Share

8. Syamil yang Semringah

Syamil tidak bisa berhenti tertawa, bahkan setelah ia masuk ke dalam kamar kosnya. Pemuda itu berhenti sejenak saat mengucapkan salam, setelah itu kembali terbahak.

Ya ampun, habis ketemu bini orang, Syamil jadi gak waras. Batin Didin yang memperhatikan pemuda itu tanpa berkedip.

"Ada apa, Sya? Pulang-pulang malah ngakak. Istighfar, Sya. Kamu kenapa?" tanya Didin saat Syamil tak kunjung berhenti tertawa saat ia sudah duduk di kasur.

"Sya!" Didin semakin panik dengan mengguncang tubuh Syamil yang tidak beraksi saat ia tegur.

"Audzubillahi minassyaitonirrojiim. Bismillahirrahmanirrahim. Cuih! Cuih!"

"Jiah, kenapa disembur, Om? Ih, jijay!" Syamil mengambil dua lembar tisu untuk membasuh wajahnya yang terkena air liur Didin yang muncrat. Merasa tidak puas dan sangat mengerikan dengan baunya, Syamil berlari keluar kamar untuk mencuci muka. Kali ini Didin yang tertawa terpingkal-pingkal. Ia sudah salah sangka dengan mengira Syamil kerasukan jin istri tetangga, rupanya bukan.

Syamil masuk lagi ke kamar dengan wajahnya yang sudah segar dan bersih. Pemuda itu juga menyikat giginya sebelum tidur.

"Maaf, Sya, saya kirain kamu kerasukan, makanya saya sembur!" Didin menatap Syamil dengan perasaan tidak enak hati.

"Itu buka nyembur, Om, tapi meludahi. Ya Allah, sabar." Didin terbahak, lalu mengambil tangan Syamil untuk berjabat.

"Maaf ya, Syamil. Saya janji gak bikin lagi. Saya cuma khawatir saja. Oh, iya, memangnya agak apa yang membuat kamu tertawa bahkan sampai duduk di kasur pun tawa kamu tidak berhenti, karena setahu saya hanya orang yang gak waras atau orang yang sedang diguna-guna yang tertawa tidak bisa berhenti," terang Didin membela diri. Syamil pun maklum maksud dari calon abang iparnya, hanya saja ia masih syok dengan baunya.

"Mbak Hani itu tadi minta dibelikan jus tetapi gak ada tukang jus yang buka. Jadi saya bawakan aja juz tiga, ayat qursi. Mbak Hani marah karena ia mengira saya tengah mengusir setan, ha ha ha... aduh, Om, Mbak Hani itu pelawak dan lucu loh. Kenapa bisa ia dicampakkan suaminya ya?" Syamil sudah berhasil menghentikan tawanya. Pemuda itu pun sudah berbaring dan siap untuk tidur. Hanya Didin yang masih duduk di atas karpet sambil memegang ponsel.

Ya, kamar kos Syamil hanya punya satu ranjang single. Cukup untuk badan tidak terlalu besar seperti Syamil, sedangkan Didin tentu saja tidak muat, sehingga pria itu tidur di atas karpet cukup tebal milik Syamil. Ia tidak masalah dan juga tidak tersinggung, karena memang sudah terbiasa tidur beralaskan tikar ataupun karpet.

"Oh, gitu, jadi jus nya gak dapat?" tanya Didin lagi diikuti anggukan Syamil.

"Om tahu gak kenapa Mbak Hani dibuang suaminya?"

"Nggak tahu kalau itu. Suami yang buang istri, sudah jelas tidak sayang dengan pasangannya. Makanya jangan tanya apapun pada Hani, apalagi ia sedang sensitif. Jangan tanyakan apapun tentang kehidupan Hani, jika ia tidak bercerita sendiri."

"Siap, Om. Pesan Om akan saya ingat. Udah ya, Om, saya mau tidur dulu." Syamil menutup mulutnya saat menguap. Lalu pemuda itu pun memejamkan matanya.

Ting!

Calon Istri

Pesan masuk dari Laila yang tidak lain adalah kakak Syamil.

Gimana Syamil, Bang? Apa semua aman?

Aman, Laila. Anaknya udah tidur. Syamil anak baik dan solih, InsyaAllah bisa menjaga dirinya. Saya mungkin besok balik ke Jakarta, langsung ke rumah ya untuk ambil undangan kita. Acara kita dua minggu lagi, saya belum keliling bagiin undangan.

Send

Didin berbalas pesan dengan calon istri hingga larut malam. Setelah Laila lama tidak membalas pesan darinya, barulah ia pun ikut memejamkan mata.

Suara sholawat yang mengalun merdu dari masjid dekat kosan, membuat Didin terbangun, begitu juga dengan Syamil. Keduanya bergantian mandi, lalu berwudhu untuk melaksanakan salat subuh di masjid. Mereka tentu saja berjalan melewati rumah Hani yang masih padam semua lampu rumahnya.

"Sya, kamu balikkan saat acara nikahan saya dan teteh kamu?" tanya Didin pada Syamil saat mereka menyusuri troatoar jalan menuju masjid.

"Iya, Om, bisa dipecat jadi adik kalau saya gak pulang. Semoga saja Mbak Hani gak minta ikut, ha ha ha.... " Didin menatap Syamil sambil tersenyum. Hatinya berkata, sejak masuk bangku kuliah, Syamil lebih sumringah dan banyak tertawa. Apakah karena memang ia gembira dengan lingkungan barunya atau ia gembira karena ada istri orang yang selalu membuatnya tertawa?

"Kalau Hani minta ikut, memang mau kamu ajak?" tanya Didin serius.

"Nggaklah, mana saya punya ongkos buat bayarin istri orang. Lagian nanti saya digampar ummi kalau ketahuan pulang bawa perempuan hamil." Didin pun tertawa.

Sebagai manusia, khususnya lelaki yang sudah malang melintang di dunia drama percintaan, ia bisa mengetahui bahwa Syamil begitu senang karena ada Hani yang lucu sekaligus mengesalkan yang menemani harinya sebagai mahasiswa baru. Hanya saja Syamil belum dapat memahami perasaannya karena pemuda itu masih sangat belia. Namun, di dalam hatinya masih berharap agar Syamil fokus belajar dulu ketimbang memikirkan masalah hati.

"Sya, udah pulang solat ya? Tadi do'ain aku gak? Eh, ada Om," sapa Hani yang kembali sudah memakai tank top saja dan rok panjang. Syamil dengan cepat menutup matanya, lalu melemparkan sajadah yang ia bawa pada Hani. Tidak aka sakit, karena sajadah itu amat ringan. Didin memilih menunduk, merasa malu dengan pakaian yang Hani kenakan.. Pantas saja Syamil mengeluh karena memang terlalu berlebihan seksinya.

"Ih, kenapa aku dilempar sajadah?" tanya Hani tidak terima.

"Tutupi itu lengannya, malu dilihat orang!"

"Oh, oke!" Hani pun melakukan seperti yang Syamil katakan. Didin masih membuang pandangan, tidak berani juga menatap gadis hamil yang pakaiannya terlalu berani.

"Udah, ginikan?" Hani menunjukkan sebelah lengannya yang sudah tertutup sajadah.

"Ya Allah, sajadahnya bukan dijadikan manset lengan, Mbak. Tapi ditutup semua itu sama pundak, kayak lagi pake pasmina. Bukan sajadah saya digulung-gulung di tangan. Astaghfirullah, ya Allah, tolong panjangkan usia hamba."

Didin tertawa terpingkal-pingkal melihat Hani yang sangat polos dan juga Syamil yang ternyata sangat menderita menjadi mata-mata.

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Nasri Lina Salsabila
sich syamil lucu
goodnovel comment avatar
Zholok's Usman
nice bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Joko Umbaran
bikin males banyakan di kunci
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status