Pagi sekali, Neo sudah mendengar suara grasak grusuk dari arah dapur. Entah karena tumben mengetahui istrinya berkutat di dapur sepagi ini atau memang kontrakan yang sempit, suaranya jadi begitu nyaring terdengar sampai kamar.Karena sudah tidak bisa tidur lagi, Neo akhirnya beranjak bangun dan berjalan menuju dapur. Sambil bersandar pada ambang pintu dapur, Neo memandangi kegiatan istrinya dengan mata setengah terpejam."Kau sedang melakukan apa, Naya?" tanya Neo heran sambil sesekali menguap karena masih sangat mengantuk.Semalam, dia memang sulit tidur karena kepikiran pada Abia dan Arya. Terlebih Abia. Neo belum menjelaskan dengan benar pada sang Mama membuat perempuan itu menangis saat ia pergi dari rumah kemarin.Memikirkan itu membuat Neo akhirnya terjaga sampai sekitar pukul dua atau tiga malam. Naya pun menemaninya semalam dengan alasan masih belum mengantuk, padahal perempuan itu sudah menahan mati-matian matanya agar tidak terpejam.Tapi, pagi ini perempuan itu juga bangun
Begitu kembali dari kantor, Arya mendapati istrinya sudah menunggu di ruang tengah sambil berkacak pinggang. Perempuan itu terlihat kesal dengan mata menyorot galak."Kau kemana saja sampai tidak mengangkat teleponku?" tanya Abia sebal tanpa berani berbicara dengan nada tinggi pada sang suami."Aku sibuk. Banyak pekerjaan di kantor," jawab Arya santai sambil hendak berlalu menuju kamar.Abia kontan mengejarnya dan berlari menaiki tangga. "Hei, Mas! Kita perlu bicara!" panggil perempuan itu begitu Arya seolah mengabaikannya."Kau tidak tahu putramu pergi dari rumah? Dia mengemasi barang-barangnya dan bilang tidak akan tinggal di sini lagi! Kenapa kau bisa sesantai itu?" tanya Abia tidak habis pikir sambil berlari mengejar suaminya di undakan tangga.DUGH!"Aww ...." Abia meringis begitu kakinya tersandung di undakan tangga kemudian jatuh berguling hingga undakan terakhir.Arya yang panik kontan menoleh dan berlari menghampiri sang istri. Tangannya menyentuh bagian betis bawah bagian be
Pagi ini, suasana meja makan terasa sepi. Hal itu karena Arya yang absen sarapan dan langsung berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.Hal itu tentu saja membuat Abia kebingungan. Sebab tidak biasanya pria itu melewatkan waktu sarapan, yang di mana kadang hanya pada waktu tersebut sang suami punya waktu berkumpul dengan menantu juga putranya."Kenapa Ayah tidak ikut sarapan, Bunda? Padahal aku memasak makanan kesukaannya. Tidak biasanya dia begini," tanya Naya menyuarakan kebingungan Abia yang dibalas Abia dengan gelengan tidak mengerti."Bunda juga tidak tahu, Nay. Dari tadi pagi Ayahmu memang agak murung, saat Bunda mengajaknya berbicara, dia juga hanya diam dan menyahut sesekali. Dia kenapa, ya?" gumam Abia ikut bingung."Kau bertengkar dengannya semalam? Semalam kan kalian begadang menonton piala dunia." Kali ini, Naya menuduh sang suami yang kontan gelagapan ditatap securiga itu."Kami tidak bertengkar! Kami hanya menonton sambil makan semalam," sanggah Neo tidak sepenuhnya benar.T
Setelah kejadian tadi, Nara tidak keluar dari kamarnya lagi. Neo tentu saja sadar alasan kenapa sang kekasih bersikap demikian. Sepertinya dia melihat Neo yang mengecup pipi Naya tadi."Nara ke mana, Yah? Aku akan pulang tapi dia masih mengurung diri di kamar?" tanya Naya heran yang dibalas Bintang dengan gelengan tidak tahu."Ayah juga tidak tahu, Nay. Adikmu tadi bilang tidak enak badan, jadi dia izin ke kamar dan tidak kembali sampai sekarang. Padahal sebelumnya dia masih terlihat sehat saat akan mengantar kopi untuk Neo," jelas Bintang yang sejenak membuat Naya teringat kejadian sebelumnya."Sepertinya dia memang sedang kurang enak badan. Tadi saja dia menjatuhkan gelas kopinya di depan kamarku." Naya menyahut membenarkan yang diam-diam membuat Neo merutuki dirinya sendiri di dalam hati.Bagaimana juga dia bisa asal mencium Naya begitu? Di rumah yang jelas saja tempat tinggal kekasihnya juga. Dengan pintu kamar terbuka juga fakta yang ia sendiri tahu bahwa perempuan itu sering kel
"Putramu begitu kompeten, Kak. Mengapa kau masih belum menyerahkan jabatanmu padanya? Dia sudah pantas menjadi CEO, kan?" Keanu, salah satu sahabat dekat juga mantan aktor di bawah naungannya berkomentar.Arya melengos tidak peduli. Jika saja pria itu tahu kalau malah Neo yang tidak mau menerima jabatan ini. Mungkin pria itu juga akan terkejut jika tahu Neo bekerja di sini dengan mengirimkan lowongan kerja kemudian menjalani interview layaknya pegawai biasa."Ayolah, Kak! Kau sudah tua, kenapa belum pensiun juga? Aku saja bosan melihatmu terus-terusan bekerja, kasihan Abia." Keanu semakin menyudutkan membuat Arya mendelik tajam pada pria tampan meski sudah lumayan tua itu."Jangan urus urusanku dengan istriku. Apa jangan-jangan kau masih melajang sampai setua ini karena masih menyukai Abia?" tanya Arya pedas.Keanu mencebik sebal. Pria tua ini masih saja curiga dan cemburu berat padanya. Mentang-mentang hingga setua ini dia belum menikah juga."Kau tahu seleraku tinggi. Tentu saja aku
Begitu terbangun dari tidur, pemandangan pertama yang tertangkap oleh Neo adalah sang istri. Perempuan itu tengah memakai sedikit krim siang pada wajahnya yang kian hari terlihat semakin sehat di mata Neo.Padahal, Neo sendiri tahu, yang digunakan Naya hanya salah satu produk perawatan kulit wajah yang kemasan paling besarnya tidak sampai seharga lima puluh ribu. Perempuan itu juga tidak memakainya jika lupa atau sedang tidak ingin.Naya bahkan tidak punya hal sesederhana bedak dan lipstick. Apalagi peralatan make up lain seperti pensil alis, maskara, eyeliner dan peretelannya."Kau sudah bangun?" sapa Naya basa-basi begitu menoleh dan mendapati pria sipit itu tengah berbaring tengkurap sambil memandanginya.Neo mengangguk singkat. Anggukan yang sialnya terlihat menggemaskan di mata Naya. Apalagi dengan wajah khas bangun tidur dan rambut berantakan suaminya. Rasanya tidak adil. Pria sipit itu bahkan terlihat tampan saat baru bangun tidur."Apa kau hanya punya itu untuk wajahmu?" tanya