Share

BAB 7

Author: Nadira Dewy
last update Huling Na-update: 2024-01-18 11:57:44

"Ada apa?" Tanya Edward. 

Matanya menatap Alenta dengan tatapan penuh tanya. 

Mendengar pertanyaan dari Edward, Alenta bergegas mengatakan maksud kedatangannya ke sana. "Boleh aku membawa Elea ikut ke pusat belanja, kak?"

Alenta menatap Edward dengan tatapan memohon, dia tidak mungkin meninggalkan Elea di rumah untuk tinggal bersama dengan Ayahnya dan juga pelayan rumah. Elea pasti akan menangis mencarinya nanti. 

Edward berpikir sebentar, tentu lah dia dia tidak bisa menolak karena tahu benar bagaimana Elea yang tidak bisa jauh dari Alenta. 

Edward membuang nafasnya. 

"Aku akan mengantar kalian," ucap Edward. 

Mengingat Julia celaka karena sebuah kecerobohan, Edward tengah mencoba meminimalisir bahaya baru datang. 

Elea adalah anaknya, tidak mungkin dia tidak perduli. 

Alenta memaksakan senyumnya. Padahal, dia hanya ingin pergi berdua saja dengan Elea, pasti canggung sekali kalau Edward ikut bersama mereka. 

"Kalau begitu, aku pergi dulu ke kamar Elea. Aku harus mengganti pakaian Elea dulu, mengganti pakaianku juga," ungkap Alenta. 

Edward tidak menanggapi, dia diam saja dan sepertinya Alenta sudah paham apa maksudnya. 

Edward terdiam sembari menatap Alenta yang berjalan menjauh dari tempat dia berdiri. 

Meskipun sudah beberapa waktu mereka menikah, nyatanya mereka juga masih belum tidur di ranjang yang sama. 

Alenta berjalan semakin cepat, akhirnya dia sampai di kamar Elea. 

Ditatapanya bocah kecil yang sedang bermain itu, dia benar-benar terpesona melihat Elea yang tidak rewel dan selalu terlihat manis apapun yang sedang dilakukannya. 

"Bibi!" Panggil Elea senang. 

Elea mulai beranjak, cepat dia melangkah untuk menuju Alenta yang kini berjongkok agar Elea masuk ke dalam pelukannya. 

Diciumnya pipi Elea beberapa kali, Alenta tidak tahan dengan rasa gemasnya. 

Setelah sebentar bermanja-manja dengan Elea, Alenta segera membersihkan wajah Elea menggunakan tisu basah. Mengenakan pakaian yang cantik untuk Elea. 

"Sudah selesai, kau cantik sekali!" Puji Alenta senang. 

Karena Elea sudah selesai, bergegas Alenta mengambil pakaian untuknya. 

Kaos polos, celana jeans menjadi pilihan Alenta. 

Nyaman dan leluasa untuk bergerak, itu adalah alasannya Alenta menggunakan pakaian semacam itu. 

Setelah dia selesai berpakaian, Alenta berjalan untuk mendekat pada Elea. Dia mengangkat tubuh Elea dan membawanya untuk keluar dari kamar. 

Karena tidak begitu berani mendatangi Edward, Alenta memutuskan untuk berjalan sampai ke ruang tengah dan menunggu saja Edward di sana. 

Eh! 

Langkah kaki Alenta berhenti sejenak, Dia sangat terkejut karena ternyata Edward sudah duduk di ruang tengah menunggu Alenta dan juga Elea. 

"Cepatlah!" Titah Edward. "Mau membuang waktu seberapa banyak lagi?" tanyanya kesal. 

Edward sudah menunggu cukup lama di sana, dia kesal karena sebelumnya dia sama sekali tidak pernah menunggu seseorang seperti itu. 

Saat menjalin hubungan dengan Julia, dia juga tak pernah menunggu Julia dalam hal apapun. 

Sungguh menyebalkan! Batin Edward. 

***

"Bibi, mau!" Ucap Elea girang. 

Elea menunjuk sebuah boneka beruang berwarna merah muda, dia benar-benar terlihat menyukai boneka itu. 

Alenta berjalan cepat, mendekatkan Elea kepada boneka beruang tersebut agar Elea bisa mengambilnya sendiri. 

"Kau suka?" Tanya Alenta senang. 

Alenta tersenyum lebar, dia bahagia sekali melihat tingkah Elea yang terus saja memeluk boneka beruang tersebut. 

"Mau beli lagi?" Tanya Alenta. 

Dengan telaten, Alenta mengajak Elea untuk kembali melihat-lihat boneka yang Elea inginkan. 

Sungguh dia sibuk dengan Elea, sampai lupa kalau dia juga datang bersama Edward. 

Edward tak mengatakan apapun, dia hanya diam dan melihat saja bagaimana Alenta memperlakukan putrinya dengan sangat baik. 

Edward tercekat, membatin di dalam hatinya. 

Apakah bisa Julia melakukan seperti yang dilakukan Alenta? 

Edward menggelengkan kepalanya, dia tidak mau memikirkan hal aneh itu. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, tidak pantas kalau dia membandingkan Alenta dan Julia. Lagi pula, Alenta juga tidak bisa menjadi seperti Julia kan?

Edward melihat pergelangan tangan di mana yang menggunakan jam tangannya di sana, sudah pukul 16.00. 

Edward memutuskan untuk berjalan mendekati Alenta dan juga Elea, lalu mengatakan kepada Alenta untuk segera membeli apa yang ingin dibeli dan jangan sampai mereka pulang kemalaman, tidak boleh merusak jam tidur malam Elea. 

Alenta menganggukkan kepalanya. 

"Aku akan membeli beberapa pakaian, Kak. Jadi, aku minta tolong gendong Elea dulu ya?" Izin Alenta. 

Edward tidak menyahut, dia langsung mengambil Elea dan membawanya ke dalam gendongan. 

Alenta mengusap wajah Elea sebentar sebelum dia melangkahkan kakinya menuju tempat pakaian. "Sebentar saja, oke?" 

Elea masih saja ingin bersama Alenta, dia mengulurkan kedua tangannya dengan ekspresi wajahnya yang terlihat memohon. 

Alenta meninggalkan Elea bersama Ayahnya dengan perasaan tidak tega. 

Sebenarnya, ucapan Karina benar-benar membekas dan terngiang di kepala Alenta. 

Soal penampilan, mungkin saja Alenta bisa sedikit lebih baik kalau dia menggunakan pakaian yang lebih bagus. Alenta juga berniat membeli peralatan make-up, perawatan kulit tubuh dan wajah juga. 

"Aku sungguh tidak percaya, kenapa aku harus lakukan semua ini?" Gumam Alenta tak rela. 

Alenta menghela nafas kelu, matanya menatap banyaknya pakaian yang bagus dan mahal. 

Tidak ada yang sesuai dengan seleranya! 

Pada akhirnya, Alenta terpaksa mengambil beberapa helai pakaian yang modelnya adalah dress. 

Sungguh, dia melakukan itu karena pesan Herin sebelumnya. 

Edward terus menatap Alenta, dia yang bergonta ganti pakaian sejak tadi. Tak ada satupun pakaian yang dipilih oleh Alenta dan dicoba yang tak Edward lihat. 

"Sebenarnya, menggunakan pakaian seperti itu dia cukup enak untuk di lihat," gumam Edward tak sadar. 

Alenta meletakan beberapa pakaian yang akan dia beli kedalam keranjang belanjanya, namun matanya tak sengaja bertemu dengan mata Edward yang menatap juga ke arahnya. 

Deg!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Grace Lolowang Pesik
wah ane baget ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 347

    “Pendonoran sumsum tulang belakang 7 bulan yang lalu dinyatakan sukses, Tuan dan Nyonya.” ucap dokter yang selama ini menjadi dokter yang merawat Johnson. Aruna menangis haru, segera Ron memeluk bahagia istrinya itu. Edward juga langsung memeluk Alenta yang menangis haru, begitu juga dengan kedua orang tua Aruna yang ada di sana. Violet menyeka air matanya, Reiner mengusap kepalanya dengan lembut, lalu merangkulnya. Ada Arabella di gendongan Reiner yang tertidur pulas sejak tadi. “Tapi, untuk mengantisipasi kemungkinan dan bahkan selalu ada, di saat kelahiran bayi kedua anda nanti, pastikan untuk menyimpan darah tali pusat di rumah sakit, Nyonya dan Tuan.” saran dari Dokter itu. Aruna dan Ron menganggukkan kepalanya, dan akhirnya anggota keluarga besar saling berpelukan erat. Walaupun memang benar kemungkinan terburuk selalu ada, s

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 346

    Anara menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, matanya menatap benda mungil yang menjadi bagian dari kebahagiaannya. Alat penguji kehamilan yang menyatakan bahwa Aruna tengah hamil. “Ini benar-benar nyata, kan?” tanya Aruna, air matanya sudah mulai mengembung di pelupuk matanya. Padahal, 3 Minggu bersama Ron artinya pun dia sudah melewati 1 Minggu masa datang bulannya. Hanya saja, Aruna cukup stres dengan apa yang terjadi sekarang. Fokusnya benar-benar tertuju kepada Johnson, sampai dia tidak ada waktu untuk memikirkan yang lainnya. Tes! Jatuh sudah air mata Aruna, dia merasa bahagia karena bisa mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi kepada Johnson. Mengenai donor sum-sum tulang belakang yang dijalani Ron dan Johnson beberapa waktu sebelumnya jelas

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 345

    Ron merasakan denyut jantungnya yang berpacu kencang saat ruangan operasi dihiasi dengan suara bip mesin monitor yang terus menerus. Tangan Johnson yang lemah terkulai di samping tubuhnya, pucat dan tidak berdaya. Mata Ron berkaca-kaca saat dia menatap putranya yang terbaring tak sadarkan diri, berharap dan berdoa dalam diam bahwa semua ini akan membawa keajaiban untuk kesembuhan Johnson. “Johnson, sembuh lah....” Harap Ron di dalam hati, “jika menunggu adikmu terlalu lama, maka sembuhlah dengan cara ini, Ayah mohon. Ibumu pasti akan sangat menderita jika terjadi sesuatu padamu, berjuanglah terus, ya....” Dokter yang berpengalaman itu mengenakan sarung tangan sterilnya, seraya memeriksa kembali alat-alat medis yang telah disiapkan. Ron, dengan keberanian yang dipaksakan, berbaring di sisi lain ruangan yang sama, siap untuk mendonorkan sumsum tulang bela

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 344

    “Maafkan aku, tapi semua ini terjadi juga di luar dugaan ku, James.” ucap Aruna jujur, berharap kejujurannya itu dapat dirasakan oleh pria itu. “Aku pikir, aku akan memulai hidup baru bersama Johnson dan kedua orang tuaku saja. Tapi, Johnson mengalami sakit yang benar-benar tidak ada dalam rencana ku, leukimia.” Mendengar itu, James pun terkejut, lupa untuk bernafas hingga beberapa saat. “Leukimia?” James benar-benar lemas, tidak menyangka kalau Johnson akan memiliki sakit mengerikan itu di usianya yang masih begitu kecil. “Kau benar-benar tidak sedang membohongiku, kan? Mana mungkin Johnson sakit seperti itu? Jangan bilang, kau cuma mengada ada supaya bisa menjalin hubungan dengan Ron lagi, Aruna,” harap James. Mendengar itu, jatuh sudah air mata Aruna. Ron, pria itu benar-benar seperti tidak tahu harus mengatakan apa. Jika membuat kebohongan seperti itu sangatlah mudah, maka

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 343

    Aruna benar-benar menyuapkan makanan ke mulutnya Ron. “Makanlah....” Ron, pria itu benar-benar kehabisan kata-kata, padahal sudah bukan hanya satu atau dua kali dia menolak, dan meminta Aruna untuk fokus makan sendiri saja. Masih memangku laptop, pada akhirnya Ron membuka mulutnya, menerima suapan makanan dari Aruna. Nyut!!!! Nyeri, sungguh nyeri sekali dadanya. Kenapa begitu sakit? Ron seperti mendapatkan balasan dari luka yang dia berikan kepada Aruna, tertampar oleh fakta yang ada. Andai saja luka itu tidak pernah tertoreh, mungkinkah hubungan mereka akan lebih jujur dan diliputi kelegaan? Mata Ron memerah, pelupuknya sudah mulai dipenuhi dengan air mata. Melihat itu, Aruna menjadi bingung. Tidak ad

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 342

    Mendengar permintaan maaf yang diucapkan oleh Ron, Aruna pun terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa. Tidak menyangka kalau pria yang dulu begitu angkuh dan juga arogan bisa mengucapkan kata ‘maaf’ namun dengan ekspresi yang begitu tulus. Tes! Tanpa sadar air mata Aruna terjatuh, luka yang seolah sudah sedikit sembuh kini terasa kembali. Semua rasa sakit yang diberikan oleh Ron kembali teringat olehnya. Melihat Aruna meneteskan air mata tanpa kata, Ron benar-benar semakin merasa bersalah. Dia seperti tengah menghianati dirinya sendiri, padahal menyakiti wanita bukanlah sesuatu yang biasa untuk dia lakukan. “Maaf, itu pasti sangat menyakitkan untukmu, bukan? Maaf, aku sungguh meminta maaf untuk apa yang terjadi, dan apa yang sudah aku lakukan padamu, Aruna.” Suara R

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status