Share

Ban 149

Penulis: kamiya san
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-30 23:47:56

Sebab ucapan Firash, Papa Handy seperti sedang kebakaran jenggot. Sangat tidak terima dan menganggap tuduhan itu hanyalah alibi Firash yang mengada-ngada.

“Jangan ucap fitnah secara ceroboh demi menutup aibmu sendiri, Firash.” Papa Handy bicara dengan nafas yang seolah hanya sampai di tekak. Terlalu marah hingga susah berkata-kata. Napasnya pun memburu tiba-tiba.

“Siapa yang berkata fitnah, Om? Ha ha ha, aib anak orang di seberang benua sebesar gajah. Aib anak sendiri di lubang hidung tak terendus. Pandai sangat ya Osara kau?!” ucap Firash tampak puas dengan senyum lebarnya pada Osara.

Lelah menatap marah pada Firash, kini tatapan Papa Handy bergeser pada Osara. Anak angkat yang sedang diperjuangkannya itu justru menunduk dengan tangisan. Seketika tatapan Papa Handy berubah nyalang sebab perasaannya tiba-tiba tidak enak.

Bukan marah, menyangkal atau mengumpat tidak terima, tetapi Osara justru menangis. Ah, respon macam apa itu?! Papa Handy merasa harus terbiasa menghadapi Osara.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lidia Muk
lanjutkan dong ceritanya
goodnovel comment avatar
mommy can
kak.sekalian 2 ato 3 bab gtu kak updatenya 🥲 dikit kan makin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Perawan Disangka Janda   Ban 245

    Ruang yang tadinya terasa lapang, kini berubah penuh orang. “Tolong segera di mulai saja, Pa!” Erick berbisik tegas pada ayahnya. Disambut helaan napas dan anggukan. Erick sempat melirik Osara, merasa lega yang dia tidak ingkar janji, tangisnya benar-benar dihempas pergi. Meski mendengar bahwa riasan di wajah adalah karya sendiri, tetapi hasilnya penuh binar dengan aura wajah berseri. Merasa bersyukur dan lega, menyadari jika pengantin wanitanya itu cukup punya skil serta pintar menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi. Logikanya, lelaki mana yang tidak pongah jika pengantin perempuan tampak cantik dan cerah. Meski itu hanya sebatas kasat mata, sedang dalamnya hati… tidak seorang pun mendengarnya merintih. Sangat menakjubkan, acara sakral tersebut di mulai dengan cepat seperti yang diinginkan Osara. Sat set yang balance antara ijab, kabul dan pengesahannya pun berjalan serentak yang kompak tanpa ada kesalahan. Sah Sah Sah Sah Sah Ah, akhirnya terjadi sudah! Puaslah

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 244

    “Tidak kusangka, Kamu menusuk dari belakang, Pak Erick! Tega kamu pada sahabat sekaligus adik sepupumu sendiri! Meski sudah tiada, tetapi kamu telah mengkhianatinya!” Osara menatap tajam sambil menyembur Erick bersama umpatan sangat pedas. Erick memicing mata dengan napas memburu. Dituduh terlalu seperti itu rasanya sungguh tidak terima. Tetapi apa daya, duka wanita galak itu selalu sanggup meluluhkannya. “Dengar baik-baik, Osara. Aku tidak berkhianat apalagi menusuknya. Tuduhanmu padaku seperti itu sangat keji. Percayalah, ini aku lakukan juga demi ketenangannya. Aku benar-benar merasa kehilangan. Dia sudah seperti adikku, musibah ini aku juga sangat terluka. Untuk apa aku pun berdoa untuknya pagi, siang dan malam jika untuk berkhianat? Tenangkan pikiranmu, Osara.” “Kamu pikir juga apakah aku mangambil untung? Untung apa? Katakan padaku … untung apa saja yang akan kudapat dengan menikahimu? Padahal diluar sana begitu banyak wanita. Bahkan jika mau, memilih gadis pun bukan hal su

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 243

    Tanpa pikir panjang, Erick berjalan cepat mengejar Osara sebelum turun tangga. Keterkejutan janda muda itu dimanfaatkan Erick untuk mengambil alih Irgi dengan mudah dari gendongan ibunya. “Lebih baik susukan Irgi di dalam kamarku, Osa. Tangisannya akan mengundang perhatian, sudah tidak ada lagi kamar tamu yang kosong di depan.” Erick bicara tegas sambil melangkah membawa Irgi yang seketika berhenti menangis. Balita gendut itu didekapnya agar tidak terpikir jadi galak. Sebenarnya menjadi galak tidak masalah, asalkan tidak menangis. Osara terkejut dengan tindakan Erick yang sesukanya. Tetapi juga takjub akan Irgi yang jadi diam tanpa menangis atau memberi penolakan. Biasanya digendong orang akan menolak dan menangis jika tidak suka. Demi hal itu, Osara bergegas mengikuti Erick ke dalam kamar dengan sangat terpaksa. Meski canggung, toh Erick adalah lelaki baik yang bisa dipercaya. Lagipula, bukan sekali ini terpaksa sekamar dengan lelaki asing. Sebelumnya pernah sama kamar dengan D

  • Istri Perawan Disangka Janda   Ban 242

    “Jangan paksa!” hardik Osara saat Erick menarik pelan tangannya untuk masuk ke dalam kamar. Tidak disangka, Irgi pun memukuli tangan Erick. Melihat mamanya menangis kemungkinan bocah itu juga panik. Sangat lucu tetapi juga membabi buta. “Aku tidak memaksa, hanya kasian pada Irgi.” Erick segera menjauh sebab perlakuan ibu dan anak yang sama-sama jadi galak. “Aku sebentar di sini. Aku hanya ingin agar kamu meralat ucapanmu. Kita tidak sedang berencana menikah.” Osara bicara agak sengal. Antara tangis, lelah dan kesal sedang berpadu di raga yang membuat napasnya terengah. “Ini aku lakukan agar kamu tidak merasa sulit di posisi kamu sebagai janda cerai mati. Agar kamu lebih mudah dan tidak bersedih. Tetapi kamu justru menangis. Jangan membuatku merasa bersalah dan menyesali. Please, hentikan tangismu, Osara.” Erick bicara lembut dan sudah keluar kamar tidak lagi di pintu. “Kan aku hanya minta tolong untuk dipinang saja, bukan dinikahi. Itu jauh sekali konteksnya, paham gak sih?” t

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 241

    Emak pembawa sapu merasakan langkah kaki mendekat. Berbalik dan mendapati seorang wanita muda berparas cantik tetapi sedikit kurus dengan menggendong balita laki-laki berbadan gendut. Namun, meski baginya golongan kurus, wanita cantik itu sudah semampai dan luwes. “Maaf, Mak Cik. Boleh tumpang tanya ke?” tanya Osara dengan logat sedikit kaku. Meski kedua orang tua adalah warga Indonesia, dia terlahir di bumi Malaysia. Namun, dalam keseharian, dia juga jarang menggunakan bahasa Melayu. “Boleeeh, nak tanya apa, Kak?” Jawaban wanita itu ternyata lebih kaku logat serta pengucapannya dari Osara. Seketika perempuan penggendong bocah gendut pun memahami. “Maaf. Mak Cik orang Indonesia kah?” Osara menebaknya. Biasanya cara bicara seperti itu adalah para pendatang yang sedang belajar dan berusaha berbicara dalam Melayu. “Betul sangat, Kak. Emak nih datang dari Indon dibawa oleh Nyonyah. Sejak datang negara ini, langsung masuk sini dan tak lagi pergi mana-mana hingga kini.” Semangat

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 240

    Tengku merasa isi kepalanya seperti koma setelah mendengar langsung pengakuan Erick yang akan menikah dengan Osara. Terlebih perempuan yang ditanya benar tidaknya akan hal itu tanpa menjawab dan hanya diam mengalihkan pandangan matanya. Sikap Osara sudah memberi tahu segalanya. Bahwa kabar yang didengar dari sumbernya langsung itu memanglah benar-benar fakta. Apalagi yang bicara adalah Erick, seorang berpendidikan dan bagus dalam pekerjaannya. Tidak mungkin bicara mengada-ngada dan mengarang cerita. Meski kecewa luar biasa, merasa tidak dianggap dan tidak dihargai, sebab selama ini Osara diam saja. Membalas pesan satu kali pun tidak. Namun, jiwa Ksatria Tengku yang seorang pria berdarah aceh terus menyala. Menyadari bahwa diri dan Osara kemungkinan memanglah bukan jodoh. Mau apa lagi... “Jika seperti itu, aku minta maaf. Sudah sempat mengganggu calon istrimu. Tapi aku tidak sengaja sebab aku memang betul-betul tidak tahu jika kalian ada sesuatu. Juga, seperti tidak bisa kuperca

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 239

    Setelah bersalaman serta sedikit basa basi dengan Papa Handy dan keluarga, Erick kembali menghilang. Keergiannya justru membuat perasaan Osara jadi senang. Padahal dirinya sudah berusaha tidak peduli. Tetapi masih saja merasa kikuk setiap bertatapan mata tak sengaja dengan lelaki itu. Meski sebenarnya sikap Erick masih biasa seperti pertemuan sebelumnya. Orang tua Erick menghampiri meja mereka untuk berbasa basi dengan Papa Handy kembali. Berakhir dengan permintaan mereka agar pulang sedikit lambat malam ini. Setidaknya hingga selesai berjamaah shalat isya bersama di mushola belakang rumah. Sepasang suami istri pemilik acara berbahagia itu meminta pada keluarga Handy untuk ikut menunggu hingga acara berakhir dan para tamu sudah undur diri. Dari ekspresi dan gelagatnya, seperti ada sesuatu penting yang ingin dibicarakan oleh mereka pada keluarga Papa Handy. Mama Azizah yang lelah dan tidak sanggup berada dalam keramaian terlalu lama, dibawa ke sebuah kamar tamu oleh mamanya Er

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 238

    “Mir, besok sore, aku pergi menghadiri undangan di acara ultah kawin saudaranya Papa Handy. Jangan ngarep aku datang ke rumah kamu. Lusa saja, ya,” Osara yang baru turun dari treadmill, mesin untuk olahraga jalan kaki, mendekati Amira sambil menarik kursi khusus bocil tempat Irgi ditahannya. “Gak lupa, kamu sudah bilang, Osa. Dah beli gamis baru belum? Biar lebih cetar….” Amira memberikan usulan. Menatap Osara dari ujung kepala ke ujung kaki. Merasa puas, sahabat sudah banyak mendapat perubahan bentuk bodi. Amir juga turun dari treadmil dan duduk dekat Osara yang sambil melurus kakinya. Sesekali juga di goyang-goyangkan melurus. “Temani, yuk, Mir!” sambut Osara bersetuju akan usul Amira. Berpikir perlu juga memakai gamis model terbaru dan bukan itu-itu saja di depan umum. Gamis di almarinya adalah koleksi stok lama sebelum menikah beberapa tahun lalu. Hati yang membeku, membeli baju model baru pun tidak napsu. Osara teringat gamis-gamis bagus dan mahalnya di rumah Surabaya

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 237

    Lelaki berdarah India dan Melayu, putra dari seorang pengusaha tekstil khusus sutra yang tampan itu menghela napas berat setelah Osara menyampaikan penolakan. Meski disampaikan dengan halus dan sopan agar tidak menyakiti, tetap saja seperti terhina dan dipandang sebelah mata. Merasa kedatangannya sudah begitu Ksatria dan terus terang dalam menyampaikan pinangan yang bertanggung jawab. Namun, gagal juga memberikan kesan terbaik agar wanita yang diidamkan menerima. Sebutan janda dingin itu masih bertahan untuk melekat pada Osara. “Kami minta maaf, salam untuk orang tua. Jangan pernah putus tali silaturrahim keluarga kita, ya.” Mama Azizah meluncurkan kalimat sakti untuk lelaki yang berpamit pulang dengan hampa. Kalimat sama andalannya pada setiap lelaki yang datang dan berpamit pulang setelah mendapat penolakan. Lelaki berperawalan gagah dan berwajah tampan itu telah pergi, meninggalkan suara samar deru mobil yang melaju. “Seperti itulah, Erick. Tante pening. Padahal kami su

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status