"Tidak Angkasa …. bukan begitu, aku benar-benar tidak melakukannya." Angel buru-buru menjelaskan.Dia tidak bisa membiarkan Angkasa tahu sepicik apa dirinya, apalagi sampai membuat Tasya merasa menang. Lagipula, orang itu tidak akan mendukungnya, digigit matipun dia tak akan mengakuinya.Tasya malas menyaksikan sandiwaranya. "Apapun yang sedang kalian perankan, silahkan mainkan itu di rumah! Jika ada keberatan padaku silahkan langsung katakan saja. Tapi, Tuan Angkasa, kuharap kejadian hari ini kamu bisa memberiku penjelasan yang baik. Mohon maaf, aku sedikit lelah, silahkan kalian lanjutkan sendiri," Selesai mengatakannya, Tasya segera mundur dan kembali ke dalam rumah.BRAK!Suara pintu rumah yang tertutup sekaligus membatasinya dan Angkasa yang berada di luar pintu.Angkasa yang tidak siap itu hampir saja terdorong oleh pintu itu, tanpa sadar dia mundur selangkah untuk menghindarinya. Namun ia tak melihat tangga di belakangnya, begitu kakinya menginjak udara, dia langsung jatuh terg
Enam tahun yang lalu pria itu setelah mengkhianatinya, mengkhianati pernikahan mereka! Ketika memancing Angel, dia pasti tidak sedingin sekarang.Tasya masih ingat ketika bertemu dengan mereka di rumah sakit, Angkasa begitu memperhatikan Angel, ekspresinya begitu gembira ketika mengetahui Angel mengandung. Sampai saat ini, dia bisa membuang begitu saja wanita yang disukainya, kalau begitu dia yang pernah menjadi istrinya itu punya posisi apa di hatinya?Mungkin …. sejak awal Tasya telah salah, tidak seharusnya dia mencintai pria itu. Dia memang berdarah dingin, batu yang tidak bisa diganggu gugat. Meskipun sudah tahu hal ini dari awal, tapi hati Tasya tetap mencintainya.Penderitaan yang dialaminya enam tahun yang lalu kembali berputar dalam pikirannya, api yang berkobar ditambah dengan suara pengawal yang dingin dari luar, yang mengatakan bahwa ini adalah perintah Angkasa! Sampai saat ini, dia masih dapat merasakan keputusasaan yang menggerogoti raganya.Pria seperti itu, satu-satuny
"Bodoh, kamu sendiri tahu, yang kuinginkan bukanlah terima kasihmu. Segera beritahu aku kalau kamu butuh bantuan. Zayn lumayan nakal, kalau dia menghambat rencanamu, aku akan mengirim orang untuk menjemputnya pulang!""Tidak perlu, keberadaan Zayn justru memberiku motivasi. Dia disini baik-baik saja, tenanglah …. ditambah lagi, Angkasa cepat atau lambat akan tahu keberadaan Zayn," ujarnya dengan tenang "Justru, jika menghindarinya bukan sebuah solusi, asalkan dia sejak awal telah memutuskan bahwa Zayn bukan anaknya, maka Zayn akan aman."Kata-kata Tasya membuat Khiar kehilangan kata-kata. "Aku akan mendukung apapun yang kamu lakukan.""Terima kasih, Khiar. Hanya saja, hari ini kecurigaannya padaku cukup besar, untung saja aku cepat tanggap, aku berencana membuang bekas luka bakarku, apa kamu tahu siapa yang bisa dipercaya?" Begitu Tasya teringat akan Angkasa yang baru datang tanpa terkendali, hatinya sedikit takut.Kali ini bisa menghindarinya, tapi bagaimana dengan lain kali?Kalau i
Setelah satu jam berlalu, Tasya akhirnya bertemu dengan Dokter tersebut di desa Arjasari."Apakah Anda Dokter Wade? Aku datang kemari karena Khiar," ucap Tasya.Mendengar Khiar yang mengenalkan tempat itu padanya, dokter itu bersikap begitu hormat pada Tasya. "Ahh …. Khiar telah memberitahuku semuanya, jika memang begitu, bisa kita mulai."Tasya berbaring di atas kasur, menahan jarum-jarum kecil yang menusuk-nusuk kulitnya, dan sekali lagi dia kembali pada ingatannya tentang kebakaran enam tahun yang lalu. Begitu panas, begitu membuat orang putus asa!Sekujur tubuhnya bermandikan keringat dan darah, namun dia mengertakkan giginya dengan erat, tanpa berkata apapun sampai selesai.Pekerjaan itu memakan waktu cukup lama, namun Tasya tetap bertahan meskipun di tengah-tengah fia merasa pusing. Bahkan, dokter itu pun khawatir melihatnya yang pucat pasi. Tapi, Tasya tetap memintanya meneruskan pekerjaannya.Ketika sudah selesai, seluruh tubuhnya terasa lemas, setelah beristirahat sejenak bar
Adelia segera membalikkan badan, dia melihat Zayn yang membuka pakaian Tasya, melihat bekas operasi yang terlihat masih baru di tubuhnya.'Mama …. sebenarnya apa yang terjadi?' Zayn tidak mengerti, dia hanya menyipitkan matanya. "Aku harus mencari tahu kenapa Mama melakukan operasi!"Ekspresi Zayn yang menyipitkan matanya itu sangat mirip dengan Angkasa, membuat Adelia menghela napas. Namun, itu justru membuat Zayn tersadar dari pikirannya sendiri. "Tante Adelia?""Mamamu sekarang sudah tidak apa-apa, jangan khawatir lagi, ya .… Aku akan membeli makanan, kamu jangan kemana-mana," ucapnya membelai rambut bocah itu. "Malam ini aku akan menginap di sini untuk menjaga Mamamu, sebentar lagi aku akan mengantarmu pulang, apa kamu tidak takut dirumah sendirian?" Sambil Adelia mengelus kepala Zayn, hatinya timbul secercah rasa sayang.Anak ini meskipun kecil tapi banyak cerdas, banyak ide. Tapi, bagaimanapun juga dia adalah anak kecil. Melihat Mamanya sedang dalam bahaya, tak urung dia pasti m
Untuk satu hal ini Zayn tak mengerti, tapi dia tidak tahan melihat orang lain menyiksa ibunya, apalagi Angkasa! Sepertinya pelajaran yang diberikannya pada Angkasa tidak cukup.Bibir Zayn mengembang, dia ingin melakukan sesuatu, tapi tiba-tiba teringat akan kejadian lalu di mana dia hampir ketahuan. Akhirnya dia berpikir sejenak, lalu menutup komputer. Bocah kecil itu mengeluarkan ponsel, mencari nomor telepon David yang baru hari ini dimintanya, lalu segera meneleponnya."Halo, siapa ini?" Suara manja kekanak-kanakan dari seberang sana terdengar.Zayn menjawab dengan dingin. "Ini aku, Zayn.""Zayn? Kamu meneleponku! Bagus sekali! Apa kamu sudah berniat untuk berteman denganku?" David langsung melompat kegirangan.Karena dia adalah cucu sulung dari keluarga Angkasa, maka semua orang begitu menghormatinya, tidak ada yang berani berteman dengannya. Hanya satu, Zayn yang hari ini baru masuk pertama kali, dia yang berani berebut barang dengannya. Bahkan, Zayn tidak menjaga sikap di depann
Adelia menatap Tasya dengan kebingungan. 'Apa yang akan kamu lakukan sebenarnya?'Dia ingin Tasya menyelesaikannya secara adil, tapi siapa pihak lawannya itu? Lawannya adalah Angkasa! Seorang Tuan Muda di Bandung, Konglomerat di kota ini.Hanya dengan menghentakkan kaki saja, dia bisa membuat orang di kota ini ketar-ketir, apa yang bisa dilakukan oleh rakyat biasa seperti dirinya ini? Yang bisa dilakukannya untuk Tasya hanyalah sebuah tempat tinggal, sebisa mungkin menutupi permasalahan ini untuk membantunya.Adelia bisa merasakannya, kali ini Tasya memiliki rencana tersendiri dalam kepulangannya, bahkan mungkin ada sesuatu yang akan dilakukannya. Tapi, Tasya tidak mengatakannya padanya, dia juga tidak enak bertanya. Sampai saat ini ketika dia melihat Tasya yang begitu kesakitan, Adelia merasa sedih yang tak dapat diungkapkan.Susah payah dia menenangkan Tasya, namun air mata terus mengalir dari matanya tanpa henti. Tasya tidak berhenti mengigau, tidak berhenti berkata dan terus meman
Pagi hari.Saat Zayn membuka matanya, dia melihat samar bayangan seorang perempuan. "Mama! Kamu sudah pulang!" Sahut Zayn melompat dari kasur dengan girangnya. "Apa MamaSm sudah baikan?""Ya, Mama sudah baikan," jawab Tasya sembari mengelus kepala Zayn, merasa dialah malaikatnya seumur hidupnya, hadiah terbaik dari Tuhan."Hari ini, kamu tidak perlu ke sekolah, Mama juga tidak apa-apa, pergilah bermain setelah sarapan," Tasya berharap anaknya juga punya kehidupannya sendiri, karena itulah dia membawa anaknya pulang dan menitipkan Zayn pada Adelia, itu membuatnya tenang.Zayn tersenyum sambil menggenggam tangan Tasya, dia menariknya ke meja makan, lalu berkata pelan. "Mama, aku temani Mama makan dulu, hari ini aku memang mau keluar sebentar …." ucapnya dengan mata yang berbinar. "Aku sudah janjian dengan seorang teman di sekolah, apa kamu mengizinkanku pergi?"Melihat kedua mata anaknya itu berbinar-binar sambil memohon, Tasya tak sanggup menolaknya. "Ya, tapi kamu harus hati-hati, seg