Hati Venus semakin sedih melihat perubahan sikap Reyshaka yang dingin dan jadi pendiam.Sang putra seperti kehilangan kebahagiaannya karena diliputi dendam.Venus dan Archio juga belum bicara banyak dengan Reyshaka karena sang putra selalu pergi pagi pulang malam, mereka jadi segan untuk mengajaknya mengobrol.Kebetulan saat ini Reyshaka memang tengah disibukkan oleh tender di Lombok yang baru akan dimulai.“Aku pergi, Bun.” Reyshaka mengecup punggung tangan Venus tidak lupa mengecup kening beliau lembut.Setelah sarapan pagi tadi sengaja Venus mengantar Reyshaka hingga teras depan dan Archio mengikuti mereka.“Iya sayang … hari ini Bunda sama ayah mau ke Bandung ya, mungkin beberapa hari di sana sebelum kembali ke Surabaya.”“Iya Bun, hati- hati ya … salam sama aki, nini dan Amara.” Reyshaka berpesan setelah itu dia beralih kepada Archio yang sudah berada di belakangnya.“Pergi dulu ya, Yah!” Reyshaka pamit.“Ya, hati-hati …,“ balas sang ayah.Venus mengembuskan napas panjang sepenin
Altezza harus dirawat di ruang ICU setelah kemarin malam terjatuh di kamar mandi dan dilarikan ke rumah sakit.Namira sampai meminta tolong kepada bapak dan ibu Sukiman, beruntungnya tetangga baik hati itu bersedia membantu.“Kamu pulang aja, biar Bapak di sini yang menunggu ayah kamu … kasian janin yang ada di dalam perut kamu, Mira.” Mana bisa Namira melimpahkan kewajibannya kepada pak Sukiman jadi dia menolak.“Bapak sama Ibu pulang aja, Mira yang akan menunggui ayah kalau-kalau nanti perawat membutuhkan Mira.” “Mir, kamu anggap kami apa? Kami juga keluarga kamu … Bapak bisa menggantikan kamu … kamu jangan sungkan, kamu harus memikirkan kondisi kamu dan bayi kamu.” Pak Sukiman bicara dengan nada tegas.Bu Sukiman mengusap pundak Namira. “Benar kata bapak, kita pulang ya? Kamu harus istirahat … tadi malam kamu sudah menunggui ayah kamu di sini … besok siang kita ke sini lagi.”Namira menoleh pada jendela kaca ruang ICU, dia bisa melihat ayahnya terbaring dengan mata terpejam dan m
Tok … Tok …Tok …“Masuk!” Reyshaka berseru dengan tatapan masih tertuju pada layar komputernya.“Selamat siang Pak Rey,” sapa pak Rudi yang kemudian masuk dengan sungkan.“Eh … Pak Rudi, ada apa Pak?” Sekarang Reyshaka memfokuskan perhatiannya kepada pengganti Doni itu.“Mau mengabarkan kalau rumah Pak Rey dan bu Namira sudah selesai, sudah bisa ditempati,” kata Pak Rudi setelah duduk di depan Reyshaka.Ekspresi wajah Reyshaka mengeras, dia menatap pak Rudi tajam membuat pak Rudi tersadar kalau mungkin ucapannya keliru.“Oh … maaf kalau saya salah mengira, Pak … karena hampir setiap hari telinga saya dicocoki dengan gosip yang menyebutkan kalau bu Namira adalah istri dari Pak Rey.” Reyshaka tidak berani menunjukkan kekesalannya kepada pak Rudi yang merupakan teman seperjuangan ayah Archio dalam membangun Mars Byantara Group di Jakarta.Dan lagi dirinya memang salah, pernah bersikap seolah-olah ingin menunjukkan kalau Namira adalah miliknya dengan menggenggam tangan Namira di depan
Tadi malam Reyshaka pulang larut sekali jadi bunda Venus dan ayah Archio tidak bisa bercerita mengenai pertemuan mereka dengan Namira.Kemarin, Namira memohon agar bunda Venus dan ayah Archio tidak memberitahu mengenai kehamilannya. Tapi menurut mereka, Reyshaka justru harus tahu kalau ada darah dagingnya sedang berjuang hidup di dalam perut Namira.Semoga saja kehadiran anak itu bisa meluluhkan hati Reyshaka.Dan pagi ini, akhirnya mereka bisa bertemu di meja makan saat sarapan pagi.“Khalis ….”Sorot mata Reyshaka tampak tajam tatkala mendongak menatap sang bunda yang memanggil namanya dengan sebutan yang sekarang paling dia benci.“Rey … maksud bunda, Rey ….” Bunda Venus meralat buru-buru membuat raut wajah Reyshaka melembut.“Kenapa, Bun?” tanyanya dengan nada rendah bersahabat.“Anter bunda sama ayah ke rumah Mistia ya … hari ini ada acara baby shower, usia kandungan Mistia sudah tujuh bulan.” Reyshaka menganggukan kepala. “Iya, Bun.” Dia menyanggupi.Biasanya akan ada Dandi di
Tubuh Namira menopang seluruhnya pada Reyshaka yang memeluknya erat bersama usapan lembut di kepala dan punggung.Dengan sabar Reyshaka menunggu hingga tangis Namira mereda tanpa sekalipun dia meminta untuk berhenti.Reyshaka ingin Namira meluapkan segala sedih dan gundah di dada yang selama ini dia pendam sendiri.Dan ketika sudah tidak terdengar isakan, Reyshaka menuntun Namira ke sofa tanpa melepaskan pelukan.Sampai mereka sudah duduk pun, Reyshaka tidak berhenti memeluk Namira.“Mas … udah enggak marah sama aku, kan?” Namira bertanya takut-takut.Dia menjauhkan kepalanya dari pundak Reyshaka karena tidak mendapat respon.“Mas … aku minta maaf, aku memang udah tahu kalau Mas adalah anak dari wanita yang pernah ayah nodai secara paksa … salah satu alasan kenapa aku memilih mengikuti ancaman pak Rivan untuk keluar dari Mars Byantara Group adalah agar kita enggak perlu bertemu lagi … anggap aja aku udah menanggung dosa ayah … karma dibayar lunas ….” Namira menjeda untuk mengusap air
Malam beranjak larut tapi tidak ada tanda-tanda Reyshaka akan pulang. Reyshaka masih betah karena pundaknya menjadi sandaran kepala sang istri sementara tangan besarnya mengusap perut Namira lembut.Mereka berdua tengah menikmati tontonan ajang pencarian bakat penyanyi berirama.“Kamu enggak ngidam ingin makan apa gitu?” Reyshaka mengecup kepala Namira setelah melontarkan pertanyaan tersebut.Dia ingat ucapan suaminya Mistia kalau ibu hamil itu pasti ngidam.“Kalau makanan enggak sih, Mas … tapi aku kok ingin perut aku diusap-usap sama penyanyi pria itu ya, Mas?” Namira menunjuk layar televisi di mana salah satu peserta pria ajang pencarian bakat sedang menyanyikan sebuah lagu.Raut wajah Reyshaka berubah kaku dengan rahang mengeras.Namira menyengir lucu agar suaminya tidak marah sebab tahu Reyshaka sedang cemburu.“Enggak ada ngidam yang lain?” Reyshaka bertanya sekaligus menawarkan.“Enggak … aku maunya perut aku diusap-usap dia, Mas.” Namira merengek.“Cari ngidam yang lain ya s
“Mas … kayanya aku enggak usah ikut deh, banyak dari keluarga Mas ‘kan enggak suka aku … apalagi Salsa hadir juga di acara itu.” Namira berujar takut-takut dengan suara rendah saat masuk ke ruang kerja suaminya di rumah mereka sembari membawa satu mug teh hangat.Besok adalah acara pernikahan salah satu sepupu Reyshaka dari pihak ayahnya yang akan dilangsungkan di sebuah hotel mewah di Jakarta.Kebetulan sepupu Reyshaka ini juga sepupunya Salsabila.Reyshaka paling tidak suka kalau Namira merasa rendah diri karena baginya Namira sangat berharga.Namira meletakan mug berisi teh manis hangat di atas meja Reyshaka.Dia lantas menunduk saat melihat tatapan Reyshaka yang menunjukkan protes.“Terus aku nanti sama siapa?” Reyshaka membalas dengan nada suara bersahabat.“Sama ayah, bunda, Amara dan Zaviya.” Namira mendapat kabar dari Amara kalau mereka sudah berada di Jakarta.Reyshaka menyesap teh manis buatan istrinya lantas termenung.“Kalau nanti di sana aku ketemu Salsa gimana?” pancing
Salsabila celingukan saat memasuki Ballroom, dia mencari sosok tampan yang telah menolaknya berulang kali namun tidak jua pergi dari hati dan benaknya.Tadi Salsabila mendengar percakapan antara bunda Venus dengan Amara yang mengatakan kalau Reyshaka juga menghadiri acara ini.“Salsa!” panggil salah seorang sepupu perempuannya.Salsabila menoleh, ternyata kebanyakan sepupu perempuannya tengah berkerumun di sana dan dia pun segera menghampiri.“Ayo kita selfie,” kata sepupu perempuan yang lain sembari mengangkat ponsel tinggi-tinggi.Beberapa pose berhasil tertangkap kamera ponsel sampai akhirnya MC memberi instruksi agar para keluarga dan tamu undangan segera berkumpul di depan pintu utama Ballroom untuk menyambut mempelai pengantin pria dan keluarganya.Saat kaki Salsabila hendak melangkah, tatapannya bersirobok dengan pria tampan yang dia cari sedari tadi.Pria itu tersenyum sembari melangkah dengan gagah mendekatinya, tatapan pria itu juga begitu hangat dan penuh cinta.Apakah Sals