Home / Urban / Istri Penyelamat CEO Amnesia / Bab 4. Seperti anak kecil

Share

Bab 4. Seperti anak kecil

Author: Faiz bellzz
last update Last Updated: 2023-01-28 19:44:58

“Indah.” Bara terus mengulang nama itu sambil melihat ke arah Indah dengan berbinar. 

"Jadi, apa yang membuat kamu beranggapan jika Indah adalah penyelamat hidupmu, Nak?" tanya Dona lebih lembut.

Setelah bersitegang karena Bara yang tidak mau melepaskan tangan Indah tadi, pria itu akhirnya dengan berat hati melepaskan saat Indah yang memintanya. Kini, mereka tengah duduk di sofa dengan saling berhadapan.

 

"Ayo Bara, jawab." Dona kembali berkata ketika Bara hanya diam saja.

Bara melihat sekilas ke arah Indah lalu menghela napas panjang sebelum menjawab. "Karena dia yang menolongku saat kecelakaan itu." 

Sontak jawaban Bara membuat semua orang yang tengah duduk itu menatap Bara dengan tidak percaya. Mereka tidak menyangka jika Bara bisa tahu kalau Indahlah yang menolongnya. Namun, bagaimana bisa pria tersebut mengetahuinya? 

"Ka-kamu, bagaimana bisa mengetahuinya?" 

"Aku mengenal suaranya.”

"Jadi, saat itu kamu dalam keadaan sadar?" tanya Dona.

"Aku enggak tahu, karena yang aku ingat hanya suaranya.” Bara menjawab sambil melihat ke arah Indah.

"Baiklah, Mama mengerti. Tapi, kamu jangan panggil Indah dengan sebutan penyelamat hidup terus."

"Iya tahu, tapi bagiku Indah memang penyelamat hidupku," ujar Bara dengan sorot mata yang sangat sulit diartikan saat menatap Indah.

"Apa itu karena dia yang menolongmu?"

"Tentu saja, Ma!"

Mendengar jawaban Bara membuat Dona dan Roki bernapas lega. Setidaknya, Bara menganggap Indah sebagai penyelamat hidup karena perempuan tersebut sudah menolongnya. Bukan karena sesuatu yang buruk terjadi pada pola pikir Bara. Meski begitu, mereka harus mengkonsultasikan kembali dengan dokter.

"Baiklah, tapi sepertinya Indah tidak nyaman dengan panggilan yang kamu berikan. Jadi, Mama minta jangan panggil Indah dengan sebutan seperti itu, hemm?"

Bara tidak langsung menjawab permintaan Dona. Ia kembali melihat ke arah Indah yang sejak tadi hanya diam dengan kepala menunduk. "Baiklah, tapi aku mau Indah jadi sekretarisku." 

"Apa?!"

"Yang benar saja!"

Dona dan Roki berkata bersamaan begitu mendengar ucapan Bara. Sementara Indah langsung menegakkan kepala lalu menatap pria di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa ia menjadi sekretaris, jika pendidikannya saja hanya sampai SMA? Dia hanya pegawai biasa di sini!

"Ada apa dengan reaksi kalian?" tanya Bara dengan wajah tanpa dosa.

"Itu tidak mungkin terjadi, Bara."

"Kenapa? Pokoknya aku mau Indah, dan kalau bukan Indah yang menjadi sekretarisku, aku enggak akan terjun ke perusahaan!" Bara berkata dengan keyakinan penuh.

"Bara! Kamu jangan main-main," bentak Roki.

Sepertinya pria paruh baya itu sudah kehilangan rasa sabarnya. Terbukti, dengan wajahnya yang berubah merah padam. Sangat menyeramkan, tetapi tidak bagi Bara.

"Aku enggak main-main, Pa. Aku ingin Indah terus ada di sampingku."

Dona yang mendengar ucapan anaknya sampai geleng-geleng. Ia tidak percaya dengan sikap Bara yang tetap menyebalkan meski sedang kehilangan ingatan.

Ya, Bara yang dulu dan yang sekarang sama saja, sama-sama jika memiliki keinginan harus terpenuhi.

"Kali ini, alasan apa yang akan kamu berikan?" Dona lebih bisa mengontrol diri, sehingga cara bertanya pun masih dengan lembut.

"Karena aku yakin kalau Indah orang yang baik. Terbukti, dia mau menolongku meski nyawa sebagai taruhannya. Dan, aku membutuhkan orang baik dan jujur untuk berada di sampingku saat ini."

Terdiam, Dona dan Riko sepertinya setuju dengan ucapan Bara kali ini. Lagi pula, memang mereka harus waspada dengan kondisi Bara yang hilang ingatan. Ditambah dengan kenyataan jika kecelakaan yang menimpa anaknya bukan murni kecelakaan. Meski belum ada kejelasan, tapi dari laporan terkini ada sesuatu yang janggal pada mobil anaknya malam itu.

"Apa ada alasan lain, Bara?" Kali ini, Roki yang bertanya.

Bara tidak langsung menjawab, pria itu kembali melihat ke arah Indah sebentar. "Enggak ada," jawabnya.

"Ya sudah, Papa kabulkan permintaanmu."

Mendengar ucapan Roki membuat Bara mengepalkan tangan lalu menariknya ke bawah sebagai tanda jika ia sedang bereuforia. Sementara Indah langsung menatap Roki dengan tatapan tidak percaya. Ia benar-benar terkejut dengan keputusan Roki yang tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

"Maaf, Pak. Tapi ...." Setelah sekian lama hanya diam memperhatikan, akhirnya Indah bersuara. Namun, harus berhenti ketika Dona memotongnya. 

"Apa kamu keberatan?"

"Kalau boleh jujur ... iya, Bu."

"Mau keberatan atau pun enggak, aku enggak peduli! Aku mau kamu jadi sekretarisku. Kamu lupa aku ini atasanmu?" cetus Bara tiba-tiba.

Berbeda dengan tadi, sikap Bara tampak seperti dahulu–tegas dan mendominasi.

Indah sampai mendesah lirih mendengar ucapan Bara yang tidak mau dibantah. Dengan berat, perempuan itu mengangguk. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menurut karena ia hanya bawahan yang masih membutuhkan pekerjaan.

"Nah, dari tadi, dong!" Bara senang dengan keputusan Indah.

"Kalau begitu, kamu bisa kembali ke divisimu, Indah. Bereskan semua barang-barang, karena mulai besok kamu sudah mulai bekerja menjadi sekretaris Bara," ujar Dona memberi perintah.

"Baik, Bu." Indah pun menunduk dan izin keluar dari ruangan itu.

Namun, saat Indah akan melangkah, suara berat milik Bara kembali menginterupsi untuk berhenti, “Indah!”

Dengan refleks, Indah menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan menghadap ke Bara yang ternyata ternyat sudah berdiri. "Iya, Pak?"

"Mana nomor ponsel kamu?"

"Ponsel?" Indah bertanya untuk meyakinkan jika yang didengarnya tidak salah.

Dengan segera, Bara membawa langkah lebarnya menghampiri Indah. Tangannya menengadah seolah tengah meminta sesuatu.

"Ponselnya mana?" ujarnya tanpa beban. Namun, Indah hanya diam saja.

"Ayo," ujar Bara lagi.

Sedikit ragu, Indah memberikan ponsel yang sejak tadi ada di dalam saku roknya. "Ini, Pak. Tapi untuk apa?"

"Aku cuman mau nomor ponsel kamu karena ada yang harus dibahas nanti." Bara menjawab asal sambil menerima ponsel Indah. Ia mengotak-atik ponsel Indah lalu menyimpan nomornya di sana.

"Nih," ujar Bara menyerahkan ponsel kepada pemiliknya. "Kamu boleh pergi," sambungnya ketika Indah sudah mengambil ponselnya.

"Baik, Pak. Assalamu'alaikum."

*****

Indah melangkah cepat setelah keluar dari ruangan. Dia ingin segera sampai di ruang administrasi, tempatnya bekerja.

 

Namun,  ponsel yang ada di dalam genggamannya tiba-tiba bergetar. Satu alis milik Indah terangkah saat melihat siapa yang mengirim pesan.

"Bos tampan?" gumamnya merasa bingung karena merasa tidak pernah menyimpan nomor dengan nama kontak seperti itu. 

[ Bos Tampan: Besok pagi, kamu harus ke rumahku. ]

Belum sempat memproses semuanya, sebuah pesan kembali muncul, hingga membuat Indah bergedik ngeri.

Bos Tampan: Awas kalau terlambat! ]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 111. Maafkan aku

    “Mohon maaf, Pak, tapi keinginan Anda tidak bisa saya lakukan,” ujar Dokter Kristi yang membuat Bara murka.“Kenapa tidak bisa? Bukankah teknologi semakin maju!” “Itu karena akan membahayakan janin dan ibunya, Pak. Terlebih dengan kondisi Nona Indah yang kurang baik.” Dokter Kristi mencoba memberi pengertian agar Bara tidak memaksakan kehendak.“Aku tidak peduli! Lakukan atau karirmu hancur,” cetus Bara membuat Dokter Kristi ketakutan.Bagaimanapun bagi Bara akan mudah menghancurkan karirnya. “Pak, tolong pertimbangkan kembali,” ujarnya mulai goyah. “Tidak, keputusanku sudah bulat!”Mendengar perdebatan suaminya dengan Dokter Kristi membuat Indah kecewa. Perempuan yang sejak tadi hanya diam itu bangkit membuat Bara dan Dokter Kristi langsung menoleh ke arahnya. “Mau ke mana kamu?” tanya Bara.“Sudah cukup, Mas. Kalau memang kamu tidak mempercayai aku hamil anakmu tidak apa-apa. Anggap saja aku memang melakukan seperti apa yang kamu pikirkan, Mas.” Terang saja ucapan Indah memancing

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 110. Buktikan!

    Berita tentang Mawar dan Zulfi yang dibawa oleh polisi sudah menyebar di kalangan karyawan dan kolega bisnis Bara, termasuk kedua orang tuanya. Karena itulah kini Bara dimintai Roki untuk datang ke rumahnya.“Apa yang sebenarnya terjadi? Coba jelaskan,” pinta Riko dan Diana.Tidak langsung menjawab, Bara lantas mengembuskan napas dengan kasar terlebih dahulu. “Sebenarnya ingatanku sudah kembali,” ujar Bara membuat kedua orang tuanya kaget bukan main.“Jadi kamu sudah mengingat semuanya, Bara?”“Iya, Mam.” “Lalu kenapa tidak menceritakannya kepada kami?” Roki menuntut penjelasan lebih.“Karena aku ingin mengungkap lebih dulu pelaku dibalik kecelakaan yang kualami.”“Artinya kamu kembali bersama Mawar itu juga bagian dari rencana?” “Iya, Pap.” Bara mengangguk membenarkan membuat Roki mengusap wajahnya kasar. “Kamu keterlaluan, Bara!”Bentakan dari Roki membuat Bara terkejut. Ia pikir pria paruh baya itu akan senang karena ingatannya sudah kembali.“Keterlaluan bagaimana?” “Kamu sud

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 109. Tangkap dia

    Bara pulang dalam keadaan mabuk parah, membuat Indah yang sedang terlelap tersentak ketika tiba-tiba Bara menjatuhkan diri di sampingnya. “Mas, Bara,” ucap Indah lantas bangkit.Bau menyengat yang menguar dari tubuh Bara membuat Indah mual. Meski begitu, Indah tetap membantu Bara melepaskan sepatu juga jas yang masih melekat di tubuh tegap suaminya. “Kenapa senang sekali minum minuman terlarang?” gumam Indah.*** Mata setajam elang itu mengerjap beberapa kali hingga akhirnya dibuka dengan sempurna. Bara mengedarkan pandangannya dan mendapati jika dirinya sudah berada di kamar. Ia bangkit sambil memegang kepalanya yang terasa pening. “Mas, Bara,” ucap Indah yang baru saja masuk kamar.Bara lantas menoleh sebentar lalu membuang muka ketika ingatannya kembali pada saat kemarin ia mendapati Indah di mushola bersama Dirga. “Kau, dari mana kemarin?” tanyanya.Pria itu sudah tidak tahan lagi dengan praduganya selama ini. Pria itu menatap Indah nyalang. Membuat Indah menelan ludahnya kasar

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 108. Di balik wajah lugu

    Bara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip kendaraan lain yang sekiranya menghalangi jalan bagi dirinya. Pria itu bahkan mengabaikan protes yang dilakukan oleh pengguna jalan lain. Tidak peduli klaksonan atau pun umpatan yang terdengar. Dalam pikirannya ia hanya ingin melampiaskan kekesalannya karena Indah dengan tega melakukan hal tercela di kantor dengan pria lain. Sungguh, pria itu tidak menyangka jika Indah sampai hati melakukan hal tersebut. Padahal ia pernah berpikir jika perempuan yang menjadi penyelamat hidupnya merupakan perempuan baik-baik. “Haha … hahaha ….” Pria itu tertawa seperti kesetanan. Ia merasa bodoh karena berhasil dibodohi oleh wajah polos Indah. Ternyata di balik wajah lugu Indah tersimpan sebuah kenyataan yang membuat Bara tidak habis pikir. Bagaimana bisa? Hanya itu yang ada dalam benak Bara sekarang. Pertanyaan mengenai Indah yang bisa-bisanya malah melakukan hal seperti itu terus berputar di pikiran Bara. Sampai pria itu tidak sadar ji

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 107. Kejam

    Bara yang berjalan tergesa tentu menjadi pusat perhatian semua orang. Meski begitu tidak ada yang berani bertanya atau sekedar menyapa. Semuanya memilih menyingkir–memberikan jalan untuk pria tersebut. Sampai akhirnya Bara tiba di ruangannya. Dengan keras ia membuka pintu kemudian menutupnya kembali. Sehingga Mawar yang berniat masuk untuk menyusul pun mengurungkan niat kala ia akan masuk, tetapi pintu dengan keras tertutup. Wanita itu hanya mampu berdiri mematung sambil memegang dadanya dengan kedua tangan. Sementara matanya melebar dengan napas yang terengah akibat berlari menyusul Bara. Dengan kasar ia mendengus kemudian berbalik–berniat ke meja kerjanya. Namun, Mawar malah dikagetkan dengan kehadiran Zulfi yang sudah ada di belakangnya entah sejak kapan. “Sepertinya ada hal penting yang sedang dilakukan Pak Bara,” ujar Zulfi yang dibalas delikan oleh Mawar. “Hemm, aku tau! Tapi entah apa itu. Bisakah kamu menyeledikinya?” Permintaan itu ditanggapi Zulfi dengan mengangkat satu

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 106. Sean

    Tiba di rumah Indah lantas turun dari mobil setelah membayar ongkosnya. Perempuan itu berjalan dengan langkah gontai menuju gerbang yang menjulang tinggi. Tidak perlu banyak bicara, penjaga rumah pun sudah mengetahui jika Indah adalah nyonya di rumah tersebut. Sehingga dengan sedikit keheranan karena tidak biasanya Indah pulang sangat cepat pun membukakan gerbang. “Siang, Nyonya,” sapa Pak satpam yang berjaga. Dengan seulas senyum yang sangat tipis Indah membalas sapaan satpam tersebut. Bukan karena ia tidak ramah, tetapi ia yang lelah membuat Indah ingin segera tiba di kamar. Setelahnya Indah masuk rumah kemudian menaiki anak tangga untuk tiba di kamar.Begitu tiba, Indah membuka kerudung yang sejak tadi menutupi kepalanya. Lantas setelahnya ia merebahkan diri di atas ranjang. Meringkuk sambil menutup tubuhnya dengan selimut. Sementara di tempat lain, Bara sedang melakukan pertemuan dengan lawan bisnisnya di salah satu restoran. Mereka melakukannya di sana sekalian untuk makan sia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status