Share

8. Hubungan Aneh

Calvin menghentikan langkahnya saat sudah tiba tepat di depan ruangan tim pemasaran. Entah apa yang membuatnya sangat ingin melihat keadaan Rachel yang hari ini mulai bekerja di tim pemasaran. Masih berdebat dengan dirinya sendiri, tanpa terasa ia sudah berjalan mondar-mandir sejak 15 menit yang lalu membuat beberapa karyawan bergosip tentang kedatangan dirinya.

“Aku sudah janji dengan nenek akan menguruskan dikantor.” Calvin mencoba meyakinkan alasan ia datang mencari Rachel di tim pemasaran sambil membawa sebungkus roti yang ia rebut dari Nicky.

Para karyawan yang berada di dalam ruangan tim pemasaran kaget dengan kedatangan Calvin dan langsung memberikan salam. Calvin hanya bisa membalasnya dengan kaku. Matanya mencari-cari  keberadaan Rachel.

“Pak Calvin” Calvin menghentikan langkahnya saat sebuah suara menyapanya. Calvin menghela nafas pelan saat melihat Diana yang menyapanya. Diana teman semasa kuliah Calvin yang sudah tidak terdengar kabarnya selama hampir 6 tahun dan tiba-tiba bergabung di Miguel Group sebagai direktur pemasaran akibat prestasinya di luar negeri sangat diakui. 

Sebenarnya Calvin tidak begitu menyukai Diana. Entah kenapa Diana tampak seperti sengaja mendekatinya dan hal itu jelas membuat dirinya risih. Bahkan beberapa bulan yang lalu Calvin tidak sengaja mendengar rumor menyebutkan bahwa dirinya dan Diana sebagai teman masa kuliah sedang menjalin hubungan. Namun Calvin tidak ingin mengurusi hal tidak penting seperti ini.

“Pak Calvin ada keperluan apa?” Daina kembali bertanya saat Calvin tak kunjung membalas sapaannya. Baru saja Calvin akan membuka mulutnya tiba-tiba Diana sudah berteriak kegirangan.

“Terima kasih Pak sudah membelikan saya roti tuna, saya memang belum makan siang karena terlalu sibuk. Bapak memang yang paling tahu makanan kesukaan saya.” Calvin melongo saat dengan tidak tahu dirinya Diana mengambil bungkusan roti yang sedang ia pegang. Bungkusan roti yang sebenarnya Calvin bawa untuk diberikan kepada Rachel.

Mereka semakin menjadi pusat perhatian. Kedatangan Calvin sudah menjadi pusat perhatian ditambah suara Diana yang cukup keras membuat semua orang semakin memperhatikan keduanya termasuk Rachel. Gadis itu tidak mengatakan apapun dan hanya menatap Calvin dengan tatapan datar seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Melihat reaksi Rachel Calvin hanya terdiam. Rasa ingin protes pada Diana mendadak sirna. Pria itu memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Tidak peduli lagi dengan bisikan-bisikan para pegawai yang pasti sedang menggosipkan kejadian tadi.

~

Rachel menatap dirinya di cermin kamar mandi. Ia sudah pulang terlebih dahulu karena Calvin sedang lembur. Gadis itu merasa tidak perlu menunggu Calvin bahkan hanya untuk sekedar memberikan pria itu wajah di depan neneknya.

Masih terbayang-bayang di ingatannya kejadian tadi siang.

“Untuk apa memintaku menjadi pasangan kontraknya jika ia sudah memiliki wanita yang sedang didekati?” Rachel berbicara dengan dirinya di cermin. Kejadian tadi siang sungguh membuat dirinya bingung. Belum lagi gosip-gosip yang tidak sengaja ia dengar di kantor tadi seolah menunjukkan betapa dekat hubungan antara Calvin dan Diana.

“Seharusnya dia bicara dengan Bu Diana kan? Aku yakin nenek juga akan menyukai Bu Diana. Apa yang kurang dari Bu Diana? Cantik, elegan, pintar, berwibawa, ram–”

“Kurangnya adalah rasa kemanusiaan.” Rachel memekik kaget saat sebuah suara memotongnya. Gadis itu hampir terjatuh saking kagetnya. Calvin sang empunya suara hanya tertawa.

“Kau merasa bersaing dengan Diana?” Calvin bertanya sambil tersenyum kecil. Rachel menatap Calvin dengan kesal. 

“Aku sedang menggunakan kamar mandi dan kamu masuk begitu saja?” Rachel bertanya dengan wajah kesal sekaligus malu karena yakin Calvin pasti mendengar dirinya berbicara sendiri sedari tadi.

“Kamu yang tidak menutup pintunya.” Calvin menunjuk pintu geser kamar mandi yang terbuka lebar membuat Rachel mau tidak mau merutuki kesalahannya sendiri.

“Kalau sudah tahu ada aku disini silahkan keluar Pak Calvin yang terhormat.” Calvin tertawa mendengar perkataan Rachel. Pria itu menikmati wajah memerah Rachel akibat malu. Tidak mau beradu mulut lebih lanjut, Calvin memilih untuk segera mengalah dan pergi keluar dari kamar mandi.

Rachel menghela nafas lega saat sudah berhasil mengeluarkan Calvin dari kamar mandi dan mengunci pintu tersebut rapat-rapat. Tiba-tiba saja ia mulai terganggu dengan perkataan Calvin.

“Apa maksudnya Bu Diana kurang rasa kemanusiaan?” Rachel bergumam seraya menyalakan kran air di kamar mandi. Ia buru-buru mengusir pikiran tersebut. Dengan siapa saja Calvin berhubungan bukan urusan dirinya. Lagi pula semua itu sudah tertulis jelas di kontrak mereka. Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing.

Rachel memutuskan untuk tidak mengambil pusing apa yang dikatakan Calvin. Bukankah jika Calvin semakin dekat dengan Diana maka dirinya akan cepat terlepas dari pria itu? Rachel tersenyum senang saat memikirkan hari tersebut akan tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status