Share

Saya Calon Partner Anda.

Adira tampak memijit pelipisnya setelah berjam-jam memandangi setumpuk berkas yang kini menyisakan sedikit. Ini adalah tugas yang setiap hari harus ia kerjakan tanpa henti. Baginya bekerja adalah hidupnya. Sehingga ia tidak pernah meninggalkan pekerjaan sedikitpun walaupun ia merasa lelah.

            Terdengar suara pintu terketuk dari dalam ruangan Adira. Pintu pun terbuka dan menampilkan seorang perempuan di balik sana. Kaki jenjang, rambut panjang yang ikal, wajah yang memiliki paras cantik serta badan yang proporsional itu masuk ke dalam ruangan pribadi milik Adira.

Bapak ada temu janji jam sepuluh pagi dengan klien dari J.Y Companny di Restaurant Roasted Beans nanti, ucap perempuan itu dengan lembut pada atasannya.

            Adira mengangguk, ia melirik jam tangan yang melingkar tepat pada tangan kanannya. Ia menghela saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia pun mendongak dan menatap sekretarisnya itu, Siapkan semua berkasnya sekarang lalu beri pada Arsen, perintah Adira pada Zayna Olivia selaku sekretaris pribadi Adira.

            Zayna mengangguk paham. Namun bukannya meninggalkan ruangan Adira, Zayna malah berjalan mendekat ke arah Adira yang tampak lesu dengan setumpuk berkas perusahaan. Zayna tersenyum manis kearah Adira, kedua tangannya ia taruh di bahu Adira seraya memijitnya dengan lembut.

Jangan gini, nanti ada yang tahu, lirih Adira terkejut karena perlakuan Zayna yang tiba-tiba.

Sebentar doang. Lagian kamu tuh kelihatan banget capeknya, tolak Zayna dan terus memijat bahu Adira hingga ia tampak lebih rileks dari sebelumnya.

            Adira yang mulai terlena dengan pijitan Zayna pun dikejutkan dengan suara ponselnya yang nyaring. Adira mengangkat ponselnya tepat dihadapan Zayna yang masih sibuk menjamah tubuhnya yang atletis.

| Ada apa?

| Jangan lupa datang ke kampus untuk memberi selamat pada Ayana

| Adira gak bisa karena ada temu janji sama klien

| Kalau kamu gak datang, Papa pastiin kamu akan lepas jabatan hari ini juga.

            Adira mengepalkan tangannya kuat setelah Jayantaka menutup teleponnya dengan sepihak. Sorot mata Adira berubah jadi tajam dalam sekejap, napasnya pun mulai memburu. Zayna yang melihat hanya mengusap lembut punggung tegap milik Adira untuk sedikit menenangkannya.

Ada apa sih sayang? tanya Zayna penasaran.

            Adira menggeleng, Cepat siapin semua berkasnya dan bilang ke klien kita jangan sampai telat, perintah Adira tegas.

            Zayna pun keluar dari ruangan Adira dan segera menyiapkan keseluruhan berkas untuk meeting dengan klien selanjutnya. Sebenarnya rasa penasaran muncul pada benak Zayna, setelah melihat Adira marah mendapatkan telepon dari orang tuanya sendiri.

-

            Adira dan Arsen berdiri dan membungkuk sopan setelah meeting dengan J.Y Companny berakhir. Perwakilan dari J.Y Companny pun beranjak pergi dari restaurant, kini ia segera mengemasi semua barangnya.

Lo boleh balik duluan, perintah Adira pada Arsen.

            Adira memang orang yang sangat profesional, tapi jika dengan Arsen yang sudah lama menjadi temannya ia tidak terlalu formal agar tidak ada jarak antara ia dan Arsen.

Lo mau kemana? Biar gue temenin, tawar Arsen.

            Adira diam, ia berpikir untuk mencari alasan yang tepat agar Arsen tidak ikut pergi dengannya. Gue harus datang ke Celebration temen gue, ujar Adira.

            Arsen mengangguk paham, Lo udah siapin bucket bunga? tanya Arsen yang merasa bahwa Adira tidak menyiapkan apapun untuk perayaan temannya itu.

            Adira menatap Arsen bingung, Harus ya? tanya Adira dengan ragu.

            Arsen mengangguk mantap, Ya harus dong, namanya Celebration. Bucket bunga itu sebagai ucapan selamat dari lo, jelas Arsen dan diangguki paham oleh Adira.

            Adira pun mengalihkan pandangannya pada jam yang melingkar ditangan kanannya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh tepat, ia pun segera berpamitan pada Arsen sebelum pergi meninggalkannya sendiri disana.

-

            Adira melangkahkan kakinya memasuki halaman luas kampus yang dipenuhi oleh para mahasiswa dan keluarganya yang hendak datang untuk memberikan selamat pada kerabat maupun teman.

            Mengapa semua orang berada di luar? Apa acaranya sudah selesai? Pikir Adira yang kebingungan karena banyak siswi yang wisuda kini berada di halaman sekolah untuk berfoto atau sekadar bercanda dengan temannya.

            Adira menghela napas, memikirkan tindakan bodoh yang ia lakukan untuk berdiri di sini sekarang. Bahkan ia tidak tahu siapa Ayana, bagaimana bentuk wajahnya, dan di mana keberadaannya saat ini.

            Adira tertawa karena tingkah bodohnya seraya melangkah maju walau ia ragu tidak dapat menemukan Ayana saat ini. Sorot matanya mengelilingi luasnya halaman kampus yang sangat ramai. Semuanya tampak sama bagi Adira karena tinggi mereka yang tidak jauh berbeda.

            Hingga akhirnya ia menghentikan langkahnya tepat pada dua orang gadis yang sedang berbicara dihadapannya. Ayana gue bakalan kangen banget sama lo, ucap gadis berambut pendek pada gadis yang dipanggil Ayana tersebut.

            Adira tampak mengernyit saat dapat melihat dengan jelas wajah Ayana. Ia tertegun saat menyadari gadis bernama Ayana itu memiliki bentuk wajah dan goresan rahang yang sangat cantik. Mata indah yang ikut tersenyum saat bibirnya tersenyum lebar. Badannya pun tinggi dan proporsional yang membuatnya terlihat sangat menarik.

            Adira terkejut saat gadis yang sedari tadi ditatapnya itu balik menatapnya dengan tatapan terkejut. Ayana pun mendekat ke arah Adira dan tersenyum manis.

Bapak Adira Darsa Rajendra? tanya Ayana memastikan.

            Adira mengangguk dengan kaku saat namanya disebut. Ia masih tidak percaya jika gadis yang ada dihadapannya inilah yang akan menjadi istri kecilnya kelak.

            Ayana tersenyum seraya menjulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan sopan. Saya Nadira Ayana Wangsa, ucapnya sopan.

            Adira memabalas jabatan tangan itu. Ia mengalihkan padangannya saat Ayana terus menatapnya dan tersenyum kearahnya. Sedangkan Ayana ia malah dibuat tertawa karena melihat sikap Adira yang seolah salah tingkah saat sedang bertatap mata dengannya.

Apa bunga itu untuk saya? tanya Ayana spontan karena ia melihat Adira yang sedang menggenggam bucket bunga mawar sedari tadi.

            Adira langsung memberikannya pada Ayana. Ayana menerimanya dengan senang hati, Sebenarnya saya sudah dapat banyak bucket bunga dari teman lelaki saya. Tapi saya berikan pada teman saya yang lain, ucap Ayana yang bercerita tanpa Adira minta.

Kenapa? tanya Adira penasaran akan kelanjutan di balik cerita Ayana.

            Ayana tersenyum kearah Adira yang sedang menunggunya untuk kembali menyambung cerita, Karena saya hanya ingin menerima bucket bunga dari calon suami saya, jawab Ayana yang membuat Adira diam seribu bahasa.

            Ayana pun menghirup aroma segar dari bucket bunga Adira yang di bawa hanya untuknya. Melihat raut wajah Ayana, rasanya ia sudah tahu dan bahkan tidak menolak perjodohan ini sama sekali.

Maaf saya telat, ucap Adira memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

            Ayana mengangguk seraya tersenyum paham. Ia menatap lembut kedua manik coklat milik Adira, Saya tahu kok kalau Bapak sangat sibuk, balas Ayana memaklumi.

            Adira merasa lega, karena Ayana sudah berusaha untuk memahami kondisinya yang sangat sibuk.

Adira sudah sampai?

            Adira mengalihkan pandangannya pada seorang lelaki paruh baya yang kini berjalan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum seraya menjabat tangannya dengan sopan.

Saya Aji Wangsa, Papa Ayana,

            Adira menunduk dengan sopan pada Aji yang lebih tua darinya. Ia pun membalas jabatan tangan Aji seraya tersenyum, Saya Adira, Pak. balas dengan segan.

            Aji mengangguk, ia menepuk bahu Adira dengan akrab, Ya sudah kalian jalan-jalan aja berdua, Papa sama Mama mau pulang dulu, ucap Aji pada Ayana dan Adira.

            Adira mengangguk ragu sebagai respon dari perkataan calon Ayah mertuanya. Aji kini melangkah pergi meninggalkan Adira dan Ayana yang masih saling diam.

Bapak tenang aja, saya bawa baju ganti kok, ucap Ayana yang seolah paham akan kekhawatiran Adira yang terlihat jelas dari wajah kusutnya.

            Adira mengangguk kikuk saat Ayana berhasil membaca pikirannya, Kalau begitu saya tunggu di parkiran, ucap Adira mempersilahkan Ayana untuk berganti pakaian terlebih dahulu.

            Adira kini beranjak untuk meninggalkan Ayana yang kini berjalan menjauh darinya menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian miliknya. Adira tampak menyandarkan punggungnya pada mobil miliknya sembari menunggu Ayana kembali.

            Adira mengeluarkan ponselnya yang kini berbunyi dengan nyaring di dalam saku celananya.

| Ada apa?

| Lo dateng ke Ravhella Wedding Gown sama Ayana untuk fitting baju sekarang

| Kok lo tahu Ayana?

| Gadis cantik gitu, masa gue ngga tahu sih

| Breng--

            Adira mengernyit bingung setelah telepon diputuskan oleh Arsen diseberang sana. Dari mana Arsen tahu jika ia sedang menemui Ayana? Padahal ia sendiri belum pernah memberitahu siapa Ayana.

Saya sudah selesai Pak,

            Adira mendongak saat ada yang mengajaknya bicara. Ia tertegun melihat penampilan Ayana yang seketika berubah menjadi seorang gadis cantik. Tidak. Meskipun saat ia mengenakan toga juga sudah terlihat sangat cantik. Senyum lebar yang manis serta sorot mata yang indah membentuk lengkungan bulan sabit.

            Adira mengangguk, ia membukakan pintu mobil untuk Ayana sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil. Adira menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Rasa canggung menyelimuti mereka berdua, dinginnya AC semakin membuat mereka membeku karena tidak ada yang memulai untuk membuka percakapan selama perjalanan.

            Ayana mengalihkan fokusnya pada kaca jendela, ia melihat ke arah luar jendela, mengamati pemandangan pohon yang berjejer rapi di sana. Sedangkan Adira sesekali melihat ke arah Ayana untuk memastikan bahwa gadis itu merasa baik-baik saja.

Kita akan pergi untuk melakukan fitting baju, ujar Adira setelah berdiam diri sekian lama.

            Ayana mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Adira menghela, ia mengetukkan jemarinya di atas setir mobilnya berkali-kali. Berbicara dengan perempuan asing yang akan menjadi calon istrinya, membuat Adira jauh lebih kesulitan daripada harus membicarakan bisnis dengan perempuan asing.

Ada apa? tanya Adira setelah merasakan adanya perbedaan dari sikap Ayana sebelum mereka berangkat.

            Ayana yang sangat ceria seolah berubah menjadi Ayana pendiam dalam sekejap. Itu berhasil membuat Adira merasa bingung, khawatir, dan merasa bersalah di waktu bersamaan.

Bapak kenapa mau dijodohkan sama saya?

            Adira tertegun mendengar pertanyaan yang dilontarkan Ayana. Ia melirik sekilas ke samping, dan mendapati Ayana yang kini sedang menatapnya dalam.

Alasannya karena, Adira sengaja menggantung karena ia pun bingung harus memilih jawaban jujur atau bohong.

            Ayana terus menatap Adira, seolah sedang menunggu jawaban pasti yang akan ia keluarkan.

Jujur saja Pak, saya akan merasa lebih baik jika begitu, ujar Ayana tulus.

            Adira menolah ke samping, ia menatap kedua manik gadis kecil dihadapannya itu. Sorot matanya sangat tulus, membuatnya tidak tega jika harus menyakiti perasaannya.

            Ayana terus tersenyum tulus kearah Adira yang tidak kunjung mengatakan jawabannya. Bapak jangan pernah merasa bersalah dengan alasan yang akan Bapak ucapkan. Karena itu akan menjadi tombak saya berubah menjadi lebih baik untuk Bapak, lanjut Ayana dengan suara tenang.

            Adira menghela, ia mengalihkan pandangannya pada jalanan kota yang sedikit ramai. Jemari tangannya terus mengetuk setir padat yang tengah digenggamnya.

Alasannya karena perusahaan, lirih Adira dengan harapan jika gadis disampingnya tidak dapat mendengarnya.

Tapi kamu tenang saja, saya akan membuatkan kontrak dan perjanjian pernikahan selama kita tinggal bersama, lanjut Adira yang hanya diangguki oleh Ayana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status