“Reyshaka masuk ke rumah Namira dari pintu samping, ada asisten rumah tangga di sana sedang menyapu ruang makan.Wanita paruh baya itu terkejut lalu menatap nyalang pada Reyshaka yang jadinya menghentikan langkah di tengah-tengah ruangan.“Bapak siapa?” Asisten rumah tangga mengayun langkah hendak menghampiri Reyshaka sembari memegang gagang sapu kuat-kuat.“Ko seenaknya main masuk gitu aja!” Sambungnya dengan nada kesal.“Bi Sum … itu suami saya,” kata Namira membuat Reyshaka yang telah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan bi Sum jadi mengatupkan bibirnya kembali.“Oh … Maaf Pak, saya enggak tahu.” Bi Sum jadi malu, dia berulang kali meminta maaf kepada Reyshaka.“Enggak apa-apa, kita memang belum ketemu.” Reyshaka memaklumi.Salah dia juga yang belum memperkenalkan diri kepada pegawainya yang bekerja di rumah Namira.“Saya buatkan minum ya, Pak.”“Enggak usah … biar nanti saya yang buat, Bi.” Namira yang menjawab, dia mendekat dan berhenti di samping Reyshaka lalu mendongak mena
“Itu menantu saya,” kata ayah Altezza yang tengah berbaring di atas ranjang.Ekspresi wajah pria muda tadi melembut lalu mengangguk sebagai tanda hormat kepada Reyshaka.“Siapa nama kamu?” Reyshaka bertanya pada perawat ayah Altezza.“Indra, Pak.” Dia menjawab.“Bagaimana keadaan pak Altezza?” “Tekanan darahnya normal, makannya bagus … tapi obatnya udah mau habis, Pak ….” Indra menjawab dengan jelas.“Hari Senin antar pak Altezza ke rumah sakit untuk kontrol ya … jangan lupa daftar By phone dulu hari ini biar dapat nomor antrian.” Reyshaka memberikan instruksi.“Siap, Pak.” Diam-diam Altezza menatap Reyshaka yang kalau diperhatikan wajahnya mirip dengan Venus apalagi ketika pria itu bicara.Altezza berusaha melupakan Venus dengan membawa penyesalannya atas apa yang telah dia lakukan kepada wanita itu tapi takdir malah mempertemukannya dengan anak laki- laki yang lahir dari rahim Venus.Anak laki-laki itu bahkan menikahi putrinya.Reyshaka hanya mau setor muka saja kepada mertuanya,
Sekarang kehidupan Namira sudah membaik, menempati rumah yang nyaman, makan-makanan bergizi dan tidak perlu memikirkan biaya berobat ayah.Namira hanya harus berusaha dan fokus menyembuhkan diri sendiri.Tapi justru itu yang sulit karena Doni, Rivan dan Surya sering menyelinap dalam mimpinya memutar memori tentang kengerian malam naas tersebut membuat Namira menjerit panik lalu terbangun dengan tubuh banjir keringat serta napas tersengal.Tok …Tok …“Bu … saya masuk ya!” Suara Indra di luar sana terdengar panik.“Bu Mira … ini Bi Sum, Ibu enggak apa-apa?” Ternyata bukan hanya perawat ayah Altezza saja,Bi Sum yang kamarnya di bagian belakang rumah juga bisa mendengar jeritannya.Namira turun dari atas ranjang untuk membuka pintu.Ceklek.“Saya hanya mimpi, Bi … saya enggak apa-apa,” kata Namira dengan ekspresi menyesal karena telah mengganggu tidur mereka.“Apa perlu saya telepon Bapak, Bu?” Indra memberi ide, dia heran kenapa tuan rumahnya jarang sekali pulang.Indra jadi berpikir k
Sore harinya Raina masuk ke ruangan Reyshaka membawa stelan jas yang baru saja diambil dari rumahnya.Pria itu mandi dulu di kamar mandi yang terdapat di dalam ruangannya sehingga saat menghadiri acara—Reyshaka terlihat segar selain tampan.Raina yang menjadi pasangannya dalam pesta ini, dia juga tampak cantik dan menawan dengan gaun backless berwarna hitam yang memetakan tubuhnya begitu sempurna.“Pak, ijin gandeng tangan Bapak ya,” kata Raina meminta ijin setelah mereka turun dari dalam mobil.“Oh … Silahkan.” Karena memang beberapa CEO atau pengusaha lain yang tidak dalam status pernikahan akan menggandeng sekertaris perempuan yang menjadi pasangannya ketika menghadiri pesta.Reyshaka statusnya memang sudah menikah tapi pernikahannya dirahasiakan.Tentu saja Raina senang sekali, kamera ponselnya selalu menyala dan diam-diam menangkap moment bersama Reyshaka yang dianggapnya cukup mesra meski tidak memperlihatkan secara langsung wajah pria yang menjadi pasangannya.Jadi Raina hanya
Chapter 12 Sesungguhnya tidak ada yang Reyshaka kerjakan di ponselnya, hanya menggulir-gulir layar karena dia sendiri sedang merasakan gugup.Keputusannya untuk menginap di rumah Namira adalah karena mendapat info dari Indra mengenai kebiasaan Namira tengah malam.Sebagai suami tidak mungkin dia mengabaikan hal tersebut, hanya akan membuat Indra curiga.Selain itu Reyshaka mendapat informasi perkembangan theraphy psikis Namira dari dokter yang mengatakan kalau Namira membutuhkan dukungan penuh untuk menyembuhkan mentalnya.Peran Reyshaka sebagai seorang suami sangat berpengaruh besar bagi kesehatan mental Namira.Bahkan sang dokter menyarankan mereka untuk bulan madu.Padahal dokter tahu kalau Reyshaka menikahi Namira hanya untuk memberinya status.Dan jangankan bulan madu, tidur satu ranjang bersama perempuan asing selain bunda atau dua adik perempuannya saja baru sekarang dilakukan Reyshaka.Saran dokter tentang bulan madu malah mengingatkan Reyshaka dengan pesan pak Penghulu yang
Namira tersentak bangun saat mendengar kicau suara burung dan merasakan sinar matahari menembus melalui celah tirai hingga mengenai sebagian tubuhnya.Dia menoleh ke samping dan tidak menemukan Reyshaka.Lalu pandangannya tertuju pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul sebelas siang.“Ya Tuhan ….” Namira mengesah seraya menuruni ranjang.Dia tidur lelap sekali karena efek obat, dokter memang baru meresepkan obat tersebut berdasarkan hasil theraphy kemarin di mana Namira mengaku kalau sering bangun tengah malam dan kemudian tidak bisa tidur lagi hingga pagi harinya.Bergegas Namira keluar dari kamar menuruni anak tangga.“Bi … mas Rey udah pergi kerja?” Namira bertanya dengan raut panik membuat sang asisten rumah tangga bingung.“Iya Bu, bapak pergi pagi sekali tapi enggak pakai baju kerja … Bapak malah pakai sepatu olah raga, kayanya mau olah raga tapi jam segini belum pulang, kenapa ya?” Namira menduga kalau Reyshaka pulang ke rumahnya dulu untuk mandi dan berganti pakaian, se
Sesungguhnya Reyshaka merasa berat hati pergi ke Surabaya, bukan karena harus meninggalkan Namira yang masih sering histeris tengah malam saja tapi karena dia harus bertemu ayah dan mempertanggungjawabkan semua yang terjadi pada perusahaan di Jakarta.Namun sang bunda tercinta yang tahun ini genap berusia lima puluh enam tahun tengah berulang tahun jadi Reyshaka harus berkumpul dengan keluarganya di sana. “Mas Khaliiiissss.” Zaviya menyambutnya dengan sebuah pelukan.Amara datang dari arah dalam rumah dengan senyum lebar dan kedua tangan terentang.Reyshaka membuka satu lengannya untuk Amara sehingga kini dia bisa memeluk dua adik perempuannya sekaligus.“Kapan dari Bandung?” Reyshaka bertanya pada Amara.“Dua hari yang lalu, aki sama nini bawel banget nyuruh aku ke sini terus buat nyiapin pesta ulang tahun bunda,” kata Amara sembari mengerucutkan bibirnya.“Lho … mereka enggak datang?” Reyshaka menggiring kedua adiknya masuk lebih jauh ke dalam rumah.“Mereka udah tua banget, Mas …
“Khalis … ajak ngobrol Salsa di taman belakang ya, kami mau ngobrol sama Bude sama Pakde dulu.” Bunda mengedipkan satu mata usai berkata demikian membuat Reyshaka mengerti maksud dari semua ini.Reyshaka akan dijodohkan dengan Salsabila.Deg.Jantung Reyshaka berdetak tidak nyaman, wajahnya langsung pucat.Tidak, jangan sampai perjodohan itu terjadi.“Yah ….” Reyshaka menarik tangan ayah yang pergi paling terakhir.“Ngobrol aja dulu, nanti kasih tahu kami cocok atau enggak … tapi kalau bisa sih cocok ya, soalnya bunda udah deket banget sama Salsa.” Ayah berbisik sebelum meninggalkan Reyshaka, beliau tahu keresahan sang putra hanya dari sorot matanya.Reyshaka mengembuskan napas panjang, dia mengusap wajahnya kemudian membalikan badan.Baru ingat kalau Salsabila masih berdiri di sana.Keduanya menjadi canggung dan salah tingkah.“Kita ke sana aja ya,” ajak Reyshaka pada Salsabila yang menurut saja dituntun ke tempat di mana kedua adiknya sedang berkumpul.“Mbak Salsaaaaa.” Zaviya menya