Share

BAB 6

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2024-01-18 11:47:41

Sejak hari dimana Edward dan juga Alenta membicarakan tentang kesepakatan, Edward jadi sedikit lebih banyak meluangkan waktu untuk tinggal di rumah.

Bermain bersama Elea sesekali, meski tetap saja masih banyak waktu yang di habiskan dengan pekerjaannya.

Alenta memilih untuk menyibukkan diri selama Elea bersama Ayahnya. Tapi, semua itu tidak pernah bertahan lama karena Elea sebentar-sebentar justru mencari keberadaan Alenta.

Tak memiliki pilihan lain, pada akhirnya Alenta datang untuk menemui keponakan yang sudah bagaikan anak untuknya.

"Bibi!" Teriak Elea girang.

Elea mengulurkan kedua tangannya, tak perduli saat itu dia sedang berada di gendongan Ayahnya.

Edward tak menunjukkan ekspresi apapun. Dia membiarkan saja Elea terus seperti itu.

Alenta tentu saja merasa tidak tega, dia segera mengambil Elea dari gendongan Edward.

"Bi, makan..." pintanya segera.

Alenta tersenyum, dia mengangguk karena paham benar apa yang diinginkan oleh Elea.

"Camilanmu sudah Bibi siapkan, kita ambil sekarang ya?" Ajak Alenta.

Alenta sebentar menatap Edward, namun Edward justru dengan cepat mengalihkan pandangan.

Alenta memaksakan senyumnya, hatinya sakit namun dia tahu dia tidak berhak untuk marah dan juga tersinggung.

Edward menatap kepergian Alenta bersama dengan Elea dengan segala pemikirannya. Sebenarnya, dia ingin membicarakan sesuatu dengan Alenta, tapi tiba-tiba saja dia merasa ragu dan memutuskan untuk tidak jadi mengatakan apa yang ingin dia katakan.

Begitu sampai di dapur, Alenta dengan segera mengeluarkan camilan buatannya. Camilan itu dibuat Alenta semalam karena dia tidur bisa tidur.

Alenta mengeluarkan sewadah camilan yang mirip seperti kentang goreng. Padahal, camilan itu terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan tepung tapioka, telur, ayam yang sudah di haluskan dan sedikit garam.

Elea bertepuk tangan menyambut makanan yang datang padanya dengan ekspresi wajah yang bahagia.

Alenta terkekeh melihat ekspresi wajah Elea, dia sangat bahagia karenanya. "Makan yang lahap, Sayang!"

Alenta membantu Elea untuk memakan camilan buatannya. Dia bahkan sampai lupa kalau dia sendiri belum makan.

Kruk...

Alenta mengerutkan dahinya, mengusap perutnya yang berbunyi karena rasa lapar.

Tidak ingin membuat tubuhnya kekurangan gizi yang berakibat sakit sehingga tidak bisa menjaga Elea, Alenta bergegas mengambil peralatan untuk makan. Seadanya saja yang dia ambil, yang penting dia kenyang.

Alenta menikmati makan siangnya, tapi sepertinya itu tidak bisa bertahan lama.

Elea terus saja tidak bisa tenang, tangannya terus terulur meminta Alenta untuk membawanya ke dalam pangkuannya.

Alenta mencoba untuk mengacuhkan saja, Ia benar-benar terlalu lapar saat itu.

Elea masih saja merengek, dan semakin menjadi.

Alenta tidak tega melihat hal itu, dia meletakkan piringnya sebentar untuk bangkit dan membawa tubuh Elea di dalam gendongannya. Alenta juga mengambil camilan Elea yang masih belum habis meskipun dia sangat kesulitan menggunakan satu tangannya.

"Makanlah camilanmu dengan nyaman, oke? Bibi juga harus makan," pinta Alenta penuh harap.

Meskipun Elea menjawab, "oke," nyatanya Elea hanyalah balita yang tidak memahami benar apa arti kata itu sehingga dia terus bergerak dan tidak tenang.

Alenta mengabaikan hal itu, dia harus menghabiskan makanannya sesegera mungkin.

Tanpa disadari oleh Alenta, ternyata sejak tadi Edward melihat hal itu dari kejauhan.

Edward sebenarnya masihlah memiliki perasaan kesal luar biasa terhadap adik iparnya, tapi melihat bagaimana adik iparnya memperlakukan putrinya, Edward hanya bisa terdiam.

Sama sekali Edward belum pernah melihat Julia makan sembari menggendong atau memangku Elea dan menenangkan Elea.

Edward merasa, Alenta justru seperti Ibu kandungan Elea saja.

Tidak ingin terus melihat Alenta meskipun dia merasa kasihan, nyatanya Elea juga pasti akan menolak Jika dia menggendongnya.

Edward melangkahkan kakinya, segera meninggalkan tempat ia berdiri untuk melihat Alenta dan juga Elea beberapa saat tadi.

Edward masuk ke dalam ruang kerja pribadinya, ruangan itu berada di ujung lorong melewati kamarnya dan juga kamar Julia.

Di dalam sana, Edward mulai membuka laptop yang berada di atas meja. Dia menatap laptopnya. "Masih berfungsi juga ya?" Gumam Edward. 

Sebenarnya, tidak ada hal yang harus dikerjakan oleh Edward mengenai perusahaan. Namun, karena tiba-tiba saja dia terlintas di kepalanya untuk melihat rekaman kamera pengawas yang ada di kamar Elea, dan di sekitaran tangga di hari istrinya terjatuh, Edward jadi ingin memeriksa rekaman kamera pengawas secara rinci. 

Maklum saja, sejak kajadian itu meski sudah berlalu 2 bulan lebih nyatanya Edward juga tidak terpikirkan sebelumnya untuk melihat rekaman kamera pengawas. 

Setelah mencari beberapa saat, akhirnya Edward bisa mengakses rekaman video dari kamera pengawas di tanggal tersebut. 

Edward mengerutkan dahinya, dia benar-benar menonton rekaman video dengan sangat detail. 

"Mau bagaimanapun memikirkannya, Alenta memang tidak sengaja. Tapi, tetap saja semua karena Alenta mengepel tumpahan jus kiwinya Julia, kan?" Tanya Edward frustasi. 

Edward menutup laptopnya. Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang dia duduki saat itu. Wajahnya mengadah menatap langit-langit ruangan sembari berpikir, Kenapa dia jadi merasa ragu untuk menyalahkan Alenta? 

Andai saja Julia tidak menumpahkan jus kiwi,  andai saja Elea tidak menangis, andai saja Julia lebih berhati-hati Saat berjalan dengan heels tingginya. 

Edward menegakkan tubuhnya lalu mengusap wajahnya dengan kasar, Ia benar-benar sangat frustasi semakin memikirkan tentang hal itu. 

"Tapi sekarang, bahkan Alenta juga sudah menjadi istriku juga, kan?" Gumamnya pusing sendiri. 

Edward menghela nafasnya, dia tidak ingin lagi memikirkan itu. 

Satu Minggu ini dia sudah menghabiskan waktunya sedikit lebih banyak untuk berada di rumah, sesuai dengan permintaan ibunya. 

Edward bangkit dari duduknya, dia berjalan menuju ke pintu ruangan kerja pribadinya. 

"Alenta?" 

Begitu Edward membuka pintu ruangan kerja pribadinya, ternyata Alenta ada di depan pintu. Alenta berdiri dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan oleh Edward. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fatimah Daulay
sabarnya alenta, semoga berbuah manis nannti.
goodnovel comment avatar
Grace Lolowang Pesik
semakin seru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 347

    “Pendonoran sumsum tulang belakang 7 bulan yang lalu dinyatakan sukses, Tuan dan Nyonya.” ucap dokter yang selama ini menjadi dokter yang merawat Johnson. Aruna menangis haru, segera Ron memeluk bahagia istrinya itu. Edward juga langsung memeluk Alenta yang menangis haru, begitu juga dengan kedua orang tua Aruna yang ada di sana. Violet menyeka air matanya, Reiner mengusap kepalanya dengan lembut, lalu merangkulnya. Ada Arabella di gendongan Reiner yang tertidur pulas sejak tadi. “Tapi, untuk mengantisipasi kemungkinan dan bahkan selalu ada, di saat kelahiran bayi kedua anda nanti, pastikan untuk menyimpan darah tali pusat di rumah sakit, Nyonya dan Tuan.” saran dari Dokter itu. Aruna dan Ron menganggukkan kepalanya, dan akhirnya anggota keluarga besar saling berpelukan erat. Walaupun memang benar kemungkinan terburuk selalu ada, s

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 346

    Anara menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, matanya menatap benda mungil yang menjadi bagian dari kebahagiaannya. Alat penguji kehamilan yang menyatakan bahwa Aruna tengah hamil. “Ini benar-benar nyata, kan?” tanya Aruna, air matanya sudah mulai mengembung di pelupuk matanya. Padahal, 3 Minggu bersama Ron artinya pun dia sudah melewati 1 Minggu masa datang bulannya. Hanya saja, Aruna cukup stres dengan apa yang terjadi sekarang. Fokusnya benar-benar tertuju kepada Johnson, sampai dia tidak ada waktu untuk memikirkan yang lainnya. Tes! Jatuh sudah air mata Aruna, dia merasa bahagia karena bisa mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi kepada Johnson. Mengenai donor sum-sum tulang belakang yang dijalani Ron dan Johnson beberapa waktu sebelumnya jelas

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 345

    Ron merasakan denyut jantungnya yang berpacu kencang saat ruangan operasi dihiasi dengan suara bip mesin monitor yang terus menerus. Tangan Johnson yang lemah terkulai di samping tubuhnya, pucat dan tidak berdaya. Mata Ron berkaca-kaca saat dia menatap putranya yang terbaring tak sadarkan diri, berharap dan berdoa dalam diam bahwa semua ini akan membawa keajaiban untuk kesembuhan Johnson. “Johnson, sembuh lah....” Harap Ron di dalam hati, “jika menunggu adikmu terlalu lama, maka sembuhlah dengan cara ini, Ayah mohon. Ibumu pasti akan sangat menderita jika terjadi sesuatu padamu, berjuanglah terus, ya....” Dokter yang berpengalaman itu mengenakan sarung tangan sterilnya, seraya memeriksa kembali alat-alat medis yang telah disiapkan. Ron, dengan keberanian yang dipaksakan, berbaring di sisi lain ruangan yang sama, siap untuk mendonorkan sumsum tulang bela

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 344

    “Maafkan aku, tapi semua ini terjadi juga di luar dugaan ku, James.” ucap Aruna jujur, berharap kejujurannya itu dapat dirasakan oleh pria itu. “Aku pikir, aku akan memulai hidup baru bersama Johnson dan kedua orang tuaku saja. Tapi, Johnson mengalami sakit yang benar-benar tidak ada dalam rencana ku, leukimia.” Mendengar itu, James pun terkejut, lupa untuk bernafas hingga beberapa saat. “Leukimia?” James benar-benar lemas, tidak menyangka kalau Johnson akan memiliki sakit mengerikan itu di usianya yang masih begitu kecil. “Kau benar-benar tidak sedang membohongiku, kan? Mana mungkin Johnson sakit seperti itu? Jangan bilang, kau cuma mengada ada supaya bisa menjalin hubungan dengan Ron lagi, Aruna,” harap James. Mendengar itu, jatuh sudah air mata Aruna. Ron, pria itu benar-benar seperti tidak tahu harus mengatakan apa. Jika membuat kebohongan seperti itu sangatlah mudah, maka

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 343

    Aruna benar-benar menyuapkan makanan ke mulutnya Ron. “Makanlah....” Ron, pria itu benar-benar kehabisan kata-kata, padahal sudah bukan hanya satu atau dua kali dia menolak, dan meminta Aruna untuk fokus makan sendiri saja. Masih memangku laptop, pada akhirnya Ron membuka mulutnya, menerima suapan makanan dari Aruna. Nyut!!!! Nyeri, sungguh nyeri sekali dadanya. Kenapa begitu sakit? Ron seperti mendapatkan balasan dari luka yang dia berikan kepada Aruna, tertampar oleh fakta yang ada. Andai saja luka itu tidak pernah tertoreh, mungkinkah hubungan mereka akan lebih jujur dan diliputi kelegaan? Mata Ron memerah, pelupuknya sudah mulai dipenuhi dengan air mata. Melihat itu, Aruna menjadi bingung. Tidak ad

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 342

    Mendengar permintaan maaf yang diucapkan oleh Ron, Aruna pun terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa. Tidak menyangka kalau pria yang dulu begitu angkuh dan juga arogan bisa mengucapkan kata ‘maaf’ namun dengan ekspresi yang begitu tulus. Tes! Tanpa sadar air mata Aruna terjatuh, luka yang seolah sudah sedikit sembuh kini terasa kembali. Semua rasa sakit yang diberikan oleh Ron kembali teringat olehnya. Melihat Aruna meneteskan air mata tanpa kata, Ron benar-benar semakin merasa bersalah. Dia seperti tengah menghianati dirinya sendiri, padahal menyakiti wanita bukanlah sesuatu yang biasa untuk dia lakukan. “Maaf, itu pasti sangat menyakitkan untukmu, bukan? Maaf, aku sungguh meminta maaf untuk apa yang terjadi, dan apa yang sudah aku lakukan padamu, Aruna.” Suara R

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 341

    Ron merasakan beratnya kelopak matanya saat dia mengedipkan mata beberapa kali, mencoba untuk sepenuhnya terjaga. “Sudah mulai sore rupanya,” batin Ron. Ruangan itu dipenuhi oleh sinar sore yang menembus tirai, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang bergerak pelan di dinding. Aruna, di sisi lain tempat tidur, tampak begitu damai dalam tidurnya. Rambutnya yang panjang terhampar di bantal, wajahnya tenang meski terlihat ada sedikit kelelahan yang tersisa. “Biarkan saja deh dia lanjut tidur,” gumam Ron. Dengan hati-hati, Ron menyelinap keluar dari selimut dan perlahan-lahan beranjak dari tempat tidur. Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Mereka telah terlewat makan siang, tetapi Ron tahu bahwa Aruna membutuhkan istirahat ini lebih dari apapun. Dengan langkah yang hampir tidak terdengar, d

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 340

    Ron dan Aruna memutuskan untuk kembali ke rumah, sementara itu Edward dan Alenta tengah menemani Johnson. Sudah 2 hari full Ron dan Aruna di rumah sakit, walaupun ada saatnya Ron meninggalkan Aruna karena ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Sesampainya di rumah, Mereka langsung masuk ke kamar. “Kau istirahat saja dulu, aku akan pergi ke luar sebentar. Ada yang harus aku kerjakan, mungkin cuma 1 jam saja.” ucap Ron, langsung mendapatkan anggukan setuju dari Aruna. Bergegas Ron mengganti pakaiannya, dia akan bertemu dengan Ben di kantor cabang karena dia beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Ron. Sejenak meninggalkan Aruna, Ron menyelesaikan pekerjaannya secepat yang dia bisa. Selama dua hari di rumah sakit, Ron juga tidak bisa tidur nyenyak sama sekali. Johnson selalu menangis, lebih cengeng dari biasanya. Mungk

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 339

    “Kamila, aku mengatakan kepada suamiku untuk membiarkan kau bekerja di perusahaannya karena aku merasa kasihan padamu. Padahal, bagian personalia mengatakan kau tidak dibutuhkan di perusahaan itu.” ujar Violet, tersenyum tak peduli kalau ucapannya barusan sangat tidak nyaman untuk Kamila dengar. Kamila menggigit bibir bawahnya, campur aduk perasaan. Dia tidak menyangka kalau Violet mengetahui banyak hal, namun memilih untuk tidak mengatakan apapun. “Sebenarnya, seberapa banyak hal yang tidak kau katakan padaku, Violet?” tanya Kamila, kali ini dia benar-benar terlihat emosi. Merasa dikhianati, namun sadar pula dia tidak berhak untuk menunjukkan secara jelas kemarahannya. Mendengar pertanyaan dari Kamila, sontak saja sorot mata Violet terarahkan padanya, “Kau sungguh ingin tahu?” Violet mendekati Kamila, “Hampir semua aku tahu, Kamila. Niat mu datang ke apartemen ku, dan kau y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status