MasukPukul lima pagi pintu utama paviliun sudah terketuk dengan sangat kencang hingga membuat Aghnia segera keluar dari kamarnya untuk segera membuka pintu.
“Mbak Aghnia maaf karena sudah mengganggu tapi saya terpaksa membawa Mas Aryan pulang karena tidak ingin jika kakek Haris tahu kalau Mas Aryan tidak ada di rumah semalam.” Sungguh Doni tidak ingin melakukan hal ini jika saja Aryan belum menikah karena akan lebih baik jika membawa pria yang saat ini dalam kondisi mabuk itu ke apartemen dan berbohong tentang keadaan pria itu. Rasanya Doni saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri jika saja bertemu atau ketahuan kakek Haris. Beruntung lokasi paviliun Aryan sangat jauh dari rumah utama dan juga paviliun orang tua Aryan. “Baiklah, ayo bawa Aryan masuk ke dalam,” ajak Aghnia. Wanita itu mungkin masih kesal dengan sikap Aryan yang sebelumnya pergi begitu saja tanpa sebuah kejelasan yang pasti. Namun perlahan Aghnia mulai memahami kalau pria itu memang terjebak dengan pernikahan ini. Setelah menutup pintu, Aghnia membantu Doni untuk membopong tubuh pria itu ke kamar dan membaringkannya ke tempat tidur. Setelahnya Aghnia menggantikan pakaian Aryan serta mengelap tubuh pria itu yang sempat terkena muntah dibantu oleh Doni tentunya. “Mbak Aghnia, saya mau pa–” “Kita minum teh atau kopi dulu yuk?” ajak Aghnia sambil tersenyum. Wanita itu terlihat sangat santai serta tidak mempermasalahkan apa yang baru saja terjadi. Aghnia seperti tidak ingin ambil pusing tentang pernikahannya yang mungkin sudah hancur berantakkan. Seperti niatnya di awal kalau tujuan utama menikah untuk tahu tentang identitas papa kandungnya. Setelah itu akan Aghnia pikirkan nanti bisa saja bertahan dengan pernikahan ini atau bercerai nantinya tidak ada yang tahu. “Iya, Mbak,” jawab Doni sambil menundukkan kepala. Doni bukan anak kecil yang sama sekali tidak mengerti dengan ajakan minum teh atau kopi dari Aghnia tapi yang jelas apa pun itu, Doni siap memberikan jawaban jujur karena menurutnya Aghnia berhak tahu. “Kamu mau aku buatkan apa? Teh atau kopi, Don?” “S–saya mau teh saja Mbak soalnya belum sarapan,” jawab Doni yang merasa gugup hingga membuat Aghnia tersenyum melihat ekspresi tersebut. “Kalau begitu, aku akan membuatkan sarapan untuk kita juga,” tawar Aghnia. “Tidak usah repot-repot, Mbak.” Doni akhirnya mengangkat kepala sambil menatap Aghnia dari kitchen island. Hal itu berhasil membuat Aghnia terkekeh hingga membuat pria itu mengerutkan dahinya. “Maafkan aku karena sudah membuatmu bingung tapi apakah saat kau bekerja dengan Aryan sikapmu selalu gugup seperti ini?” “Tidak Mbak tapi saya merasa su—“ “Kalau begitu, mulai hari ini kita harus berteman agar kau tidak lagi merasa sungkan apalagi merasa canggung denganku,” potong Aghnia sambil menyodorkan tangannya. Doni sedang mempertimbangkan segala kemungkinan yang mungkin saja malah akan mempersulit dirinya jika menjabat tangan Aghnia tapi jika saja pria itu menolak hal yang lebih buruk bisa saja terjadi. “Percayalah, aku hanya ingin berteman denganmu bukan menginginkanmu untuk menjadi mata-mataku dan mengawasi Aryan,” tambah Aghnia sambil menunjukkan senyumnya lagi. Pria itu seakan tersihir dengan ucapan manis yang keluar dari bibir Aghnia sehingga Doni menjabat tangan tersebut. “Kalau begitu aku akan membuatkan kopi serta roti bakar untuk kita jadi tunggu sebentar,” kata Aghnia. “Terima kasih Mbak Aghnia tapi apakah Mbak tidak penasaran dengan apa saja yang dilakukan oleh Mas Aryan tadi malam sampai pulang dalam keadaan mabuk?” Aghnia bergeming dengan roti serta susu yang baru saja diambilnya dari kulkas. Mana mungkin wanita itu tidak penasaran? Jawabannya tentu saja sangat penasaran apalagi setelah melihat beberapa tanda merah berbentuk bibir di leher serta pakaian Aryan tadi. Tapi Aghnia sendiri merasa malu hanya untuk menanyakan hal tersebut karena kehadirannya di rumah ini saja belum tentu dianggap sebagai istri oleh pria itu, ‘kan? “Sebenarnya semalam Mas Aryan pergi ke klub untuk minum bersama beberapa wanita yang biasa menemaninya tapi kali ini aku sangat yakin kalau Mas Aryan tidak sampai tidur dengan mereka.” Doni menutup mulutnya karena tanpa sadar menceritakan perilaku buruk Aryan kepada wanita yang saat ini sudah sah menjadi istri dari sang bos apalagi saat saat ini Aghnia sudah memutar tubuhnya dengan dahi yang berkerut. “Maksud kamu tidur bersama?” selidik Aghnia. Hati wanita itu kini semakin hancur menjadi beberapa bagian setelah mengetahui fakta lain dari mulut asisten pribadinya. Satu per satu hal buruk tentang Aryan mulai terungkap. “Tapi Mbak jangan salah paham dulu ya soalnya Mas Aryan karena sebenarnya Mas Aryan itu baik hanya saja sikapnya jadi seperti ini karena cinta pertamanya yang tega meninggalkan Mas Aryan.” Doni segera menjelaskan alasan Aryan melakukan hal terkutuk itu dengan alasan agar Aghnia tidak menceraikan bosnya dengan sangat cepat. Sementara Aghnia masih mencerna semua penjelasan Doni yang menurutnya sudah dapat dipastikan tindakan Aryan itu salah dan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. Doni bangkit dari kursi lalu berjalan mendekat ke arah Aghnia yang masih bergeming serta terkejut dengan semua hal yang tanpa sengaja keluar dari mulutnya. “Tapi aku yakin kok suatu saat Mas Aryan bakalan berubah dan benar-benar mencintai Mbak Aghnia, apalagi Mbak Aghnia sangat baik serta sangat tulus mencintai Mas Aryan jadi saya mohon bersabar sebentar ya, Mbak.” Doni memohon dengan harap kalau wanita yang ada di hadapannya ini mau mempertahankan pernikahan mereka yang baru resmi berjalan kurang dari 24 jam tersebut. Bukan hanya tidak ingin keduanya bercerai tapi Doni berharap kalau Aghnia mampu menyembuhkan luka di hati Aryan serta melupakan masa lalunya. *** Pukul tujuh pagi untuk pertama kalinya Aghnia sarapan bersama dengan seluruh keluarga Athaya di rumah utama tapi itu tanpa Aryan karena pria itu masih terbaring di atas tempat tidurnya. “Oh ya, Aghnia di mana Aryan? Apakah dia sudah bangun?” tanya Ayu ketika mendapati putranya tidak ada di meja makan. “Aryan sedang....” “Selamat pagi semua, selamat pagi, Sayang,” sapa Aryan yang sudah tiba-tiba saja bergabung dengan mereka yang ada di ruang makan. Tidak lupa pria itu mendaratkan sebuah kecupan hangat di kening Aghnia. “Tunggu, apakah Aryan masih bermimpi atau masih dalam pengaruh alkohol sampai mengecup keningku? Atau mungkin saja aku sedang bermimpi?” Agnia menatap wajah Aryan yang duduk di sebelahnya dengan dahinya berkerut. Tapi yang dilakukan pria itu setelahnya meraih tangan Aghnia lalu mengecup punggung tangannya sambil tersenyum. Rasanya Aghnia sedang dipermainkan oleh pria itu atau memang Aryan sedang amnesia. “Kenapa kamu tidak membangunkanku untuk sarapan, Sayang?” tanyanya dengan nada bicara yang terdengar lembut jauh berbeda dengan nada bicaranya semalam. “Mungkin Aghnia tidak tega membangunkanmu yang kelelahan apalagi semalam kali—“ Haikal menghentikan ucapannya setelah istrinya menyenggol lengannya. Ayu pikir kedua akan merasa malu jika sampai hal yang seharusnya dilakukan saat malam pertama oleh pengantin baru dan acara sarapan mereka akan terasa canggung nantinya. “Sudah lebih baik kita segera sarapan saja sekarang karena aku sudah sangat lapar,” ajak Haris untuk mengalihkan perhatian mereka. Mereka menuruti perkataan Haris dengan mulai sarapan bersama yang sudah disediakan oleh para pelayan pagi ini. Sementara Aghnia masih sibuk dengan sebuah tanda tanya besar di hati serta pikirannya hingga sesekali melirik ke arah Aryan yang tampak santai. *** Satu jam kemudian. “Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi kenapa dalam sekejap sikapmu kembali berubah? Apa yang sudah merasukimu?” tanya Aghnia ketika mereka sudah kembali ke paviliun. Aryan memutar bola mata ke sekeliling mereka yang masih terlihat beberapa pelayan yang sedang bekerja di area paviliun. Pria itu mendekatkan diri ke arah Aghnia tepat di telinganya. “Apakah kamu mau pelayan mendengar semua ucapan kita lalu melaporkannya ke kakek?” tanya Aryan sambil berbisik. “Lalu, apa yang terjadi jika mereka melaporkannya kepada kakek? Apa kau takut kakek tahu kalau semalam ini kau ha—“ Belum sempat Aghnia menyelesaikan ucapannya pria itu sudah lebih dulu mengangkat tubuhnya layaknya seperti karung beras hingga wanita itu merasa ketakutan dan berteriak. Namun bagi beberapa pelayan yang melihat, mereka berpikir hal tersebut wajar terjadi apalagi mereka adalah sepasang suami istri yang baru saja menikah kemarin. “Aryan, cepat turunkan aku!” teriak Aghia yang berhasil membuat pria itu menurunkan tubuhnya tepat di atas tempat tidur. Aryan berbalik untuk segera menutup pintu dan agar para pelayan tidak seenaknya masuk apalagi sampai mendengar obrolan mereka nantinya. “Jadi, kau ingin aku bersikap seperti apa di hadapanmu? Haruskah aku bersikap seperti seorang suami yang menagih malam pertamanya kepada sang istri?” tanya Aryan yang diakhiri dengan berdeham. Wajah Aghnia seketika pucat dengan memundurkan tubuhnya agar menjauh dari Aryan yang bergerak semakin maju mendekat ke arahnya. Tentu saja apalagi dengan tatapannya yang terlihat tajam seperti serigala yang ingin segera menerkam mangsanya.Tepat 25 tahun yang lalu.“Selamat atas kelahiran anak pertamamu ya, Citra,” kata Pandu memberikan selamat kepada salah satu karyawannya yang juga sahabat baiknya dikenalnya sejak SMA.“Te—terima kasih, Pak Pandu.”Citra terlihat gugup sehingga enggan melakukan kontak mata dengan pria yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya. Sebenarnya ada alasan lain kenapa wanita itu meminta sedikit waktu sang calon CEO tersebut.“Ayolah sudah berapa kali aku katakan kalau sedang berdua seperti ini jangan memanggilku dengan sebutan Pak tapi panggil namaku saja,” omel Pandu yang masih menggunakan nada lembut.“Tapi bagaimana pun kau adalah bosku dan aku harus terus menghomartimu karena aku tidak ingin besar kepala apalagi orang-orang salah paham dengan kedekatan kita,” jelas Citra yang sudah mengangkat kepalanya kembali.“Ya sudah kalau
Tapi reaksi yang diberikan Aryan adalah sebuah kekehan yang terdengar seolah sedang mengejek wanita itu. Bagi Aryan yang belum bisa move on tersebut, rasanya mustahil untuk jatuh cinta pada seseorang apalagi dalam kurun waktu satu bulan.“Kenapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu tentang perasaanku kepadamu?”Dahi Aghnia berkerut dengan tangannya yang sudah terkepal rasanya memang menyebalkan jika perasaannya lagi-lagi dipermainkan oleh pria itu. Bodoh!Aryan melangkahkan kakinya mendekat ke arah wanita itu yang saat ini sedang menahan kesal dan kapan saja bisa melayangkan tinjunya ke wajah tampan pria itu.“Aku hargai perasaanmu yang sudah jatuh cinta kepadaku tapi aku harap tiga pernyataan cintamu tidak kau ucapkan dalam waktu dekat minimal lima bulan sekali kau katakan agar pernikahan kita tidak cepat berakhir.”Aryan mengatakan hal itu sambil tersenyum serta memegang kedua tangan wanita itu. Bukankah perlakuan pria itu terasa manis hingga mampu meredakan amarah Aghnia.“Ya anggap s
Setelah dipikirkan kembali akhirnya Aghnia memilih untuk menjalani pernikahannya bersama Aryan sesuai saran yang diberikan oleh Doni pagi ini. Tentu dengan harapan kalau cintanya yang tulus dan juga penuh gairah dapat membuat pria itu berubah hingga jatuh cinta kepadanya.Walau hatinya sempat sakit ketika menerima kenyataan kalau Aryan menikahinya dengan alasan lain tapi wanita itu sudah benar-benar jatuh cinta dengan segala perlakuan manis serta rasa perhatian yang diberikan pria itu sebelum Aghnia tahu kebenarannya.“Jadi, apakah kamu sudah memikirkannya? Maksudku, apakah kamu ingin bercerai atau tetap menjalani pernikahan ini?”Suara Aryan mampu mengagetkan Aghnia yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah mengganti pakaiannya. Pria itu memang langsung masuk ke kamarnya ketika melihat Aghnia yang keluar dari mobil melalui jendela yang ada di ruang kerjanya.“Apakah kau tidak bisa menunggu sebentar? Setidaknya jangan muncul tiba-tiba seperti ini karena kau hampir membuat jantung
Aghnia baru saja menginjakkan kakinya tepat di lobi perusahaan Pandawa Group. Tempat di mana papa kandungnya bekerja sebagai pemilik serta CEO perusahaan tersebut. Sebelumnya wanita itu sudah berusaha mencari tahu tentang informasi terkait pria yang bernama Pandu Pandawa di jejaring internet. Tapi tidak banyak hal yang Aghnia dapatkan sepertinya pria itu memang sangat menjaga privasinya. Namun satu hal yang wanita itu tahu kalau Pandu Pandawa adalah orang terkaya nomor satu di negara mereka jadi wajar saja tidak banyak informasi yang diketahuinya, bahkan foto wajahnya saja dengan sengaja disembunyikan. “Permisi Mbak, apakah Pak Pandu Pandawa masih bekerja di perusahaan ini?” tanya Aghnia pada resepsionis yang ada di sana. Sungguh saat ini wanita itu hanya ingin tahu bagaimana rupa sang papa dan berharap bisa melihatnya secara langsung, ya syukur-syukur bisa sekaligus mengobrol. “Maaf untuk Pak Pandu Pandawa yang dimaksud bekerja di bagian apa ya, Bu?” Resepsionis tersebut berusa
“Berhenti di situ atau aku akan berteriak, Aryan!”Ancaman wanita itu terdengar lucu di telinga Aryan hingga pria itu sempat terkekeh sebentar. Sementara Aghnia yang belum sadar hanya bisa mengerutkan dahinya.“Apa kamu pikir dengan berteriak orang-orang akan datang lalu menyeretku keluar dari kamar ini?”Seketika Aghnia mulai paham maksud ucapan Aryan hingga merutuki dirinya yang sangat bodoh. “Astaga Aghnia, bagaimana mungkin kamu dengan berani memberikan ancaman seperti itu kepada suamimu sendiri?”“Tentu saja bisa setelah aku mengatakan kalau kamu baru saja melakukan tindak kdrt kepadaku,” jawab Aghnia asal.“Oh, ya? Kalau begitu lakukan saja sekarang atau kau ingin melakukannya setelah aku melakukan hal buruk kepadamu?”Aryan menantang wanita itu seolah tidak mau kalah hingga Aghnia merasa sangat kesal dengan sikapnya. Sungguh rasanya Aghnia sangat rindu dengan sikap Aryan yang dulu walau penuh dengan kepura-puraan.“Sudahlah, jangan bahas hal ini lagi tapi aku benar-benar ingin
Pukul lima pagi pintu utama paviliun sudah terketuk dengan sangat kencang hingga membuat Aghnia segera keluar dari kamarnya untuk segera membuka pintu.“Mbak Aghnia maaf karena sudah mengganggu tapi saya terpaksa membawa Mas Aryan pulang karena tidak ingin jika kakek Haris tahu kalau Mas Aryan tidak ada di rumah semalam.”Sungguh Doni tidak ingin melakukan hal ini jika saja Aryan belum menikah karena akan lebih baik jika membawa pria yang saat ini dalam kondisi mabuk itu ke apartemen dan berbohong tentang keadaan pria itu.Rasanya Doni saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri jika saja bertemu atau ketahuan kakek Haris. Beruntung lokasi paviliun Aryan sangat jauh dari rumah utama dan juga paviliun orang tua Aryan.“Baiklah, ayo bawa Aryan masuk ke dalam,” ajak Aghnia.Wanita itu mungkin masih kesal dengan sikap Aryan yang sebelumnya pergi begitu saja tanpa sebuah kejelasan yang pasti. Namun perlahan Aghnia mulai memahami kalau pria itu memang terjebak dengan pernikahan ini.Set







