Share

Bab 5

Author: kamiya san
last update Last Updated: 2024-12-05 11:04:10

Shanumi telah meluncur ke dalam kamar yang sempat diwariskan sopir, Agung padanya. Mengemasi barang yang tidak banyak untuk rapi kembali ke dalam tas. 

Perasaannya kini tidak terjabar. Antara lega dan puas, sebab dengan gaji penuh dirinya terbebas dari tugas. Juga bersit terhina sebab Daehan sama sekali tidak menganggapnya. Bukan sebagai istri, tetapi telah menolaknya sebagai pekerja. 

Meski burik, mungkin Daehan masih bisa menerima Shanumi terus bekerja jika tidak terhasut oleh ucapan Intana. Entah sedalam apa cintanya pada si tunangan hingga setunduk itu.

Yang jelas, Intana adalah wanita bermulut madu yang beracun. Berlidah belut yang licin di mata Shanumi. Terbukti bagaimana Intana meyakinkan pada petugas jika kerusakan mobil mewahnya bernilai puluhan juta untuk biaya servis. 

Padahal tidak seberapa. Hanya beberapa goresan yang sama sekali tidak menyebabkan bekas cacat. Garit gores itu bisa dipoles cepat dengan dibawa ke bengkel servis mobil profesional. Namun, tetap Shanumi juga yang harus mengganti rugi lima puluh juta rupiah. Bukan kepada tukang servis, tetapi langsung pada Intana. 

Luka di jari-jari kaki Shanumi yang mengalir darah, serta beberapa bagian wajah yang memar merah saat itu, juga motor sahabatnya yang justru rusak, sama sekali tidak membuat hati Intana iba. Searogan itulah wanita cantik yang ternyata adalah tunangan Daehan. Geram sekali rasanya.

“Baguslah, aku bisa segera merawat diri tanpa perlu tertekan pada jumlah ganti rugi. Aku bisa meminta uang banyak-banyak pada Daehan sebagai kompensasi.” Shanumi berbicara sendiri sambil melipat mukena dan menyimpan ke dalam tas.

Yakin jika Daehan tidak akan lagi memanggil untuk urusan apa pun. Dirinya memilih tidak menutupi rambut dan kepala. Lelaki itu sudah pergi mengantar tunangannya ke bandara guna terbang ke luar negara. 

“Aku nggak perlu nyapu dan ngepel. Tadi udah. Sekarang aku akan pergi dari sini dan langsung ke klinik saja. Tubuhku demam. Ini pasti sebab memar di wajahku yang mulai meradang.”

Shanumi merasa jika wajahnya mulai kaku, semakin bengkak dan ngilu. Sadar jika upaya perawatan khusus tidak bisa ditunda lagi. Bersyukur juga dirinya dipecat dan diusir. 

Ah, memang selalu ada jalan terbaik dan paling tepat dariNya!

“Yen, jemput aku di lobi apartemen Sunset Cluster. Sekarang …,” ucap Shanumi sambil berjalan cepat. 

Tidak membawa apa-apa. Kecuali tas selempang kesukaan yang tadi diselip di tas besar. Semua baju dia biarkan di kamar dalam apartemen sang juragan. 

Toh baju-baju itu pinjaman dari Bi Rum dan sebagaian miliknya yang modelan lama. Dia kutip demi niat berpenampilan tidak menarik saat bekerja sebagai art pada Daehan. Kini dirinya tidak perlu lagi sebab semua berjalan berantakan.

“Shan, kamu megang kunci?” tanya Yena sambil berkerut dahi memandang tangan Shanumi. 

“Iyah, gak diminta. Ngapain dibalikin, kan?” sahut Shanumi tanpa senyum. Wajahnya sakit. 

Karibnya sudah tiba di lobi sangat cepat. Bahkan belum sempat ditunggu. Membuatnya lupa menitip kunci pada petugas jaga apartemen di lobi. 

“Bosmu gak marah?” tanya Yena tidak puas. 

“Kuharap tidak, Yen. Tapi masa bodo. Kita langsung ke klinik terbaik paling dekat sini yuk, Yen. Mukaku sakit.” Mulut Shanumi bahkan mulai kesakitan saat berbicara. 

“Iya, Shan. Tadi aku dah bilangin sopir. Ah, sesakit itu…? Maaf, Shan. Gara-gara aku….”

Yena tidak selesai bicara. Shanumi sudah menutup mulutnya dengan jari. Mata Yena berair merasa iba dan sangat bersalah. Menyesal yang sangat. Jika tidak sebab motor yang dititipkannya, kecelakaan tidak terjadi pada kawan karibnya. 

“Maaf, ya, Shan. Aku niat sumbangin meski nggak banyak, tapi kamunya nggak mau.” Yena tidak tahan tutup mulut. 

“Motormu jadi sampah, itu udah cukup buat rugimu.” Shanumi bicara susah payah. Mengode Yena untuk tidak bicara lagi. Makin ke sini mulut dan wajahnya kian kaku. Selip rasa waswas dan resah jika ada apa-apa dengan dirinya. 

Malam itu, merasa diri tidak luka serius, hanya membeli obat nyeri saja di apotik. Tanda tangan ganti rugi puluhan juta pada Intana membuat abai pada diri sendiri. 

Terlebih mendapat kabar jika kebetulan atasan Bi Rum mencari pengganti hari itu juga. Gaji lima belas juta sebulan hanya dengan menjadi art, membuatnya kalap dan lupa daratan. Tidak menyangka wajahnya membengkak kemudian. Hingga disangka suntik demi cantik oleh Daehan. Namun, Shanumi mengiyakan tuduhan itu tanpa bantahan.

Kini semua tidak berjalan. Rencana kerja pada Daehan kurang lebih selama tiga bulan selama Bi Rum bercuti sakit, ternyata berantakan. 

“Shan, kafe kamu seharian ini banjir pengunjung. Semoga esok-esok kian rame. Kurasa nggak perlu ngoyo cari tambahan di tempat lain. Aku kan bilang, aku nggak usah digaji hingga lunas ganti rugi …,” ucap Yena yang tidak tahan lagi terus diam. 

Sambil menatap wajah Shanumi yang bengkak dan menggelap. Gadis itu hanya mengangguk dan memejamkan mata rapat. Air mata Yena kembali meleleh. Ingat secantik apa Shanumi tanpa bengkak memar di wajah mulus alaminya.

Yena dan Shanumi bersahabat sejak lama dan sama-sama berasal dari kota dingin Malang. Mengambil kuliah yang sama juga di Universitas Negeri Malang. Berasal dari keluarga bukan miskin tetapi juga bukan kaya. Mereka memiliki kemauan dan kecerdasan hingga sebagian biaya pendidikan terbantu oleh beasiswa berprestasi. 

Namun, beda lagi masa depan. Yena sudah menikah dengan pacarnya dua tahun belakangan. Suami yang masih sebagai dosen magang, membuat ekonomi rumah tangganya belum stabil dan aman. 

Shanumi dengan bekal pecah asuransi almarhum sang ayah, menyusul Yena ke Kota Surabaya dan menyewa satu ruko. Mendirikan kafe dengan bekal ketrampilan memasak dari Ibu yang memiliki usaha kateringan. Pucuk dicinta ulam tiba, Yena pun bekerja gembira di kafe bersamanya satu tahun belakangan.

Sepuluh hari kemudian. 

Seorang gadis cantik mengenakan celemek di dapur sebuah kafe terlihat gusar. Acapkali menatap layar ponsel di tangannya.

“Yen, iku akan mengikuti kompetisi masak ini. Jagain kafe dulu, ya. Lusa lombanya ... tapi besok aku pergi daftar.” Gadis bercelemek yang tak lain adalah Shanumi mengulur ponsel pada Yena, sang karib.

“Asal dirimu gembira aja. Suka-sukamulah, Shan. Semoga menang,” ucap Yena mengembalikan ponsel yang baru disimaknya pada Shanumi.

Perempuan yang akan pergi ke depan, sebab pengunjung amat padat, tiba-tiba berbalik dengan mata melebar.

“Shan, bukankah Sir Daehan adalah owner Resto dan Hotel bintang lima di jalan Pahlawan?” tanya Yena. Menatap Shanumi dengan serius.

“Aku tak paham tentang itu. Tapi yang bikin kompetisi memang atas nama itu,” jelas Shanumi acuh tak acuh. Menutup rasa kejut dan degup kencang di dadanya. Benarkah yang di bilang Yena? Setajir itukah Daehan?

“Doain aku dapet hoki, Yen. Kalo menang, hadiahnya kelewat lumayan. Tiga kosong jeti …,” ujar Shanumi dengan raut mengharap. Tapi sadar juga dengan para saingan yang pasti bukanlah kaleng-kalenģ. 

“Iya, dong, Shan! Biar cepetan lunas tanggungan kita. Terus ... emmh, Sir Daehan itu tampan bukan main, Shan!" Yena tersenyum lebar, lalu menengadah tangan sejenak dan meraupkan tangan ke wajah. Shanumi pun meniru mendoa dengan cara sama persis. Namun, hanya demi mendapat hoki kemenangan.

Ingat jika Intana akan kembali ke Indonesia tidak lama lagi. Pasti dirinya akan gencar dikejar agar segera melunasi ganti rugi!

🍓

Koment dan Sub agar penulis semangat, yaa. Terima kasih

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Aminah
Sukaa dengan ceritanya ...
goodnovel comment avatar
AFHUNK
cerita nya bagus
goodnovel comment avatar
Gladyss Patricia S. Nau
suka alurnya ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 479

    Sore itu di villa dataran atas. Seorang pria berkharisma, lelaki gagah yang tampan, dan seorang wanita dengan baju pengantin, tampak berbincang di halaman villa. “Juanda, titip putriku, dia sangat bandel. Jika membuat kesalahan, tolong… sadarkan dia dengan apapun caramu,” ucap bapaknya Intana dengan berdiri di samping mobilnya. Tampak akan masuk kendaraan yang pintunya telah terbuka lebar-lebar. Juan hanya membungkam. Bapaknya Intana bukan tidak tahu yang terjadi, tetapi anak perempuannya sendiri justru jujur bercerita segalanya. Bukan marah, sedih, atau tidak terima atas praduga tidak bersalah orang kampung pada putrinya, bapaknya justru sangat mendukung dengan menikahkan mereka secara sah. Ini membuat Juan sangat kesal tetapi juga jadi serba salah. Bapaknya Intana berwibawa! “Aku percaya jika Juan adalah lelaki baik yang dikirim Tuhan untuk membimbing Intana, putriku semata wayang dan sudah aku pasrahkan ke kamu. Tolong diarahkan sungguh-sungguh jika Intana berbuat suatu ha

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 478

    Yunita bahkan sudah seperti mengemis. Tetapi Anthony kukuh tidak ingin menyentuh dengan dalih khawatir Yunita akan jadi lelah. Bahkan malam itu justru memesan makan dan kemudian tidur nyenyak setelah sangat kenyang. Kesal sekali rasanya. Semua itu dia tahan hingga hari ini, tiga hari kemudian. “Apa kita langsung pulang?” tanya Yunita. Mereka dalam perjalanan menuju arah ke Kabupaten Blitar. “Apa ingin menginap?” tanya Anthony lirih dan pelan. “Iya, Pak Azlan, aku ingin menginap barang semalam. Rindu berkumpul dengan keluargaku. Lagipula ini hari bahagia Mas Juan.” Yunita bukan tidak ingat jika pernikahan Juan adalah keterpaksaan dan dia juga sebagai korban. “Baiklah, kita menginap. Kupikir, sebetulnya Intana itu merasa lega dan gembira, akhirnya dia menikah juga. Dia hanya pura-pura keberatan, aku tahu sebetulnya dia itu sedang kebelet menikah. Apalagi yang menikahinya adalah Juan. Lihatlah, kakakmu nanti pasti ditahnnya.” Anthony tersenyum lebar saat bicara hal ini.

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 477

    Yunita terbangun dengan sangat terkejut. Seseorang berbadan besar sedang duduk di ranjang dan memandangnya. Keadaan kamar yang remang membuat penglihatannya sempat buram. Perlu beberapa detik lebih lama untuk mendapat penglihatan jelasnya kembali. “Oh, kamu sudah kembali?!” Yunita merasa begitu lega. Akan bangun tetapi ditahan oleh tangan besar itu. “Kamu menungguku, maafkan aku," ucap lelaki yang sudah dikenal jelas oleh Yunita, bahkan sedang sangat ditunggu. “Kenapa pulang sangat lambat?” tanya Yunita sedikit bergeser. Lelaki yang adalah Anthony bergerak untuk merebah di sampingnya. “Maaf, aku ada banyak urusan malam ini, Yunita.” Anthony telah memeluk istrinya. “Tidak mungkin hanya urusan kerja. Pak Azlan, kamu tidak bodoh dan sudah sukses. Urusan kerja pasti sudah terjadwal dengan sangat baik, Rendra pun pasti bekerja profesional. Tidak akan memberikanmu jadwal hingga dini hari untukmu.” Yunita berbicara dengan nada yang kesal. Ini hampir pukul dua dini hari. “Sud

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 476

    Daehan membawa lelaki panik yang sambil membopong istri hamilnya itu ke klinik kandungan yang kebetulan letaknya tidak jauh dari rumah makan. Hanya berjarak dua puluh langkah saja dari pagar rumah makan. Klinik dengan fasilitas lengkap serta dokter berpengalaman tersebut buka dua puluh empat jam dan tanpa hari libur. Penjelasan dokter membuat Anthony terpekur. Fakta jika istrinya kelelahan, membuatnya merasa sangat bersalah. Dokter menyarankan agar dirinya lebih menahan diri dan lebih perhatian. Tentu saja, wanita hamil mana yang tahan untuk berdiri kuat setelah perjalanan jauh lima jam, melayani hasrat suami di ranjang, hadir dalam acara sebagai bintang tamu, dan mendapat tekanan mental tiba-tiba dari lelaki yang ingin dihindari. Mungkin ada wanita hamil yang begitu kuat menghadapi tekanan, tetapi tidak dengan Yunita. “Maafkan aku, Yunita. Setelah pulang, kamu harus istirahat yang cukup. Seperti inginku semula, aku tidak akan mengusikmu, tidak akan menyentuhmu sebelum anak i

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 475

    Meja itu membulat dan panjang, yang berbentuk oval. Masih ada beberapa kursi kosong yang kebetulan letaknya berdekatan. Anthony mengambil salah dua untuk duduk dirinya dan Yunita. Kemudian berbasa basi sejenak sebelum mengenalkan sang istri pada mereka. “Kau bawa istrimu yang sedang hamil saat petang menjelang malam, apa tidak kasihan?” Komentar seseorang setelah Anthony mengenalkan Yunita pada rekan-rekannya di meja. Dia adalah pria tampan berbadan besar, Daehan. “Istriku terlalu jenuh berada di rumah seharian. Jadi apa salahnya kubawa, biar tahu juga jika aku keluar rumah bukan apa-apa, melainkan untuk bertemu kalian belaka. Lagipula untuk membungkam mulut kalian selama ini. Terbukti jika aku masih mampu menghamili. Bukalah mata kalian!” Anthony menyahut tegas dengan serius. Sebelah tangannya terulur menggenggam tangan Yunita yang dingin. “Sudah jangan banyak pamer. Cepatlah buka piringmu dan isikan yang banyak untuk istrimu. Jangan sampai tiba-tiba masuk angin, bisa sangat

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 474

    Memang, penampilan istrinya sangat cantik, modis, dan anggun. Tersenyum menawan dengan matanya yang bening. Wajahnya putih kemerahan dengan giginya yang juga putih dan bersih. Namun .... Kali ini ekspresi Yunita tidak biasa. Beberapa kali terciduk merenung dan terlihat gugup saat diajak bicara. Anthony merasa sikap istrinya terasa lain dari biasanya. “Apa yang membuatmu murung, Yunita?” tanya Anthony pada Yunita yang sedang dia gandeng berjalan. “Kenapa, apa aku tampak murung, Pak Azlan?” Yunita menoleh Anthony sebentar sebelum berjalan lagi dengan muka gelisah yang berjalan melihat lantai. “Jelas terlihat olehku, Yunita.” Tegas Anthony. Menghentak pelan telapak tangan Yunita yang sedang dalam genggamannya. Mereka berhenti di sebuah pintu yang terbuka lebar dan terang benderang di dalam. Telah banyak orang tengah duduk manis dan tertib di kursi masing-masing. Mereka langsung berdiri menyambut begitu Anthony bersama Yunita masuk ke dalam hall. Tidak berbelit acara p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status