Share

Bab 6

Author: kamiya san
last update Last Updated: 2024-12-23 19:46:42

Celana abu muda menggantung di mata kaki berpadu atasan blouse putih, membuat penampilan Shanumi terlihat segar, elegant dan cerah. 

Rambutnya diikat tinggi dengan wajah berpoles tipis menarik. Meski kesan bengkak masih menyisa, kecantikan raganya tidak bisa ditutupi. 

“Sudah minum suplemenmu, Shan?” Yena menghampiri Shanumi di kursi dapur. 

“Sudah, barusan. Thanks, Yen.” Shanumi yang barusan berbincang dengan pegawai dapur, mendekat dan duduk di dekat Yena. Menerima segelas lemon madu hangat dari sang karib dan meminumnya hingga tandas. 

“Meski wajahmu belum pulih, cantikmu mulai kembali, Shan. Semangat, ya. Jika nggak menang dan wanita itu datang minta uang, pakai aja duit kafe. Sisanya kita kejar…,” ucap Yena membujuk. Iba jika Shanumi sebenarnya tertekan dan banyak yang dipikir. 

“Jangan, aku nggak mau ngusik dana kafe. Takut tiba-tiba sepi dan ngaruh ke gaji mereka. Pasti ada dana dari pintu lain. Kamu jangan risau, Yen.” Shanumi berkata sambil meletak gelas kosong di meja sebelahnya. Seorang pegawai berkemas datang dan menyambar untuk dicuci di belakang. 

Setelah lanjut berbincang sejenak, Shanumi pamit pergi dengan menaiki tangga untuk mengambil tas ke lantai dua di ruko atas. Tempat menginap pribadinya. Namun, para pegawai juga diizinkan ke atas untuk melepas lelah saat istirahat. Ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi di atas. Satu kamar khusus untuknya, satu lagi untuk pegawai gunakan bergiliran. Kebetulan, orang kafe semua perempuan.

Gedung Tunjungan Plaza Surabaya masih sepi saat Shanumi tiba di sana. Hanya segelintir orang hilir mudik dan petugas cleaning servis yang bekerja.

Seorang sekuriti menyapa Shanumi yang terlihat bimbang. Kemudian membawa gadis semampai itu menaiki eskalator menuju lantai empat. Menghampiri sebuah pintu yang menerangkan ruang informasi, pelayanan dan pemasaran khusus perhotelan di dalamnya. Petugas itu mengetuk pintu.

Seorang wanita muda dari tim operasional menyambut dan membawa masuk ke dalam. Rupanya ruang luas berisi banyak kursi yang sudah diisi orang-orang. Mereka semua adalah peserta kompetisi masak pada babak penyisihan yang sehari sebelumnya sudah pengajuan daftar via online.

“Ini adalah ujian seleksi singkat akan kemahiran saudara semua di bidang rempah dan kuliner. Dari sekian banyak, yakni dua puluh lima peserta, kami hanya mengambil sembilan peserta untuk mengikuti tahapan seleksi berikutnya.”

Wanita tadi telah membuka acara, beramah tamah sebentar dan langsung ke acara.

Sarana seleksi cukup gampang. Menggunakan aplikasi pada notebook di setiap meja peserta yang sudah siaga dan menyala. Dengan hitungan start serentak, mereka diminta menuliskan sebanyak mungkin ragam rempah terpendam beserta warna dan rasa. Tentu dengan waktu dibatasi secara bersamaan juga.

Tidak lupa berdoa, Shanumi berusaha tenang dan cepat saat menuliskan ragam rempah terpendam mulai dari jahe, kunyit, kencur, laos dan lain-lain. Juga tidak ada kesulitan saat mendevinisi rasa dan warna di setiap jenis bumbu yang dia tuliskan. Hingga waktu berakhir dan notebook terkunci otomatis lagi di masing-masing meja peserta.

Tim juri mengambil dari yang menyebut paling banyak, kemudian pada ketepatan warna dan devinisi rasa. Shanumi tidak berhenti berdoa agar dirinya berkesempatan menjadi peserta seleksi terpilih untuk maju di tahap berikutnya. 

Betapa berdebar hati di dada, juri sedang bersiap menyebut sembilan nama sebagai pengumuman. Andai nama tak ada pun iklas, tetapi jika nama disebut lebih merasa puas!

Sangat lega dan masih juga terkejut saat nama Shanum pun disebut, bahkan pada urutan yang pertama. Sebagai penyebut paling banyak dengan devinisi rasa dan warna yang hampir sempurna. 

Sangat tidak sia-sia sang Ibu menanam beragam toga dan rempah di belakang rumah. Sedang menyiram dan merawat adalah tugas Shanumi. Tentu saja sambil memanen dan menggunakannya selang seling. Tak terasa jadi hapal di luar kepalanya.

“Bagi sembilan nama yang lolos, silahkan menuju Hotel Rasyid di Jalan Pahlawan hingga tujuh jam ke depan. Semua mendapat fasilitas kamar masing-masing hingga tiba lomba. Bukan keharusan untuk menggunakan. Yang terpenting adalah, semua ada tepat waktu saat kompetisi dimulai pukul enam lepas maghrib.” Wanita pembicara tadi kembali menerangkan. 

Shanumi memilih kembali ke kafe dan tidak tertarik mengambil peluang kamar gratis di Hotel Rasyid. Menduga jika nama hotel itu ada hubungan dengan Daehan seperti yang dibilang Yena. 

Tidak berharap bertemu dengan orangnya, tetapi amat mengharap dapat uangnya. Bisa jadi selama kompetisi, pria itu sama sekali tidak usah unjuk gigi. Seorang owner bisanya sekedar bayang di balik layar, bukan terjun langsung dalam pagar. Itulah harapannya. 

“Ah!” jerit Shanumi kaget. 

“Matamu di mana? Hah… kamu…?!” sambar wanita cantik yang terbelalak pada Shanumi.

“Kamu sudah kembali…,” ucap Shanumi lebih terkejut lagi saat sadar bahwa perempuan yang tak sengaja dia tabrak adalah Intana. Uh, kenapa juga nabrak dia lagi....

“Kamu memang bawa sial. Terus saja tabrak aku. Naik ganti rugi, tujuh puluh juta! Kamunya mampu nggak…?!” sembur Intana sinis dan mengejek. 

“Ada apa, Tan?” Seorang lelaki yang baru muncul dari pintu di lorong bertanya. 

Shanumi kembali terkejut. Namun, menduga jika Daehan kini tidak lagi mengenal dirinya, maka memilih pura-pura abai dan memandang sekilas. Coba bertenang dengan mengambil napas dalam-dalam.

“Ini cewek, ceroboh minta ampun. Jalan sembarangan. Hari itu mobilku ditabraknya dengan motor dan ganti rugi nggak kelar-kelar, sekarang perutku ditabrak yang aku hampir terjengkang!” ucap Intana berapi-api. 

“Sudah kubilang, aku nggak sengaja!” sambar Shanumi emosi pada Intana. Bagaimana bisa sesama manusia sangat minim rasa maaf. 

“Sengaja nggak sengaja, kelakuanmu merugikanku. Makanya, jangan ngelamun sembarangan di jalan!” ucap Intana kasar. 

“Aku minta maaf kali ini. Tapi jangan kian memerasku dengan naikin ganti rugi.” Shanumi bicara tegas. Matanya yang bening menatap tajam Intana. Juga sekilas pada Daehan yang sedang berkerut dahi memandangnya. 

“Aku akan menghubungimu nanti, Intana. Permisi ....” Shanumi bicara pada Intana. Namun, menyapa sopan dan sedikit mengangguk pada Daehan sebelum buru-buru berlalu. 

Yakin jika lelaki itu kini muncul, pasti bakalan turun juga di kompetisi malam nanti. Tidak ingin meninggalkan kesan buruk jika Daehan ingat pernah melihat Shanumi di sini malam nanti. 

"Hei, kamu!"

Seruan ini menghentikan langkah Shanumi. Daehan sedang menudingnya saat berbalik.

"Saya, Mas?!" respon Shanumi ragu. Lelaki itu mengangguk.

"Apa urusan kamu di sini?" tanya Daehan sambil menurunkan tangannya yang tadi menunjuk. Dia sangat hapal jika gadis itu bukan pegawai di kantor ini.

"Saya ikut seleksi lomba masak, Mas." Shanumi menjawab sopan. Namun, berlagak tidak tahu jika lelaki itu adalah Daehan sang owner kompetisi. Maka lebih memilih memanggil Mas.

"Hasilnya...?" tanya Daehan lagi dengan suara berat yang khas.

"Alhamdulillah. Saya lolos seleksi sembilan orang, Mas," sahut Shanumi tanpa beban. Memberikan ekspresi cerah dan gembira. Senyum tipisnya sangat manis.

"Ayoklah, Mas. Cepet dikit. Aku sudah sangat lapar!" Intana menarik tangan Daehan sambil melirik tajam pada Shanumi.

"Kamu berharap menang buat ganti rugi, ya? Kasihan amat hidupmu!" Intana sempat bicara pada Shanumi sebelum pergi.

"Jangan terlalu tidak sopan, Tan." Daehan menegur sambil terus berjalan. Suaranya kian berat dan membahana.

Meninggalkan Shanumi yang mengambil arah pintu berlawanan. Mungkin sepasang tunangan itu akan mencari makanan dalam plaza.

"Jika aku jahat, mungkin tidak terlalu sulit merebut calon suami kamu, Intana...," ucap Shanumi sambil menggigit telunjuk dan memperlambat jalan.

Rasa kesal dengan sikap Intana yang sombong, membuat otak gadis itu sejenak jadi oleng. Amarah dan terhina bisa membuat seseorang berubah sikap dan haluan.

🍓

Tinggalin jejak agar penulis semangat! 😘

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (76)
goodnovel comment avatar
Resti Maizola Tanjung
bagusss ceritanya
goodnovel comment avatar
Kinnas Kahiyang Anindisa
lanjutkan seru
goodnovel comment avatar
Maemunah
penasaran karna ceritanya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 332

    Azlan terus mengikuti Dimas dengan pandangan matanya. Bodyguard itu menepi jauh untuk menerima sebuah panggilan dan membiarkan Amira masih duduk di tempat bersamnya. Bodyguard apaan, jika dirinya bukan lelaki benar bagaimana? Bisa saja sekarang Amira dia bawa diam-diam. Azlan terheran dengan cara kerja pengawal kiriman orang tua dari gadis di depannya yang terlihat santai dan sembrono. Namun, anehnya, nama bodyguard itu adalah penerima pembayaran dari pesanan perhiasan. Bermakna dia bukan lelaki kaleng-kaleng. Sedang yang dia tahu, seperti juga yang Amira bilang saat itu, pemilik perusahaan berlian itu adalah Erick, lelaki yang dia pun kenal, juga ipar dari Zayn sendiri. Siapa Dimas? Bodyguard atau penjual perhiasan? Apa hubungan dengan Erick, hingga CEO DaOsa begitu percaya dengan si bodyguard itu? Hemmm… pantas, orang DaOsa Galeri yang janji membawa katalog tidak muncul batang hidungnya. Hanya ada barang yang dititipkan. Rupanya, dia menyamar sebagai bodyguard jadi-jadian.

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 331

    Amira berjalan cepat dan ringan dengan Dimas setia di belakang. Menuju rumah makan bintang lima di luar area hotel. Menghampiri sebuah meja di sudut teras resto yang hembusan anginnya semilir membelai di kerudung Amira. Seorang lelaki telah duduk tegak mengawasi kedatangan mereka berdua dengan tatapan lekat tanpa putus. Berwajah tampan dan berkulit cerah dengan penampilan lebih mencolok di antara pengunjung lelaki lainnya. Tampak berwibawa sebagai pria matang. Dialah Azlan Anthony, kawan baik Zayn sebab hubungan yang bermula dari orang tua. Selain seorang pengusaha juga seorang cendekiawan yang acapkali diundang dalam pengisian materi penting, baik dalam lingkup Indonesia atau undangan dari luar negara. “Maafkan Amira, sedikit lambat, Bang Zayn!” Amira menyapa dan kemudian duduk di depannya. “Tak masalah, Amira. Apa kabarmu? Apa dia memang memberikan manfaat untukmu?” tanya Azlan sambil melirik Dimas, bermaksud menyindir. “Maaf, Bang Azlan. Bermanfaat atau tidak, dia adalah

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 330

    Hotel Holiday Inn Kuala Lumpur Adzan mengalun bersahutan di seluruh penjuru kota ketika hampir pukul enam pagi itu. Dimas masih mandi dan Amira duduk tegak menonton televisi di sofa. Terkejutnya bukan buatan! Sedang terpampang besar dilayar televisi yang lebar, Zayn bersama orang-orang dan ternyata keluarga besarnya. Sebagai warga darah biru, lelaki itu diwawancara seputar pernikahannya yang belum memiliki keturunan. Zayn juga ditanya, apakah berniat menambahkan lagi seorang istri? Lelaki itu menyahut tegas, iya! Dengan terus terang mengatakan jika rahim istrinya dinyatakan bermasalah oleh tim dokter. Penyebab dirinya ingin menambah seorang istri lagi. Melihat ekspresi istri yang bungkam, Amira iba. Terlihat tegar, tetapi hati wanita pasti menangis. Istri mana yang tidak merana jika diduakan. Kecuali wanita-wanita yang mungkin dianggap memiliki prinsip dan akidah istimewa dalam pernikahan beragama. Ah, Amira merasa tidak mampu dalam level seperti itu! Tidak bisa! Tidak bisa

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 329

    Dimas memicing mata menatap Amira tajam. Seperti mencari kesungguhan di mata bulat yang bening itu. Mungkin hanya memberi kejutan pagi ini, tetapi sepertinya tidak main-main ucapannya. Gadis itu ingin mengikutinya ke penginapan! “Kamu benar-benar ingin ikuti denganku?” tanya Dimas memastikan. Amira mengangguk yakin. "Jika calon suami kamu tahu, dia akan membuangmu. Kamu tidak takut?" tanya Dimas asal. Hanya ingin tahu respon Amira. “Dia jadi abu-abu di mataku. Gara-gara informasimu yang meresahkan. Aku betul-betul ingin ikut kamu ke mana saja sementara. Hanya kamu yang benar-benar sedang aku percaya. Aku tuh dalam bahaya kan, kena kamu jaga terus menerus, kamu tak boleh lengah. Jangan takut, nanti aku bayar!” ucap Amira menantang dengan sangat serius. Dimas terkejut. Juga kesal tetapi sekaligus ingin tertawa. Ada-ada saja isi kepala gadis itu. “Aku bukan lelaki bayaran, Amira. Aku ikhlas peduli padamu. Jika kamu menilai dengan uang, lebih baik jangan lagi mengikutiku!” Dim

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 328

    Memang benar dugaan Amira jika lelaki itu tengah lapar. Dimas habis empat set roti bersama sekotak susu segar instan dari almari es. Sedang dirinya dua saja sudah tidak sanggup dan tanpa ditambah susu juga. Sama-sama lapar, tetapi daya telan dan kapasitas perut jauh beda. “Itu kamar Mas Dimas jika ingin istirahat.” Amira sudah berdiri dan ingin ke kamarnya. Setelah aktivitas di dapur barusan, rasanya agak gerah dan Ingin bertukar baju. Dimas yang sedang mengunyah gigitan terakhir pada rotinya mengangguk. Sedang sebelah tangan bermain game ringan di ponsel. Sepertinya lelaki itu sedang merasa santai dan nyaman. Seperti bukan bodyguard saja gaya santainya. Eh… memang bukan laah… dia bukanlah bodyguard. Amira susah payah menyimpan tawa akan pikiran konyolnya sendiri. Gadis itu segera memundurkan kursinya, pergi dari meja makan dan meluncur ke dalam kamarnya. Ternyata berseberangan dengan kamar yang tadi dia tunjuk untuk Dimas. Dipisah oleh ruang televisi dan sofa keluarga.

  • Istri Perawan Disangka Janda   Ban 327

    Permintaan agar dirinya tidak pergi dan menjadi bodyguard meskipun palsu, sepertinya tidak mampu diabaikan oleh Dimas. Cengkeraman erat oleh telapak tangan yang halus dan lembut di lengannya semakin meruntuhkan tegasnya sebagai seorang laki-laki. “Jika mereka benar-benar jahat seperti yang kamu bilang, aku sungguh takut.” Suara Amira gemetar. Bukan sepenuhnya sebab rasa takut. Tetapi perasaannya berdebar telah berani menahan Dimas untuk tidak pergi dari rumahnya. Sebab diam-diam pun, antara percaya dan tidak jika Azlan memang berniat tidak baik padanya. “Ada sekuriti di rumah kamu, Amira.” Dimas memandang pos sekuriti dekat pagar yang terlihat aktif dan ada orangnya. Bahkan sekuriti di sana baru saja menyembul dan memperhatikan mereka. “Memang selalu ada. Tapi aku takut, di dalam aku sendirian. Pengamanan cuma di sana, kalo di dalam, aku bisa apa?” Amira mendesak dan semakin menggoda dengan kedipan di mata beningnya. Sepasang mata bola di wajah cantik Melayu itu adalah mag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status