Share

Bab 7

Author: Rira Faradina
last update Huling Na-update: 2024-04-04 22:48:27

Mata mama masih melihatku dengan penuh curiga. Aku lupa jika gadis itu menantu kesayangannya. Lagipula, ada di mana gadis itu? menyusahkankanku saja.

Di tengah kebingunganku, tiba-tiba pintu kamar mandi berderit, tak lama, kemudian terbuka lebar. Tampak keluar dari sana Luna yang sudah rapi, lalu menyambut kedatangan mama dengan sopan.

"Mama," sapa Luna sembari mencium punggung tangan mama.

"Ah, syukurlah. Mama pikir kau di usir Rei tadi malam. Mama hanya khawatir, untunglah sepertinya Rei tidak menganggumu," balas Mama sambil tersenyum manis pada menantu kesayangannya itu.

"Wah, rambutnya masih basah, berarti terjadi sesuatu dong semalam, pantas si bu4ya comberan itu nampak kesal dibangunkan, rupanya sudah belah duren toh," Ledek Raina terkikik.

"Iya-iya, aduh mama lupa jika kalian baru saja menikah."

"Mama lupa atau sengaja pura pura lupa?" sindirku.

"Sengaja." Raina menjawabnya sambil nyengir kuda.

"Hei sudahlah! Mama kesini mau ajak Luna sarapan. Kau pasti belum sarapan, kan? Rei memang tidak pernah peka dengan orang lain. Karena itu mama sengaja datang ke sini, mengajakmu."

"Kelihatannya, 'senjatamu' itu berfungsi dengan baik, mas. Lihat wajah kakak ipar ku nampak bersemu merah. Berseri-seri, khas pengantin baru," bisik Raina pelan di telingaku.

"Diam kau, anak kecil!"

Raina mencibir lalu kembali berbisik.

"Obat kuatnya, semalam diminum nggak? Kalau kurang aku bisa membelikannya lagi, untuk nanti malam."

"Kau benar-benar ingin kupvkul," hardikku kesal.

Obat kuat apaan, bahkan 'senjataku' ini belum terbuka segelnya. Boro-boro, menikmati surga dunia malam pertama, malah tendangan kakinya yang kuterima.

Rasanya, ingin memaksanya semalam, membuatnya untuk menjadi yang pertama kali menikmati kejantananku, tapi, mendadak aku teringat akan jurus b4nt!ngan yang ia perlihatkan pada pencopet di hari itu. Sontak menjatuhkan hasrat dan gairah seksu4lku yang tadinya menggebu.

Kan tidak lucu, Jika tiba tiba tubuhku dibantingnya dengan jurus yang sama, di malam pertama kami? Habis remuk redam, tubuh hingga tulangku.

Tidak, bukan malam pertama seperti itu yang kuinginkan. Meski Luna bukan seleraku, Tapi, jika dia menawarkan diri, aku juga tak akan menolak.

Nasib, nasib, tak kusangka, Reshwara yang tampan dan mapan, bisa berakhir seperti ini. Aku seperti seorang suami yang tak terjamah.

Astaga, mengapa pikiranku seperti judul sinetron di chanel cumi terbang itu?

Kulihat Luna mengambil ponselnya, tak lama ia menghampiriku dan dengan cepat berbisik pelan di telingaku.

"Aku sengaja keramas, Mas." Sebelah mata Luna mengedip padaku

Wajah Luna kemudian tersenyum menyeringai seakan penuh arti. Kata-katanya tadi membuatku bergidik, Entah apa maksudnya ia berbisik seperti itu padaku. Sejenak aku merasa jika hidupku ke depan, tak akan sama lagi. Rasanya mungkin akan seperti kisah Misteri Gunung Merapi, di mana akan ada Mak lampir dengan kekuatan jahatnya yang akan selalu mengganggu hidupku.

Seorang Mak Lampir yang cantik bernama Aluna Isabella dan entah bagaimana nasibku nanti.

-----

"Ini kunci rumah baru kalian, hadiah pernikahan dari papa dan mama," ucap papa sambil menyerahkan kunci rumah padaku, Setelah makan malam selesai.

Sore tadi kami semua telah keluar dari hotel, dan langsung pulang ke rumah. Papa menyambut kedatangan menantu kesayangannya dengan sukacita, membuatku iri saja melihatnya. Seolah akulah menantu di rumah ini.

Usai makan malam tadi, papa lalu mengumpulkan kami semua di sini. Sengaja ia melakukannya untuk memberitahu sesuatu hal yang penting.

"Maksudnya, aku tidak boleh tinggal di kamarku lagi, di rumah ini, Pa?" Aku menatap papa penuh tanya.

"Tentu saja, papa pikir kau dan Luna butuh waktu untuk bisa bersama dan saling mengenal satu sama lain. Karena itu papa membelikan rumah ini untuk kalian tempati."

"Tapi, Pa ..."

Aku berusaha meminta papa agar mempertimbangkan kembali keputusannya.

"Rei, kalian kan, pengantin baru, butuh tempat yang romantis tanpa ada yang menganggu kemesraan kalian. Ah, mama jadi ingat masa-masa ketika masih pengantin baru dulu. Kau tahu, papamu begitu romantis, kemana mana, kami selalu berdua."

Ucapan mama seakan ingin menambah kegusaranku. Malah menceritakan manisnya masa bulan madu mereka, membuatku semakin kesal saja. Kulirik Aluna yang masih diam di sana dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Reshwara ....

Bersiaplah menikmati hari hari penuh perjuangan. Mungkin nantinya aku akan sering menyanyikan lagu lagu perjuangan agar bisa membangkitkan semangat juang dalam diri.

Aduh, apa sih yang kupikirkan sekarang? Luna, kan hanya seorang gadis biasa berusia sembilan bel4s t4hun. Tak ada yang istimewa darinya. Lalu apa yang harus dikhawatirkan jika tinggal bersamanya? Yang harus ku lakukan sekarang adalah mencari cara dan mengatur strategi agar dia bisa tunduk kepadamu. Bila perlu kau pakai saja dalil agama. Agar dia tidak bisa berkutik.

- Sorga istri ada pada suaminya, jadi berikan pelayanan terbaik untuk suami jika ingin masuk sorga.-

Beres kan?!

Ah, aku benar-benar pintar. Selain tampan dan mapan. Aku juga cerdas. Kenapa tak terpikirkan olehku sebelumnya? Harusnya dalil itu bisa kujadikan alasan untuk menikmati indahnya surga dunia bersama Luna di malam pernikahan kami.

Seketika, aku merutuki kebodohanku.

"Besok pagi, kalian berdua bisa pindah menempati rumah baru." Ucapan papa terdengar bagai seorang pemilik kontrakan yang mengusir penyewanya karena telat membayar.

Sungguh, membuatku merasa terusir.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 50

    Aaww! Teriakku cukup keras saat Luna menekan kasar bagian memar di bagian pelipisku, seperti di lakukannya dengan sengaja. Ah, mengapa aku sampai lupa jika ia adalah Mak lampir. "Dasar Mak lampir, kau sengaja melakukannya untuk membunuhku, ya?" Ucapku yang tanpa sadar kelepasan bicara. "Apa? Kau mengataiku Mak lampir?" Mata Luna melotot padaku. "Ah, itu ... Hehe! lagipula kau memang seperti Mak Lampir." Kupaksakan bibirku tersenyum. "Kau mau memar-mu ini kutambah, mas?" ancam Luna cemberut, ah, mengapa aku baru sadar jika ia ternyata semanis ini. "Iya, Jika kau yang melakukannya, aku tak akan menolak," ujarku dengan cepat menarik tubuhnya ke dalam pelukanku. "Kau tahu, sepertinya aku telah jatuh cinta pada seorang mak lampir yang cantik," bisikku di telinganya. "Mulai sekarang, maukah kau menerima pria bodoh ini menjadi suamimu?" Lanjutku lalu mengurai sedikit pelukanku dan memandangnya. Luna terdiam sesaat. tak lama kulihat kepalanya mengangguk. entah mengapa membu

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 49

    "Maaf, karena telah menyakiti hatimu," ucapku pelan lalu kembali mengusap bibirku yang masih terasa nyeri. Saskia menatapku nanar, seolah tak percaya ungkapan itu berasal dari mulutku. Tak lama, ia kembali bicara. "Lebih baik sekarang kau pergi dari sini mas, sebelum aku meminta pihak keamanan untuk mengusirmu," Suaranya terdengar bergetar disertai dengan jari telunjuk yang mengarah ke arah pintu. "Iya, aku akan keluar dari sini. Sekali lagi aku minta maaf karena telah membohongimu." Yah, memang seharusnya aku meminta maaf padanya karena bagaimanapun ia berkata benar, akulah orang pertama yang mengkhianati hubungan kami, akulah orang yang telah berbohong padanya karena menyembunyikan status pernikahanku darinya. Setidaknya aku bisa sedikit mengerti alasan mengapa ia bertindak senekat ini. Mungkin ini juga bentuk hukuman dari tuhan padaku karena telah berbohong dan mengabaikan keberadaan Luna selama ini. Ah, mengapa aku semakin merindukan istri kecilku itu? Akuilah Reshwara jika

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Ba 48

    "Melihat lelaki ini ada di apartemenmu, sudah cukup menjadi jawabannya. Aku tak menyangka jika ternyata kau juga menjalin hubungan lain di belakangku, benar -benar perempuan murahan." Cih! "Ya, aku yang melakukannya. Mengapa? Kau kesal, marah, kecewa?" Suara Saskia terdengar lantang, seakan mewakili kemarahannya. Kupalingkan wajah dan menatapnya yang saat ini tengah melempar tatapan tajam padaku. "Kau bener sekali, aku yang membocorkannya. Bagaimana rasanya di khianati? Sakit?" Desis Saskia. "Kau ...!" Geramku padanya dengan tangan terkepal. Andai ia bukan seorang perempuan, sudah ku hajar ia sekarang. Atmosfir ruangan ini kini berubah panas, mata itu masih melempar tatapan menghujam padaku, seakan sedang melepaskan semua kemarahannya padaku. "Aku tidak menyangka jika kau bisa mengkhianatiku, Saskia." "Tentu saja bisa, kau tahu mengapa aku melakukannya?" Bibir itu mengulas senyum sinis padaku. "Karena kau yang lebih dulu mengkhianatiku. Apa kau pikir aku tidak tahu jika terny

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 47

    "Saat seorang wanita sudah merasa tidak nyaman di rumah suaminya, maka secara naluri ia akan pulang ke rumah orang tuanya, karena ia tahu bahwa rumah orang tuanya adalah satu satunya tempat ternyaman untuknya," ujar Tante Wina ikut bicara. "Begitukah?" ucapku tanpa sadar sambil melirik Raina yang menggeleng kesal. "Makanya mas, cari tahu dulu penyebabnya, jangan bisanya cuma asal tuduh saja. Kalau begini kau juga yang malu kan?" Aku mengulas senyum getir saat mendengarnya. Raina berkata benar, entah mengapa saat ini aku merindukan Luna, merindukan tingkah konyol Mak lampir cantik itu. Ponselku tiba tiba berdering, kulirik arloji di pergelangan tangan yang sudah menunjukkan angka delapan, rasanya masih belum terlalu malam untuk meluncur ke Depok dan menjemput Luna. Namun, sebelum itu, aku akan menjawab panggilan teleponku dulu. Senyumku seketika terbit saat kulihat nama seseorang yang tertera di layar, kelihatannya, aku harus menunda sebentar kepergian ku ke Depok karena masih ada

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 46

    Aku menoleh pada Keenan yang masih menatapku, ada rasa bersalah dalam hati karena telah asal menuduhnya, jika memang itu yang sebenarnya terjadi, maka aku telah melakukan kesalahan yang besar pada Luna. Ah, mengapa aku bisa sampai bertindak se-ceroboh ini, tak biasanya aku melakukan sesuatu hal tanpa rencana, sungguh aku merasa sangat malu saat ini. Papa terlihat menggelengkan kepalanya, sementara mama masih tertawa geli, dan Raina, gadis itu mengulas senyum tipis di wajahnya, senyuman yang entah mengapa terlihat begitu menyebalkan. Tak lama kudengar mama bicara. "Luna adalah gadis yang baik, Rei. Cobalah untuk mengenalnya lebih dekat, kau pasti tahu mengapa mama dan papa memilihnya untuk menjadi pendampingmu." Aku tak menjawabnya, hanya mengangguk lemah. Ucapan Mama mungkin ada benarnya, aku yang salah, karena masih belum sepenuhnya menerima keberadaan dirinya dan juga pernikahan kami. Mungkin karena jarak usia kami yang terpaut cukup jauh, membuatku meremehkannya atau mungkin

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 45

    "Ha ... Ha ... ha" Tawa papa terdengar begitu keras memenuhi seisi ruangan ini sesaat aku selesai menceritakan kecurigaanku tentang hubungan terlarang Keenan dan Luna. Aku melongo melihat papa yang tampak begitu renyah tertawa, tak hanya papa, mama, Raina bahkan Keenan juga tampak tertawa. Hanya Tante Wina yang tampak mengulum senyum seakan ingin menjaga wibawaku. Ini aneh. Apa yang terjadi pada mereka semua? Mengapa tertawa? Bukankah seharusnya mereka marah dan kesal? Aku masih menatap mereka dengan wajah bingung dan tak mengerti, tak lama ku dengar Raina bicara. "Kau memang orang paling lucu yang pernah kukenal, mas." "Lucu sekali," gelak tawa Raina sambil menunjuk padaku. "Aku bicara yang sebenarnya, kenapa kalian semua tertawa?" Ketusku lalu memalingkan wajah. "Tentu saja kami semua tertawa, karena semua tuduhanmu itu tidak benar," balas Raina. "Tidak benar bagaimana, aku serius. Kalian bisa tanyakan sendiri pada Keenan," geramku sambil melirik pada pemuda yang duduk di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status