공유

5. Rampok

last update 최신 업데이트: 2022-10-06 23:19:19

Syamil tengah berjalan di trotoar sambil menenteng nasi bungkus. Awalnya ia ingin makan di tempat, karena sudah tidak kebagian bangku duduk, Syamil memutuskan pulang saja. Perutnya masih tidak nyaman kalau memaksakan makan mie instan lagi. Waktu ia sakit, untunglah Hani memberikan makanan sehat untuknya sehingga ia lekas pulih.

"Eh, bungkusan apa itu?" Syamil berjalan lebih cepat untuk melihat bungkus makanan yang terjatuh, rupanya berisi buah jambu potongan. Kepalanya menoleh ke kanan dam ke kiri untuk mencari pemilik buah yang mungkin tanpa sadar sudah menjatuhkan bungkusan tersebut.

Syamil mengangkat bungkusan itu dan seketika itu juga ia melihat sandal yang sangat ia kenali. Sandal Hani. Ditambah dengan bungkusan buah jambu, Syamil yakin pemilik buah ini adalah Hani.

"Mbak Hani! Mbak Hani!" Syamil berlarian ke sana-kemari mencari keberadaan Hani, tetapi ia tidak menemukan wanita hamil itu. Syamil semakin panik, ia mencoba menghubungi Joko, tetapi tidak diangkat.

Suara berisik di balik tembok membuat Syamil memberanikan diri untuk masuk ke sana. Ada lorong panjang yang bisa terhubung dengan gang sebelah. Syamil juga memungut beberapa batu berukuran sedang di jalan, lalu dengan menguatkan kedua tungkai kaki agar tidak gemetar, Syamil terus berjalan mencari keberadaan Hani. Tidak lupa potongan buah jambu yang sudah ia pegang kuat.

"Woy! Ngapain lu?!"

Puk! Puk!

Syamil membabi buta melemparkan batu kerikil pada dua pria yang seperti sedang ingin menyakiti seseorang. Dua pria itu pun lari tanpa memperlihatkan wajahnya.

"Ya Allah, innalillahi, Mbak Hani!" Syamil menghampiri Hani yang sudah terduduk lemas dengan derai air mata. Sudut bibirnya nampak terluka dan juga pipi yang biru.

"Ya Allah, apa yang terjadi, kenapa mereka lakukan ini pada Mbak Hani?" Syamil yang bingung, terpaksa menggendong Hani, tetapi tidak mungkin melewati lorong yang tadi, karena sangat sempit. Tidak akan muat dilalui olehnya dan juga Hani. Maka Syamil memutuskan lewat gang yang bersebelahan dengan gang kosannya. Semua mata memandang Syamil dengan terheran. Pemuda itu berlari untuk membawa Hani pulang ke rumahnya.

"Kenapa Mbak Hani?" tanya ibu tetangga yang sedang membeli siomay yang kebetulan lewat di depan rumahnya.

"Ada yang ganggu, Bu. Tolong saya bukakan pintu rumah Mbak Hani, Bu. Kuncinya ada di gelang tangan Mbak Hani." Wanita setengah baya itu pun membantu membukakan pintu untuk Syamil dan Hani. Bahkan ia juga langsung ke dapur rumah Hani untuk membuatkan teh.

"Bang, siomaynya dua lagi!" Seru ibu itu pada pedagang siomay.

"Mbak, ayo minum!" Syamil mendekatkan bibir cangkir pada Hani. Wanita itu masih terisak ketakutan, tetapi ia mau menelan teh yang diberikan Syamil.

"Neng Hani, makanya kemarin Ibu bilangin, jangan keluar malam. Di sini walau banyak mahasiswa, tetap saja rawan begal atau copet. Udah, jangan sedih, yang penting sekarang Mbak Hani aman." Ibu itu mengusap rambut Hani dengan lembut penuh keibuan.

"Ini makan dulu somaynya, Ibu tahu, Mbak Hani pasti belum makan kan?" Hani mengangguk.

Gadis itu masih bungkam saat Syamil dengan sabar ikut menyuapi Hani. Pemuda itu belum berani bertanya siapa yang tadi telah membuat Hani terluka. Hingga somay dalam piring tandas, Hani masih saja bungkam.

"Syamil, buah jambu aku tadi kenapa kamu pakai buat lemparin perampok itu? Sekarang aku jadi gak punya jambu, padahal aku pengen banget! Aku minta tolong kamu tadi siang, sampai sore kamu gak balik-balik. Bikin aku sedih dan bingung. Aku mau makan jambu air, hua.... " Syamil dan Bu Retno saling pandang. Tanpa menunda lagi, Syamil berlari keluar untuk segera membelikan Hani buah jambu yang seperti ia lemparkan pada perampok tadi.

Hari yang sungguh melelahkan. Setelah mendapatkan buah jambu sesuai keinginan Hani, wanita itu malah sudah tertidur. Syamil menggaruk kasar rambutnya menahan kesal. Tadi pingin jambu, udah dibeliin sampai keringetan lari, sampai di rumah dia malah tidur. Dasar wanita hamil, memang selalu labil!

Bu Retno tertawa melihat ekspresi Syamil yang kesal.

"Taruh saja di meja. Nanti kalau Hani terbangun, pasti dimakan. Kasihan wanita ini. Dia korban dari kesalahan orang tua dan keluarga, sehingga terpaksa mau dinikahi untuk menjadi istri kedua. Setelah ia hamil, istri tua dan suaminya yang dosen itu malah membuangnya kemari. Kamu baik-baik dengan Hani ya, Syamil. Hani terlihat pecicilan dan gak bisa diam, hanya untuk menutupi kesedihannya. Oh, iya, peristiwa malam ini, besok akan saya laporkan pada Pak RT. Jika nanti kamu dimintai keterangan, bisakan?"

Pemuda itu mengangguk kaku. Ternyata Hani yang dilihat dengan mata secara langsung, sangat berbeda dengan aslinya yang penuh dengan ujian hidup. Untunglah wanita ini tidak depresi dan pantas saja calon kakak iparnya memintanya mengawasi Hani, karena memang wanita ini sangat butuh ditolong dan diperhatikan.

Syamil pun pamit undur diri. Nasi bungkus yang ia beli tadi sudah tidak tahu di mana ia lemparkan tadi. Untunglah Bu Retno mentraktirnya siomay, sehingga rasa laparnya terobati.

Begitu sampai di kamar kos, Syamil mandi karena badannya begitu lengket karena keringat. Setelah segar, Syamil menyempatkan memantau rumah Hani dengan teropong miliknya. Rumah sudah dalam keadaan gelap dan juga pintu sudah tertutup rapat. Tandanya Bu Retno sudah pulang dan Hani tinggal sendirian. Semoga saja wanita itu tidak apa-apa setelah menjadi korban perampokan. Batin Syamil.

Kring! Kring!

Ponselnya berdering. Syamil menurunkan teropongnya, lalu masuk ke dalam kamar. Ada nama Om Didin muncul di layar.

"Halo, Om, assalamu'alaikum."

"Halo, Sya, wa'alaykumussalam. Gimana kabar kamu dan gimana kabar Hani?"

"Kabar saya buruk, Om, karena wifi habis."

Terdengar suara tawa di seberang sana.

"Oke, nanti saya kirim uang untuk kamu bayar wifi ya. Terus, Hani gimana? Apa masih pakai baju seksi?"

"Kemarin udah pakai gamis, Om, tetapi dia buka lagi, gak betah, katanya gerah."

"Oh, iya Mbak Hani baru saja kecopetan Om di dekat kosan. Untunglah saya datang tepat waktu. Sehingga gak ada yang hilang, cuma bibirnya terluka sedikit." Syamil pun menceritakan kronologi kejadian Hani sampai dengan masalah jambu air.

"Sya, wanita hamil memang seperti itu. Cerewet dan banyak maunya. Kamu harus sabar dan belajar jadi suami siaga. Siapa tahu Hani nanti jadi janda, malah jodohnya sama kamu."

"Om, saya pipis aja masih suka zigzag airnya, mana mungkin udah mikirin nikah. Apalagi sama janda yang pake bajunya gak pernah cukup bahan. Udah, ah, saya mau tidur dulu."

"Tunggu, Syamil, saya mau minta tolong. Kalau ceritanya seperti yang kamu sampaikan tadi, saya rasa ini bukan perampokan biasa. Mungkin memang ada yang ingin melukai Hani dan bayinya. Saya titip dulu ya. Lusa saya mungkin ke Bandung. Usahakan Hani jangan keluar malam atau siang-siang sendirian."

"Baik, Om Didin."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (6)
goodnovel comment avatar
Potato Peach
om didin siapanya hani?? terus klu calon kk iparnya syamil kok d panggil om kan bingung
goodnovel comment avatar
Efriadi Jabar
om didin pastilah manusia, iya kan.
goodnovel comment avatar
Diganti Mawaddah
Bodyguard Syamil adalah pulsa wifi ha ha ha
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   133. Asoy

    Keduanya sudah mandi dan juga solat magrib berjamaah. Syamil memimpin dengan membaca surah Ar Rahman yang isi surah tersebut adalah tentang cinta kasih. Bahkan Syamil menangis saat membacakan surah tersebut. Hani pun ikut menangis, sehingga Syamil begitu terharu melihat sang Istri. "Sudah, kan sudah selesai solat, air matanya masih turun aja! Neng terharu dengan surah itu ya?" Syamil mengusap kepala Hani dengan lembut. "Saya nangis bukan karena terharu, tapi karena kecapean berdiri. Surahnya kepanjangan. Rokaat pertama surah Ar-Rahman, rokaat kedua Surah Yasin, hiks.... " Syamil tertawa terpingkal-pingkal. Ia benar-benar keterlaluan pada istrinya. Bisa-bisa nanti Isya, Hani gak mau jama'ah lagi gara-gara kepanjangan ayat. Hu hu hu... "Neng, maaf ya. Sini, biar saya pijitin!" Syamil tidak tega dan tentu saja langsung meminta maaf. Kedua kaki istrinya ia pegang dan ia pijat dengan lembut. Hani pun membiarkan Syamil memijat kakinya karena memang rasanya sakit dan pegal. "Maaf ya, sa

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   132. Pengantin Baru

    "Apa ini, Mi?" tanya Syamil saat ummi-nya menyodorkan sebuah kartu mirip kartu ATM. "Buat kamu bulan madu. Biar gak digangguin pembaca, he he he.... ""Ya Allah, Ummi, makasih ya, Mi." Syamil memeluk ummi-nya dengan penuh rasa haru. "Ummi ini kapok, mungkin karena waktu pernikahan kamu yang pertama Ummi gak kasih hadiah nginep di hotel, makanya jadi gitu. Sekarang Ummi mau memperbaiki kesalahan Ummi. Kamu dan Hani selamat menikmati menginap di hotel selama empat hari. " Kalian bisa jalan-jalan naik speedboat, bisa ke Dufan sekalian, bisa main ke sea world. Menikmati makan malam romantis di depan pantai Ancol." Bu Umi menjelaskan dengan penuh antusias. Ia memang sudah menyiapkan semua untuk Syamil dan juga Hani. "Mi, terima kasih ya," ujar Hani akhirnya, setelah sejak tadi hanya memperhatikan Syamil dan ummi-nya berbincang. "Sama-sama Hani. Ummi lega ternyata kamu ibu kandung Syam, sehingga Ummi dan Syam tidak akan dipisahkan." Bu Umi sudah berkaca-kaca. Hani memeluk mertuanya. "

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   131. Alhamdulillah

    Salah satu orang yang paling tersedu-sedan di ruangan itu adalah Bu Restu. Dengan baju kebaya sederhana yang dipinjamkan Bu Umi, serta selendang panjang yang ia pakai di kepala, Bu Restu terus terisak. Ia begitu terharu bisa menyaksikan momen anak bungsunya menikah dengan sebenar-benarnya menikah."Mama, maafkan Hani. Mohon ... d-doa restu Mama." Kalimat itu ia ucapkan terbata-bata diantara linangan air matanya. "Pasti Mama doakan, Sayang. Semoga bahagia selalu ya, Nak. Maafkan Mama." Keduanya saling berpelukan erat. Dilanjut dengan sungkem pada Hadi."Akhirnya adik Abang menikah juga. Selamat yq, Hani. Semoga sakinah, mawaddah, wa rohmah." "Makasih, Bang. Hani minta doa dan restunya." Adik dan kakak itu pun saling berpelukan sambil menangis Syamil yang ikut sungkem pada Bu Restu."Mohon doa restunya, Ma," bisik Syamil dengan suara bergetar menahan tangis."Titip Hani ya. Mama pesan, tolong jaga Hani. Jika kamu sedang marah, tolong jangan berkata kasar pada Hani. Mama percayakan an

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   130. Akad Nikah

    "Beneran kamu gak mau ikut melamar wanita yang akan menjadi kakak ipar kamu?" tanya Pak Rahmat pada Zahra. Dirinya dan Raka sudah bersiap berangkat karena taksi online sudah menunggu di depan pagar rumah. "Nggak, Pa, semoga acaranya lancar." Zahra tidak berani menoleh pada Raka. Ia hanya menatap papanya saja sambil tersenyum tipis. "Ya sudah kalau begitu, Papa dan Raka berangkat dulu. Besok pagi Papa InsyaAllah sudah ada di rumah." Zahra mengangguk paham. Wanita itu masih berdiri di depan pintu sampai taksi yang ditumpangi papa dan Raka meluncur pergi. Kemarahan Raka kemarin, sangat membuatnya syok dan sadar, bahwa selama bertahun-tahun hanya dirinya yang memendam perasaan itu, sedangkan Raka tetap menganggapnya sebagai adik. Zahra merapikan semua baju untuk ia masukkan ke dalam tas. Tekadnya sudah bulat untuk kembali bekerja dan tinggal di kosan saja. Jika ia tetap di rumah, maka kenangan almarhumah mamanya dan Raka pasti mengusiknya dan membuatnya susah sadar diri. "Mbak Zahra

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   129.Pengakuan

    Kehadiran Raka di rumah tentu saja membuat Pak Rahmat sedikit lega. Meskipun hanya satu malam saja putranya menginap, paling tidak, pria itu merasa ada teman bicara. Masalah yang menumpuk membuatnya stres memikirkan masalah anak-anaknya.Jika Pak Rahmat senang dengan kehadiran Raka, menemani Raka makan di ruang makan, tetapi tidak dengan Zahra yang masih belum keluar kamar sejak mulai Raka tiba di rumah. "Ck, ya ampun Zahra belom sembuh juga ngambeknya," gumam Raka saat nasi dalam piring hampir habis. "Ya, nanti kamu bicara saja dengan Zahra. Ada hal yang harus kamu ketahui, tetapi lebih baik Zahra sendiri yang memberitahu." "Maksud Papa? Hal penting apa, Pa? Berkaitan dengan Syamil?" Pak Rahmat mengangkat bahunya. "Bisa jadi." Jawaban ambigu Pak Rahmat membuat Raka menghela napas. Pasti ada ha besar yang ditutupi papa dan adiknya. Pak Rahmat memang sudah menimbang untuk tidak membicarakan masalah perasaan putrinya pada Raka. Ia tidak mau ikut campur terlalu dalam, apalagi soal

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   128. Penjelasan Raka

    "Wah, calon pengantin jangan suudzon dulu!" Raka mengulurkan tangan ingin berjabat dengan Syamil. Pemuda itu pun membalas jabat tangan Raka tanpa senyuman. Wajahnya masih masam karena merasa cemburu dengan Raka. "Mas Raka udah tahu status kita, Sya. Mas Raka ke sini hanya mau anter oleh-oleh dan meluruskan masalah dengan saya. Semua udah selesai kok." Hani menambahkan dengan bijak. Syamil tidak menyahut. Ia duduk memutuskan duduk di samping Raka dengan muka yang masih ditekuk. "Ya sudah, menurut saya masalah diantara kita sudah selesai. Doakan masalah saya juga selesai ya, Hani." Raka berdiri dari duduknya. "Mas, habiskan dulu tehnya!" Hani mengangkat cangkir teh yang masih ada setengah cangkir lagi. Raka pun duduk untuk menghabiskan tehnya. Hani dan Syamil saling pandang. Hani mendelik karena wajah Syamil masih saja masam, padahal Raka sudah menjelaskan. "Saya pamit deh, naik taksi online-nya dari depan saja. Oh, iya, Sya, jangan lupa undang saya saat kalian menikah ya. Selagi se

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status