Share

Menjadi Mommy Sean

Malam sudah semakin pekat, Arkan masih betah berada di ruang kerjanya, pria dewasa itu masih saja sempat-sempatnya melakukan pekerjaannya di hari pernikahannya.

Sementara di dalam kamar Sean, Hanum duduk di tepi ranjang sambil menatap wajah anak sambungnya yang kini telah tertidur lelap. Hanum yang notabene-nya menyukai anak kecil, sangat menikmati moment pertamanya sebagai seorang ibu dengan membacakan dongeng untuk Sean.

Setelah puas menatap wajah lelap Sean, Hanum segera keluar dari kamar itu. Ia melangkah menaiki tangga dengan sejuta pertanyaan dan kemungkinan-kemungkinan memenuhi kepalanya.

Malam pertama seperti apa yang akan dia jalani bersama pria yang berprofesi sebagai dosennya itu kini sudah menjadi suaminya.

Langkah demi langkah Hanum tapaki hingga akhirnya sampai di depan kamar dengan pintu berwarna hitam. Sejenak ia mengatur degup jantungnya lebih dulu, lalu mulai membuka pintu.

Ceklek

Begitu pintu terbuka, harum maskulin menyapa indra penciumannya. Yang khas milik seorang Arkan membuat Hanum merasa nyaman.

Sesaat Hanum baru menyadari, Arkan ternyata tidak ada di kamarnya. Lalu ke mana perginya pria itu? – batin Hanum bertanya.

“tapi syukur saja, dia tidak di kamar. Aku akan lebih leluasa melakukan apapun,” ucap Hanum

Lalu segera berjalan ke kamar mandi. Ia akan membersihkan dirinya lebih dulu, setelahnya baru akan mulai tidur. Seharian sudah melakukan aktifitas melelahkan membuat tubuhnya terasa tidak nyaman.

Selagi Arkan masih belum ada, Hanum ingin bebas melakukan apa saja dalam kamar tersebut.

*****

Paginya Hanum terbangun dengan suara alarm dari ponselnya, matanya mengerjap melihat dari jendela di luar ternyata sudah terang. Akibat kelelahan kemarin ia jadi tidur seperti orang praktek meninggal saja.

Hanum terdiam sejenak untuk mengumpulkan kesadarannya, setelahnya baru ia beranjak dari tempatnya. Tapi tidak bisa karena ia merasa seperti ada sesuatu yang berat menimpa bagian tubuhnya.

Hanum langsung memeriksanya dan tersentak melihat ada sebuah tangan besar yang melingkar apik diperutnya.

"Aaaa—!!" Belum sepenuhnya suara jeritnya keluar tapi otaknya sudah membuat ia berpikir bahwa kemarin ia telah menikah dan menjadi istri dosennya.

Dengan pelan Hanum membalik tubuhnya dan langsung disuguhkan dengan wajah tampan tengah tertidur lelap dalam keadaan tubuh terbuka tanpa terusik olehnya.

"Bunda ... mata anakmu ternodai!!" jerit Hanum dalam hati.

Dengan segera ia bangun dan syukurnya Arkan tidak merasa terusik dengan gerakan spontan nya itu. Tanpa ingin melihat Arkan lebih lama lagi, Hanum segera ke kamar mandi.

Dikarenakan hari ini ia masih dalam masa cuti, jadinya ia berencana akan membuatkan Sean bekal untuk dibawa ke sekolahnya.

Hanum keluar dari kamar tanpa berniat membangunkan Arkan, biarkan saja mungkin suaminya juga sama dirinya merasa lelah karena pernikahan kemarin.

Berjalan turun ke bawah menuju dapur. Ia melihat Mama mertuanya di sana bersama Bibi Siti, asisten rumah tangga di rumah itu.

"Eh? Selamat pagi, Sayang. Pengantin baru kok sudah bangun saja?" ucap Stela tersenyum penuh arti.

"Pagi juga, Ibu," sahut Hanum dengan tersenyum canggung dan malu.

"Hanum butuh sesuatu? langsung minta Bi Siti buatkan ya, sekarang kamu udah jadi menantu di rumah ini tidak perlu takut," ujar Stela.

"Baik, Ibu. Tidak Ibu, Hanum ke dapur hanya ingin membuatkan Sean sesuatu," ucap Hanum.

"Hum, baiklah. lakukan saja sesuka mu, Sayang, Ibu yakin dia pasti akan senang karena sudah ada Mommy-nya yang sangat perhatian," kekeh Stela di akhir kalimatnya.

Hanum pun mulai berkutat dengan alat dapur, ia akan membuatkan sesuatu untuk Sean.

Bekal dengan gumpalan nasi yang ia bentuk menjadi karakter hewan itu menjadi pilihan Hanum, lalu dengan sedikit buah-buahan sebagai tambahan makanannya.

"Siap!" ucap Hanum ceria dengan senyum yang tidak pudar.

Kemudian ia membereskan sisa-sisa peralatan masak yang telah dia gunakan. Selesai beres-beres, tujuannya sekarang adalah ke kamar Sean.

Hanum akan membangunkannya dan menyediakan semua kebutuhan Sean. Kegiatan itu akan terus ia kerjakan mulai saat ini dan seterusnya.

Ceklek!

Hanum membuka pintu kamar Sean, dan nampak lah kamar dengan nuansa luar angkasa itu. Benar saja pikir Hanum, anak sambungnya masih dengan lelapnya tertidur.

"Sean, pangeran Mommy. Ayo, bangun Sayang," ucap Hanum sembari menyisir lembut rambut anaknya.

"Engghh ... Mommy," lenguh Sean dengan meliukkan tubuhnya, perlahan mata sipitnya itu terbuka.

Hanum terkekeh gemas melihatnya. "Iya, ini Mommy. ayo, Sean harus bangun pagi. Mandi, siap-siap lalu ke sekolah, Mommy juga tadi sudah buatkan Sean bekal," pinta Hanum sembari membantu Sean bangkit dari tempatnya.

Mendengar kata 'bekal' mata Sean langsung terbuka lebar." Benarkah?"

Lagi-lagi Hanum terkekeh gemas dengan wajah Sean yang sangat menggemaskan baginya. Mimpi apa ia di masa lalu hingga sekarang sudah memiliki anak yang sangat tampan dan menggemaskan saja.

"Sure! Mommy buatkan spesial hanya untuk Sean."

"Jadi sekarang Sean harus siap-siap dulu, takutnya nanti telat dan kesiangan, hm," lanjut Hanum.

"Baik! Sean akan langsung mandi sekarang." Dengan semangat Sean berlari ke kamar mandinya.

Sembari menunggu Sean siap dengan kegiatannya, Hanum membereskan tempat tidur putranya. tidak lupa juga ia menyiapkan satu set seragam sekolah yang akan Sean kenakan hari ini.

*****

Di meja makan sudah ada Ibu Stela dan Ayah Bagas, dengan Hanum yang kini tengah melayani sang suami juga anak sambungnya.

"Sean ingin sarapan dengan apa?" tanya Hanum.

"Roti dengan selai kacang saja, Mommy," sahut Sean.

"Baik. Bapak, mau apa? Roti juga?" kini Hanum bertanya pada Arkan.

"Hm," balasnya hanya mendehem.

Dengan telaten Hanum menyiapkannya, tak lupa ia juga mengambil untuk dirinya sendiri, bukan roti melainkan nasi goreng. memakan roti di pagi hari saja tidak akan membuat Hanum kenyang.

"Ini untuk Sean, dan ini untuknya Daddy," kata Hanum sembari memberikan roti berlapis selai pada Sean dan Arkan.

Stela dan Bagas hanya menarik seulas senyum melihat interaksi keluarga kecil itu yang kini telah lengkap. Stela dan Baga merasa aman sekarang karena Arkan kini sudah ada yang mengurusnya.

Sean juga tidak akan lagi merasa kesepian dengan adanya Hanum menjadi ibu sambungnya. Mereka berharap keluarga kecil itu selalu dilimpahkan oleh kebahagiaan, dijauhkan dengan kejahatan dan masalah berat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status