Share

36. Kerikil di Tengah Jalan

Haidar tergolek di ranjangnya. Tak mampu membuka mata akibat kepalanya yang terasa sangat berat. Setiap kali dia mencoba menyalangkan mata, dunia seakan berputar.

“Agung mana, Ma?” tanya Haidar.

Clarissa sedang merias diri di depan cermin. Bersiap untuk turun, menikmati sarapan pagi.

Mulut Clarissa melancip ketika dia meraih ponsel di dekatnya. Dia tidak senang rutinitas paginya terganggu.

“Panggil dokter! Papamu kambuh!” Clarissa langsung memberi perintah begitu Agung mengangkat panggilannya.

Dia meneruskan lagi dandanannya. “Tunggu saja, Pa!” ujarnya. “Sebentar lagi Dokter Ryan datang.”

Haidar mengembuskan napas kencang. Sikap cuek Clarissa menyenakkan dada. Wanita itu tak begitu mengkhawatirkan keadaannya, padahal dia selalu bersedia melakukan apa saja untuk Clarissa.

“Makanya, Pa … sudah tahu darah tinggi, masih saja marah-marah,” omel Clarissa. Dia meninggalkan meja rias. Meraba kening Haidar. “Untung enggak demam.”

Di kediaman Agnes, Aksa sedang bersiap memanaskan mobil.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status