberapa kali, Indah mencoba mencerna ucapan Bara. Bukankah Bara sudah dalam keadaan tidak sadar saat malam tragis itu?

"Mohon maaf, saya tidak mengerti, Pak," ucap Indah pada akhirnya. Dia bahkan berusaha menarik tangannya agar Bara mau melepaskannya.

Sayang, usahanya sia-sia. Bara tetap memegang tangannya tanpa peduli dengan usaha Indah.

"Aku mengenali suaramu. Kau yang menolongku saat kecelakaan, kan?"

Dona yang sedari tadi berada di belakang, seketika menyadari gelagat aneh Bara. Segera, perempuan itu berjongkok untuk menenangkan agar anaknya tidak melakukan tindakan bodoh. Namun, ia malah dikejutkan saat melihat Indah.

"Kamu?" gumam Dona.

"Siang, Bu." Indah menyapa dengan perasaan canggung mendengar Dona menyebut namanya.

Memang, setelah malam kecelakaan, Indah dan Dona pernah bertemu sekali. Hal itu terjadi karena Dona ingin mengucapkan terima kasih dengan benar kepada Indah yang sudah menolong Bara. Bahkan, ia menyiapkan hadiah untuk Indah, tetapi langsung ditolaknya.

"Mama, kenal penyelamat hidupku?" tanya Bara dengan tatapan tidak percaya.

Bara tampak tersenyum lebar. Sementara kedua alis Dona saling bertautan saat mendengar pertanyaan Bara. Ada yang aneh dengan anaknya setelah mendengar suara Indah. Dan sebagai seorang Ibu, dia harus menyelamatkan martabat putranya sebelum terlambat....

"Bara, ikut Mama ke ruangan!" perintah Dona cepat.

"Tidak. Aku mau sama penolong hidupku."

"Bara, apa maksudmu?"

"Aku ingin bersama penolong hidupku."

Mengerti jika Bara tidak ingin melepaskan Indah, Dona pun meminta perempuan itu untuk ikut bersamanya. "Nak, kamu juga ikut dengan saya!"

"Ba-baik, Bu." Meski Indah bingung dengan perintah Dona yang tiba-tiba, tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk menolak.

Segera, mereka berjalan ke ruangan. Hanya saja, Bara tampak terus menempel dengan Indah. Sungguh, wanita paruh baya itu dibuat bingung dengan tingkah Bara yang tiba-tiba. Ada perasaan khawatir andai terjadi sesuatu dengan otak Bara yang mungkin dilewatkan tim dokter sebelumnya.

"Ayo!" ajak Bara sambil menarik lengan Indah.

Tidak ada sahutan dari Indah. Perempuan itu terlalu terkejut dengan tingkah Bara yang tiba-tiba. Terlebih dengan tangannya yang terus dipegang oleh Bara.

Selama perjalanan, Bara terus menggenggam tangan Indah. Padahal, Indah terus berusaha untuk melepaskan genggaman yang terasa begitu erat. Perempuan itu harus menundukkan pandangan karena semua orang yang mereka lewati melihat ke arahnya dengan berbagai tatapan. Hal itu membuat Indah tidak nyaman.

Tiba di ruangan, Dona kemudian berhenti membuat semua orang menatap perempuan itu bingung, termasuk Indah.

Mendadak, Dona menatap Zulfi yang juga sedari tadi mengikuti. "Zulfi, kamu tunggu di luar. Sepertinya, ada yang harus kami luruskan terlebih dahulu."

"Baik, Bu."

Zulfi keluar lalu menutup rapat pintu ruang kerja yang sudah beberapa bulan ini ia miliki dan harus dilepas saat Bara kembali. Ada kebingungan yang nyata di wajah asisten itu. Mengapa bos angkuhnya bertingkah seperti anak kecil setelah bertemu Indah?  Dia harus menyelidiki ini semua!

*******

Di sisi lain, setelah memastikan tak ada yang lain selain mereka berempat, Dona menatap tajam anaknya.

Tak jauh berbeda, Roki juga merasa anaknya begitu aneh. Ditatapnya sang anak yang terus saja memegang erat tangan Indah. Barulah mereka sadari bahwa perempuan itu tak nyaman.

"Bara, lepaskan tangan Indah!" perintah Roki yang tidak tega.

"Enggak mau! Nanti, penyelamat hidupku pergi."

Bara malah semakin mengeratkan genggaman tangannya. Seolah takut jika Indah benar-benar pergi dari sisinya. Jelas tindakan Bara membuat Indah meringis lirih. 

"Bara! Kamu menyakitinya," tegur Dona.

Mendengar ucapan Mamanya, Bara menoleh ke arah Indah yang terus menunduk. "Apa aku menyakitimu, penyelamat hidupku?"

 

"Oh ... astaga! Kenapa kamu seperti anak kecil begini, Bara? Namanya Indah!" Roki berkata dengan nada yang lebih tinggi. Pria paruh baya itu bahkan memijat pelipisnya.

"Indah?" tanya Bara memastikan. Tak lama senyum menyeringai muncul di wajah Bara, "Jadi, itu namamu?"

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status