Mumpung situasi sedang sepi, Algi dengan panik membawa Rania ke arena tangga darurat yang tidak mungkin dilewati banyak orang. Kali ini, istrinya benar-benar memancing perang dunia ketiga. Ini sudah keterlaluan baginya.
Algi mendorong Rania hingga mepet tembok sambil melemparkan tatapan tajam padanya."Maksud kami apa, tiba-tiba ngelamar kerja sini?? JAWAB!!!"Tubuhnya bergetar tersebab ledakan hebat dalam dada. Rahang menggembung menahan akumulasi udara yang tak terembuskan. Tanpa sadar tangannya terkepal sempurna di bawah."Gak ada maksud apa-apa, aku cuma yaaah... memilih tempat yang paling sempurna aja! Gimana, cukup terkejut kan, kamu?" ucap Rania bernada sindiran."Kamu sengaja, kan?""Awalnya enggak, tapi begitu liat foto kamu terpampang jelas di profil artis GoldHuman, kok aku makin tertarik ya?" Senyum lebar kini terulas di wajah Rania."Bangsat!" umpatnya dengan gigi yang menggertak."Udah ngobrolnya? kamu sadar gak, tingkah kamu sendiri seperti ini yang bakal ngebongkar rahasia. Yaudah pura-pura gak kenal aja kamu sama aku, beres kan? Lagian aku kan cuma istri yang disembunyikan, gak bakal ngaruh sama kerjaan kamu di sini!" Merasa tak ada yang perlu dia bicarakan lagi, Rania lebih memilih meninggalkan Algi sendirian di sana, karena semakin lama Rania melayani Algi, maka akan semakin banyak pertanyaan dari orang-orang. Mumpung masih belum ada yang memergoki mereka, lebih baik Rania segera kembali ke ruang make up."Hai Ran, dari mana?"Namun ada seseorang yang mengejutkannya dari belakang."Eh kak Rangga, itu hmm aku habis dari pantri, ada perlu sesuatu? Jadwal Kak Rangga masih satu jam lagi kok, masih santai!""Oh enggak, kebetulan aja aku juga lewat di sini tadi, terus ngeliat ada lo, jadinya gue sapa deh.""Hehe, baiklah. Kalau gitu Rania ke ruang make up dulu ya, sampai ketemu jam satu siang.""Ok!" Jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf O, dan Rangga mempersilkan Rania untuk pamit.Dia memperhatikan langkah Rania dari belakang yang lama kelamaan sudah tak terlihat lagi. "Manis banget senyumnya!" gumam laki-laki berusia 27 tahun itu.***Setelah pulang dari kantor, karena tidak ada jadwal artis lagi, Rania menghabiskan waktunya hanya berbaring di kasur sambil menonton drama Korea kesukaannya secara maraton. Bahkan di saat rasa lelah menghampirinya, Rania masih mampu menghabiskan 10 episode, sekaligus.Namun lama kelamaan, dirinya malah merasa suntuk, dan akhirnya Rania memutuskan untuk sekedar jalan-jalan di rumah luas Algi, karena ada satu tempat yang membuat dia sangat penasaran.Tepat di samping kiri kamarnya, ada sebuah lorong dengan penerangan yang lebih gelap daripada ruangan lainnya. Walau sudah dapat peringatan untuk tak boleh sembarangan masuk ke ruangan itu, tapi Rania tetap ingin mematahkan rasa penasarannya. Di sana ada sebuah pintu dengan tulisan besar 'Dilarang masuk'.Tulisan itu malah memacu adrenalinya untuk segera memeriksa ada rahasia apakah di dalam sana."Semakin dilarang semakin dilakuin!" kata Rania sambil memutar kenop pintu dan ternyata ruangan itu tidak terkunci. Entah memang sengaja atau karena Algi lupa, pintu itu bisa mengantarkan Rania ke sebuah ruangan yang cukup menakjubkan.Baru pertama masuk, dia suguhi dengan pemandangan yang cukup menakjubkan, di mana terletak berbagai alat-alat musik yang berjejer indah seperti sebuah tatanan museum mahakarya musikal yang dia lihat di dalam tontonannya.Ada drum, biola, berbagai koleksi gitar, piano besar, saxophone, trompet ala-ala eropa kuno, dan masih banyak lagi. Dia rada tak menyangka kalau Algi rupanya pengoleksi alat-alat musik seperti ini."Keren banget sih... ini di luar dugaan aku Ternyata walaupun dia galak, tapi dia gak pernah main-main soal musiknya ya," gumam Rania sembari berjalan mendekati salah satu alat musik itu dan dengan tangannya yang gatal, dia mencoba untuk ikut memainkannya juga.Dia duduk di kursi drum, lalu mulai memukul permukaan alat bulat itu hingga menghasilkan bunyi hentakan yang tentu saja tak beraturan. Dia mainkan sesuka hatinya, sampai merasa bosan dan beralih ke alat musik lain."Ini apa ya, gitar atau bass? Alah gak tau, yang penting cobain aja."Jreng Jreng...Seenaknya jarinya saja dia memetik senar itu, bahkan tidak tahu temponya seperti apa. Yang jelas, semua alat musik di sana dia jadikan mainan barunya saja, mumpung Algi belum tiba."Seumur hidup, baru liat alat musik sebanyak ini, aku mau coba piano ah!"Dia berjalan ke arah alat musik dawai itu, lalu bergaya bak pianis dunia yang akan melakukan pertunjukan musiknya. Dengan gaya sok elagan, Rania duduk di kursi lalu jari-jarinya mulai menari memencet satu persatu tuts di sana.Merdu?Tentu saja tidak, yang ada hanya sebuah suara random yang menyakitkan gendang telinga. Cicak pun sampai menghindar sangking kacaunya nada-nada yang dihasilkan Rania."Keren banget aku, udah kayak pemain kelas Ananda Sukarlan aja!" goyon dia, sambil cengengesan. Habis itu, dia memutarkan pandangannya ke alat musik lain dan rupanya terhenti di sebuah biola.Saat Rania hendak mengambil biola, kedua matanya tak sengaja menangkap sebuah ornamen patung berbentuk love yang di simpan di belakang lemari buku tepat di samping jendela. Entah kenapa, patung hati yang terbuat dari kayu itu sangat menyita perhatiannya sampai dia melupakan biola dan malah merangkak ke arah sana."Kenapa patung sebagus ini, ditaruh di bawah ya?"Ukiran yang ada di patung itu cukup menakjubkan seperti dibuat oleh sang profesional. Patung itu menunjukkan setiap pahatannya yang sangat rapi dan di sana ia melihat ada inisial AlEl."Al nya pasti Algi, lalu El nya siapa ya?" Tiba-tiba pikirannya langsung tertuju pada wanita yang dia temui tadi pagi. Ia mengingat-ingat dengan keras, id card yang dia serahkan itu, nama pertamanya adalah Elve."Tuh kan bener, perempuan tadi memang ada hubungannya sama-""Kamu ngapain di ruangan pribadi aku, heh!"Sontak saja Rania langsung tersentak saat tiba-tiba Algi sudah ada di sana. Dia mendekati Rania lalu merebut benda itu secara paksa."Lancang banget masuk-masuk ke ruangan orang, heh! kamu pikir, kamu siapa?" Suara bentakannya menggema, mendominasi ruangan itu."Aku... hmm... aku tadinya cuma jalan-jalan aja, tapi penasaran sama kamar ini dan akhirnya aku buka!" terang Rania, berusaha untuk jujur. Dia tahu bahwa berbohong pun tidak akan menyelesaikan masalah, lebih baik dia ceritakan yang sebenarnya."Itu namanya lancang ya! Aku udah bilang sama lo, jangan sembarangan masuk ruangan ini. Lo kenapa gak bisa diatur ya?""Diatur? Emang kamu siapa sih, kok kayaknya rusuh banget pengen ngatur hidup aku. Bukannya di kertas perjanjian kita udah sepakat ya, kalau kamu gak bakal ngatur aku selama gue di rumah dan gak bongkar soal pernikahan kita.""Tapi ini ruangan pribadi aku, gak ada yang boleh masuk. Kamu gak liat tulisan di depan itu?""Gak liat! Btw, itu apa sih? Patungnya kok ada inisial gitu, dari mantannya yah?" Iseng saja Rania berkata itu, siapa tahu Algi akan keceplosan dengan ceritanya."Udah lancang, kepo lagi! Aku peringatin ya sama kamu, jangan pernah masuk ke ruangan ini lagi. Kamu di sini tuh cuma tamu, bukan pemilik!" Dikatain seperti itu, otomatis Rania sedikit naik pitam."Oh ya? Bagus deh, berarti ada kemungkinan aku bisa pergi dari sini dengan leluasa kan? Berarti kamu gak boleh ngatur-ngatur gue lagi, apalagi tentang pekerjaan aku!"Merasa disinggung tentang pekerjaan Rania, Algi langsung angkat bicara dan kekeh tak setuju jikalau Rania tetap meneruskannya."Aku peringatkan sama kamu ya, segera mengundurkan diri selagi aku masih berkata dengan baik. Kalau misalnya kamu masih nekat, aku jamin kamu bakal menderita selama ada di GoldHuman!" ancam Algi dengan sangar, mengintimidasi Rania dengan tatapan seperti laser panas itu.Namun sekali lagi, Rania tidak akan pernah takut dengan ancaman Algi, atau apapun itu yang sekiranya menghambat tujuannya dia.Rania ingin membuat Algi berhenti meremehkan dirinya, dan mengakui kredibilitas Rania yang memang bertalenta sebagai staylish artis."Tadi katanya tamu, kok kamu ngatur tamu sih?""Kamu kalo dibilangin gak usah nyolot, bisa?""Gak bisa, gue emang terlahir nyolot begini. Dengerin ya Algi Darmigo yang terhormat, aku gak bakal menyerah buat tetap kerja di sana. Kalau lo masih ngatur-ngatur aku, terpaksa aku bongkar semuanya kalau ternyata lo udah menikah!" kecam Rania terakhir setelah itu dia memutuskan untuk keluar dari ruangan musik Algi, meninggalkan laki-laki yang sedang tersulut api itu.Sepertinya tidak ada pilihan lain bagi Algi selain membiarkan istrinya untuk bekerja di sana. Ia akan coba untuk tak peduli pada Rania, dan melakukan aktivitas masing-masing layaknya dua orang yang tidak saling kenal."Brengsek tu cewek! Liat aja, aku bakal bikin dia menyesal dengan keputusannya."Saat memegang patung berbentuk hati itu, secara spontan, dia telah membuka kenangan lamanya kembali dengan wanita yang amat dia cintai, namun hubungan itu telah kandas.Satu tahun lalu, tepatnya saat malam ulang tahun Algi wanita dalam kenangannya itu meminta agar hubungan mereka berakhir karena sudah tidak ada kecocokan lagi.Algi teringat kembali, kata-kata mantan kekasihnya yang merasa kesepian karena selalu ditinggal pergi tour Algi ke luar kota, hingga dia merasa seperti tidak memiliki kekasih.Dan sudah bisa ditebak, patung itu adalah kenang-kenangan kisah cintanya."Bagaimana kabarmu El, tiba-tiba gue kangen!" kata Algi, dan terulas sebuah senyuman di bibirnya.Algi belum move on dengan masa lalu sepertinya..****Selalu saja berakhir dengan perdebatan dan perdebatan lagi. Lelah sekali rasanya Rania jika harus tinggal lebih lama di rumah itu. Sudah mah dijodohkan, tidak dicintai sama sekali, bonus dibentak-bentak pula.Apes banget nasibnya.Andaikan dia tahu kalau lelaki yang dia searching di google, yang terkenal sebagai pria romantis tapi kenyataannya adalah pria anarkis, lebih baik Rania menolak perjodohannya. Rania tidak peduli itu wasiat atau bukan. Masa bodo disebut anak durhaka atau sejenisnya, yang penting Rania bisa menyelamatkan kewarasannya.Iya, lebih lama tinggal di rumah bersama seorang bernama Algi, bisa-bisa membuat Rania harus bolak-balik ke poli jiwa."Sungguh ini keputusan tersial sepanjang hidup aku!" Rania lelah dan segera menenggelamkan diri di balik selimut yang menelan utuh tubuh kecilnya itu. Terserah kalau nanti bakal ada Algi yang bakal ikut tidur di sampingnya atau tetap berpendirian di ruang pribadi dia, yang jelas Rania sudah tidak urus lagi.Sementara di kamar ma
"Aduuh, ini masih pagi Algi, jangan cari ribut deh. Lagian aku bukan direktur atau petinggi yang bisa merubah klien aku secara mendadak gitu."Walau kesal, tapi Rania tidak mood untuk menaikan suaranya. Rasanya menghemat amarah adalah keputusan terbaik, mengingat hari ini dia akan sibuk dan pastinya membutuhkan tenaga lebih banyak. Jadi lebih baik bersikap santai saja."Iya tau, tapi kalau kamu mau akun yang bilang kalau kamu minta artis lain."Keningnya sedikit mengerut akibat ucapan tak tercerna dengan baik itu. "Terus habis itu orang-orang bakal nanya apa hubungan kalian berdua sampai Algi capek-capek minta kak Jess buat ganti artis aku? Nah loh, kalau udah gitu kamu mau jawab apa?"Nggh... krik..tidak ada jawaban dari orangnya."Diem kan? Makanya jangan asal ceplos aja. Lagian kenapa juga aku gak boleh makeup Rangga? Bagus kali, dia kan ganteng, bisa cuci mata tiap hari!"Tak ingin menunda waktunya lagi, Rania lekas pergi dari hadapan Algi membawa serta peralatannya turun ke lanta
"Kak Rangga!" Rania memanggil sang artis ketika dia tiba di lokasi shooting. Set nya sih sederhana, hanya lapangan seluas dua kali lapangan sepak bola yang sudah di setting seperti gelanggang stadion. Ada lintasan untuk pelari juga, sepertinya nanti set Rangga adalah berlari di sana.Sebelum take, Rania satu ruangan bersama Rangga dan tiga artis utama lain sedang di make up. Untung aja karakter Rangga ini bukan yang harus cemong sama bedak. Malah Rania harus set wajah Rangga sedikit hitam dan berminyak. Masa mau lari pakai eyeshadow sih, kan gak mungkin!"Udah lama ya belajar make up?" Rangga bertanya disela-sela aktivitas Rania. Memecahkan keheningan supaya tidak terlalu tegang. Rangga emang biasa kok bercanda dan mengobrol dengan para staylish nya. Tidak cuma pada Rania saja."Kalau kuliah dan praktek sih udah hampir lima tahun, tapi kalau pengalaman kerja, baru kali ini!" Rania menutup mulut dan hidungnya menggunakan masker agar napasnya tak mengganggu Indera penciuman Rangga. "O
Menjadi bintang tamu acara musik live televisi telah Algi laksanakan dengan baik. Penonton di area outdoor itu juga mendadak lebih banyak saat pihak stasiun televisi mengumumkan akan menggaet Algi Darmigo sebagai bintang tamunya.Dan perlu kalian ketahui bahwa menyanyikan dua lagu tadi, bayarannya setara dengan harga satu mobil sedan keluaran terbaru. Itu cuma berdurasi 7 menit. Bagaimana yang full satu album?Setelah selesai dari lokasi kedua, Algi dan managernya memilih untuk kembali sebentar ke perusahaan karena ada beberapa hal yang harus diurus. Dan begitu sampai di kantor, mobil Algi kebetulan sekali berada di belakang mobil staff shooting Rangga dan dengan kedua matanya, Algi jelas melihat Rania yang turun membawa segala pakaian yang dipakai artisnya tadi. Membungkuk untuk berpamitan, Rania memilih masuk terlebih dahulu."Bang, aku turun di sini aja ya!" Belum sampai di depan pintu, Algi memilih turun duluan, dan iseng mengikuti Rania yang masuk ke elevator.Awalnya Algi mau ik
Flashback ke tujuh tahun yang lalu.Lelaki itu memegang sebuah map berwarna coklat berlari dengan mengerahkan segala tenaganya untuk sampai di sebuah kafe, di mana dia sedang ditunggu oleh kekasihnya.Algi yang saat itu belum terkenal, belum terjun di dunia musik hanya seorang anak SMA yang baru saja lulus sekolah. Map yang dia bawa adalah sebuah dokumen yang berisi informasi bahwa dia diterima masuk pelatihan musik bergengsi di Amerika. Hal itu yang mau dia sampaikan pada sang kekasih, akhirnya dia bisa memamerkan hasil jeri payahnya selama ini. Kalau sudah bisa ikut pelatihan di sana, Alagi bisa meraih impiannya untuk menjadi penyanyi dunia.Hobinya pada musik memang tidak main-main, hal yang akan selalu dia banggakan adalah ketika berhasil mempelajari musik. Baik itu alatnya, maupun instrumennya."El, liat ini?" Dengan raut wajah ceria, dengan mata berbinar, dengan senyuman sumringah, Algi memperlihatkan dokumen itu pada kekasihnya. "Aku keterima di Hig Music Amerika, yeaaayyy!!!"
Sejak perpisahan itu, Algi benar-benar tidak mendengar kabar tentang kekasihnya sama sekali. Bahkan dia juga bingung, apakah hubungan mereka masih ada atau tidak, karena dia rasa Elvera memutuskannya secara sepihak. Algi tidak merasa mengiyakan ucapan itu. Jadi, apakah sampai saat ini mereka masih menjalin hubungan atau memang sudah berakhir?"7 tahun El, aku berjuang bangkit dari semua luka yang kamu kasih. Aku yang sangat mencintai kamu itu, terpaksa harus merangkak, menghilangkan semua kenangan tentang kita dan itu tidak mudah! Ayoklah, kupikir kamu tidak akan menginjakkan kaki di kota ini lagi, kupikir kamu sudah pergi... Tapi sekarang, kamu malah berdiri di depanku. Iya, di depan seseorang yang kamu sakiti sampai aku masih ingat bagaimana tulang-tulang ini nyaris patah!"Sekarang dengan entengnya Tuhan membawa wanita itu, berdiri di atap yang sama. Berdiri dengan santai, seolah mereka adalah teman SMA yang bertemu saat acara reuni sekolah. "Elvera?" Matanya sungguh terbelalak m
Rania di depan kantor agensi, sedang berdiri menunggu taksi online yang akan membawanya pulang. Tapi sebelum itu, kedua matanya tak sengaja menangkap sosok aktor Rangga Dwijaya yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa bungkusan kue. Itu brownies yang terkenal itu, sepertinya mata Rania masih jeli walaupun dari jarak jauh."Hai, mau pulang ya?""Iya Kak, Kak Rangga juga?""Enggak, masih ada meeting nanti. Ini buat kamu!" Nyatanya yang dipegang Rangga malah diberikan pada Rania."Wah apa ini?""Kue dari penggemar, tadi ngasihnya dua. Karena aku tau kamu habis kesusahan jadi aku ngasih buat kamu. Dimakan ya."Ada rasa haru dan senang pada sang aktor yang ternyata perhatian pada staffnya."Makasih ya Kak Rangga, aku bakal makan kuenya nanti. Ah kalau gitu aku duluan ya, itu taksi aku datang." "Oke, hati-hati ya."Setelah memberi hormat, Rania memilih langsung masuk ke dalam taksi, meninggalkan Rangga yang masih berdiri di sana."Aduh aku lupa, itu kue brownies dan ada campuran tape
"Aahhh, alarmnya menyebalkan!" Tangannya meraba-raba setiap ruang di atas nakas, dan tersentuhlah benda kotak bercesing pink itu, lalu Rania mematikan bunyi yang melengking itu. Meski tak melihat angkanya Rania sudah tahu kalau ini pukul empat pagi. Dia ingat bahwa jadwalnya berangkat itu satu jam lagi, dia harus siap-siap sebelum mobil perusahaan menjemputnya.Dia meregangkan otot-otot, sebelum duduk sempurna. Namun begitu melihat ke sebelahnya, Rania sedang sendirian."Ke mana lagi orang itu?" Sunyi, tidak ada siapa-siapa kecuali dia sendiri. Sedikit tidak peduli, akhirnya Rania pergi ke lantai bawah, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.Tapi baru sampai di tangga paling atas, dia melihat pemandangan yang mengejutkan."Hah Algi... kenapa kamu?!" Rania panik dan buru-buru mendekat ke tubuh Algi yang sedang berjalan oleng dan mau terjatuh. Terlihat jelas, Algi memegangi perutnya dengen kencang.Begitu Rania meraih tubuh Algi, laki-laki itu menjatuhkan dirinya di bahu sang istri h