"Orang itu benar-benar memiliki perilaku yang buruk." Raja Hernes menundukkan kepalanya sedangkan lengan kanannya sibuk memijat jidatnya yang berkedut dengan cepat. "Bagaimana mungkin seorang kaisar memilih kriminal sebagai istrinya?" Ucapnya lagi dengan nada rendah.
"Justru karena tuan putri memiliki catatan kriminal maka ia jadi lebih tertarik kepadanya. Kaisar itu memang sudah tidak memiliki kewarasan." Miguel membalas pertanyaan rajanya, meskipun tidak ada keharusan untuk menjawab pertanyaan itu."Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin putriku, Gloriana pergi ke sana." Mata sang raja nampak kosong dan putus asa saat mengatakan keinginan dirinya yang sebenarnya.Miguel hanya diam termenung sebab ia tidak bisa membalas apa yang kali ini diinginkan oleh rajanya. Semua konstruksi jalan keluar yang ia pikirkan putus di sebuah skenario di mana negari ini akan diserang oleh Kekaisaran Brigard."Apa kita berperang saja dengan mereka.""Yang Mulia! Ketahuilah kalau ucapan dan pemikiran Anda barusan akan membuat banyak rakyat mati dan menghancurkan sejarah panjang kerajaan ini." Miguel membalas apa yang dikatakan rajanya dengan cepat dan penuh dengan nada ketegasan."Aku tahu konsekuensinya dengan jelas. Kau tenang saja, aku masih bisa berpikir dengan jernih. Aku akan menyerahkan putri yang paling aku sayangi."Miguel diam tanpa ekspresi. Menurutnya pun apa yang telah diputuskan oleh raja adalah jalan keluar terbaik demi keberlangsungan rakyat dan Kerajaan Deux. Rasa sayang raja terhadap putrinya memang tinggi namun takdir seorang raja mengharuskan dirinya untuk memprioritaskan kejayaan kerajaan dari pada perasaan pribadinya."Lagipula jika peperangan terjadi, maka tuan putrilah yang akan pertama pergi ke Brigard. Bukan untuk menyerang namun untuk menyerahkan dirinya." Ucap Miguel. Berkat ucapannya terbentuk sebuah senyum tipis di bibir Raja Hernes."Penjaga! Bawa Putri Kerajaan Gloriana ke hadapanku sekarang."Ketika perintah diberikan, seketika itu juga rombongan penjaga keluar dari istana untuk bergegas pergi ke gedung penjara bangsawan tempat dimana putri kerajaan di tahan. Kuda militer memang tidak seperti kuda biasanya, tidak butuh waktu lama penjaga tersebut telah sampai dihadapan orang yang menjadi target operasi mereka. Gloriana menutup buku novel yang sedang ia baca saat melihat 4 penjaga berdiri di depan sel tahanannya."Apa yang membuat kalian sepagi ini datang kemari?" Ucap Gloriana setelah yakin kalau kelima penjaga itu ditugaskan tidak hanya untuk bergantian menjaga sel dirinya saja."Tuan Putri, Raja Hernes memanggil anda."Pintu sel di buka dan seorang penjaga masuk untuk menjemput dengan paksa jika gadis itu menolak meninggalkan tempatnya. Namun, Gloriana yang berpikir secara rasional lebih memilih untuk mengikuti arahan dari para prajurit dari pada harus diseret keluar untuk ikut bersama mereka.Menaiki kereta kuda militer yang berjalan tanpa hambatan sehingga mereka dengan cepat sampai ke istana kerajaan. Selama 18 tahun hidupnya, Gloriana sudah sering berjalan memasuki istana namun baru kali ini dia merasa tidak nyaman. Jikalau dahulu berbagai mata yang memandangi dirinya dengan rasa kagum berbanding terbaik dengan sekarang yang sorot pandangannya lebih banyak merendahkan dirinya.Semua orang yang ingin bertemu raja haruslah berpakaian dengan rapi dan bagus. Sebab itu, meskipun ia adalah seorang narapidana sekalipun, Gloriana harus mengganti pakaiannya yang sudah cukup lusuh dengan pakaian bersih. Pelayan menggantikan pakaiannya dalam diam tanpa ada yang bertanya sama sekali. Lebih tepatnya mereka dipaksa untuk tetap diam oleh kepala pelayan yang mengawasinya.Saat sudah siap Gloriana memasuki ruangan tahta raja dan mencuri' pandang untuk melihat sosok ayahnya yang sudah lama tidak ia lihat. Saat mata mereka berdua bertemu, sorot mata keduanya melembut tanpa ada ketegangan. Meskipun tanpa kata-kata, hanya dari pertemuan mata saja mereka berdua sudah mengerti kerinduan yang keduanya rasakan.Kenapa badanmu terlihat lebih kurus dari biasanya? Apa kau makan dengan benar di sana? Aku ingin memeluk dan mengusap kepalamu. Aku ingin memeluk ayah, aku ingin berbicara santai dengannya. Semua keinginan tersebut hanya ada di dalam kepala mereka berdua saja tanpa bisa diucapkan kepada satu sama lainnya."Hormat hamba terhadap matahari Kerajaan Deux." Gloriana mengangkat sedikit roknya, menyilangkan kaki dan menurunkan lututnya dengan kepala yang tertunduk."Aku memanggilmu hanya untuk mengatakan satu hal." Ucap raja dengan segenap kesungguhan hatinya dan tekad yang sudah dibulatkan. "Mulai sekarang dan seterusnya, kau akan menjadi bagian Kekaisaran Brigard." Katanya dengan nada yang sedikit meninggi sebab memaksakan untuk mengucapkan kata-katanya."Yang Mulia, ketahuilah kalau hidup hamba ada untuk keberlangsungan kerajaan. Hamba akan pergi sesuai dengan perkataan Anda." Balas Gloriana dengan posisi kepala yang masih menunduk sebab aturan narapidana tidak diperkenankan untuk mengangkat kepalanya dihadapan raja."Baguslah kalau kau menyetujuinya. Sebagai seorang raja yang bijak aku hanya bisa memberimu nasihat. Dahan pohon yang lembekpun pada akhirnya akan menjadi keras. Kau harus mengerti hal itu.""Hamba akan selalu ingat nasihat dari Yang Mulia.""Kau boleh pergi."Gloriana membalikkan badannya dan berjalan dengan perlahan yang kemudian diikuti oleh penjaga yang sedari awal berada di belakangnya. Melihat anaknya berjalan pergi menjauhi dirinya membuat mata raja berkaca-kaca penuh dengan lara. Saat pintu ruangan raja ditutup maka saat itu juga tirai dari pertunjukan kisah Putri Gloriana di Kerajaan Deux diturunkan.Meskipun begitu berbeda dengan raja yang bersedih, Gloriana tidak merasa menyesal dengan apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Senyum tipis masih menghiasi wajahnya yang tak berputus asa."Riana!" Bella memanggil adiknya yang sedang menaiki kereta kuda."Bagaimana kabarmu, Kak!" Tanya Gloriana mencoba memberikan kesan kepada orang-orang yang melihatnya kalau ini adalah pertemuan pertama mereka berdua setelah dirinya masuk ke dalam penjara."Apa ini memang yang terbaik?" Tanya Bella kepada adiknya tersebut.Melihat kakaknya bertanya tentang keadaan yang terjadi membuat Gloriana mendekatinya lalu memegang pipinya kemudian sedikit berjinjit untuk menyatukan jidat mereka berdua. "Percayalah ini yang terbaik untuk hidup kita berdua." Jawaban seperti itulah yang diterima oleh telinga Bella.Air matanya keluar karena rasa bersalah dan syukur atas apa yang ia terima bercampur menjadi satu. "Terima kasih adikku, tolong maafkan kakakmu yang bodoh dan lemah ini. Mulai sekarang meskipun terpisah, aku akan tetap berada di pihakmu apapun yang terjadi."Matahari menyinari kedua saudari yang lahir dari rahim yang berbeda. Semua orang yang melihatnya pasti menaruh rasa simpati dan harunya masing-masing. Hari itu, seorang putri dengan coreng hitam di riwayat hidup meninggalkan kerajaan mereka. Banyak sorakan riang namun juga banyak yang menyayangkan kepergian dari seorang putri yang terkenal akan kepintaran, kesederhanaan dan kecintaaanya terhadap rakyat dan kerajaan....Mata merah dan rambut hitam yang terciprat noda darah sampai ke bagian pipinya. Seorang pria berwajah garang berdiri di tengah-tengah banyaknya tubuh pria lain yang tergeletak di tanah."Tch." Pria itu berdecak merasa kecewa dengan apa yang ada di hadapannya. "Hanya dengan latihan seperti ini saja kalian sudah tumbang." Lanjutnya mengungkap rasa tidak puasnya."Tuanku, anda memiliki surat dari Kerajaan Deux." Seorang ajudan laki-laki mendekati pria itu sambil membawa surat dan kain bersih untuk menyeka noda darah yang ada di wajahnya."Deux? Apa ia sudah mau mengirimkan perwakilan mereka ke sini.""Anehnya, surat tersebut tidak datang dari Raja Deux melainkan dari putri raja yang meracuni adiknya sendiri.""Seorang kriminal mengirim surat kepadaku? Apa isinya?""Soal itu, dia berkata kalau kakak-nyalah yang sebenarnya meracuni putra mahkota Kerajaan Deux. Dalam surat tersebut juga tertulis untuk memilih dirinya sebagai selir Anda.""Dia sendiri yang mengajukan diri kepadaku? Hahaha!" Kemudian pria tersebut tertawa dengan keras. "Menarik sekali, cepat kirim surat ke Raja Deux, katakanlah kalau aku memilih kriminal itu sebagai selirku.""Sesuai keinginan anda, Tuanku."...-Prologue Arc End-Sejak dahulu, ketika masih bernama Ashriana, dirinya memang tidak menyukai perjalanan jauh yang memakan banyak waktu. Saat di dunia asalnya dulu, ia akan mengeluh hanya karena perjalan 3 hari menggunakan bus yang berjalan di aspal mulus. Maka sekarang ini, dalam perjalanan 3 bulan menggunakan kereta kuda yang berjalan di atas jalanan yang tidak rata seperti akan membunuh mental dan fisik putri tersebut."Ah, sial. Pantatku sakit. Bantal duduk yang kau buat bahkan sudah tipis sekarang." Ucap Gloriana kemudian menghembuskan nafasnya panjang-panjang."Putri, meskipun hanya ada saya di sini tapi Anda tetap dilarang berbicara kasar dan vulgar seperti tadi." Balas seorang pelayan yang duduk menghadap ke Gloriana."Memangnya kenapa? Aku mengatakan hal seperti itu karena tahu kalau cuma ada kau yang mendengarnya, Berlin."Meskipun sudah mendapatkan pemecatan sebelumnya, namun pelayan bernama Berlin Linbert tetap dibawa oleh Gloriana untuk pergi bersamanya ke Kekaisaran Brigard. Pasalnya, hukum
Jika ada yang bertanya tentang musuh terbesar bagi umat manusia, sekiranya jawaban seperti apa yang akan diberikan untuk menjawab pertanyaan itu? Alam semesta atau kaum iblis? Terkadang itu memang benar tapi itu bukanlah jawaban yang sempurna. Sebab jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah manusia itu sendiri.Manusia menjadi musuh terberat bagi umat manusia. Lebih tepatnya, apa yang ada di dalam diri manusia. Iri, amarah, malas, sombong, tamak, rakus dan nafsu. Dalam sejarah panjang umat manusia, ke-tujuh sifat tersebut telah berhasil membinasakan manusia yang tak terhitung jumlahnya."Putri, kenapa Anda malah tidur lagi di dalam kamar mandi." Ucap Berlin, seorang pelayan yang sedang terburu-buru memasangkan gaun berwarna merah kepada gadis berwajah datar dengan mata yang tertutup."Habisnya, air panasnya sangat pas sekali. Aku jadi nyaman dan kalah dari rasa malas serta hawa nafsuku." Balas putri berambut pirang bernama Gloriana."Ah, tidak ada waktu. Putri, Anda dalam masa
Satu saja kesalahan lagi maka negeri yang paling ia sayangi bisa saja hancur tak berbekas. Meskipun begitu, setelah memperhatikan kondisi orang yang ada di depannya, Gloriana memiliki rencana untuk keluar dari masalah yang begitu genting ini. Memang benar ia telah merusak makan malam tapi keadaan akan berbalik jika ia bisa memberi sesuatu hal yang lebih menguntungkan bagi Kaisar. Kantung mata kaisar cukup besar dan berwarna hitam, sepertinya ia sudah tidak tidur beberapa hari. Saat ini dibandingkan dengan makan, menutup mata untuk tertidur adalah sesuatu yang lebih dibutuhkan oleh tubuhnya.Sebab itu Gloriana masuk ke dalam sebuah kamar bersama dengan pria tersebut. Sebab, dirinya ingin membuat kaisar tertidur dan melupakan kesalahan yang telah ia perbuat."Lepaskan pakaianmu." Kaisar Elder mengatakan hal yang membuat Gloriana terdiam beberapa saat, dirinya mulai menyadari jalur dari rentetan kejadian yang akan datang.Kenapa jadi begini, apa kita berdua akan melakukan hal itu? Pikirn
Baru saja matahari menunjukkan bentuk sempurnanya. Seorang pelayan turun dari kereta kuda yang digunakan untuk membawa dirinya dan barang-barang. Pelayan bernama Berlin, memasuki kastil tempat dimana tuan putrinya menghabiskan malam yang sepertinya akan sulit dilupakan.Berjalan tegap di sebuah lorong, wajahnya datar namun pikirannya tidak bisa setenang penampakan luar yang dirinya tunjukan. Sejak tadi malam, Berlin benar-benar memikirkan tentang keadaan Gloriana yang membuatnya tidak bisa tertidur dengan nyenyak."Apakah kamu pelayan dari Selir Gloriana?" Seorang pelayan wanita bertanya kepada Berlin yang isi pikirannya masih tertuju kepada gadis yang menjadi atasannya."Benar, aku datang untuk menjemput Tuan Putri Gloriana. Bisakah kamu tunjukan dimana dirinya sekarang?" Balas Berlin atas pertanyaan yang diajukan kepadanya."Selir Gloriana sedang berada di kamar sekarang namun kamu dilarang untuk masuk terlebih dahulu.""Kiranya kenapa demikian, apa Tuan Putri sedang melakukan sesuat
Tumpukan kertas yang tebalnya melebihi tinggi botol air mineral yang ada tepat disamping tumpukan tersebut. Kertas-kertas itu bertuliskan dengan banyaknya angka-angka dan beragam tabel serta diagram.Namun bukan itu yang membuat seorang wanita muda khawatir, melainkan sebuah jam dinding yang menunjukan waktu saat ini sudah hampir tengah malam."Ah, sial. Aku harus lembur lagi. Padahal kemarin malam hanya dapat tidur satu jam." Katanya dengan pelan sambil membenamkan wajahnya ke permukaan dari meja yang ada di hadapannya.Ashriana Pertiwi, wanita berusia 25 tahun yang sudah genap 2 tahun menjalani pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Kacamata besar dan rambut yang dipotong pendek adalah penampilan yang ia anggap paling nyaman untuk pekerjaannya. Kini keseharian wanita itu dipenuhi dengan angka dan kertas-kertas yang menumpuk di mejanya. Sebenarnya keseharian seperti itu bukanlah sesuatu yang buruk baginya sebab ia sampai rela-rela berkuliah hanya untuk mendapatkan pekerja
"Mungkin aku yang di sana sudah mati sehingga kehidupanku dimulai lagi di sini." Ucap Gloriana sambil memakan kue sus krim yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan."Tapi apa yang telah aku perbuat sebelumnya sampai-sampai di kehidupan ini aku bisa merasakan surga seperti ini." Lanjutnya sebelum meminum teh hangat yang telah disajikan."Kerajaan besar nan damai, lalu aku adalah satu-satunya anak dari raja. Betapa beruntungnya aku. Apa ini adalah bayaran dari segala penderita dari kehidupan sebelumnya?"Meskipun tidak begitu pintar dalam ilmu geografis namun Gloriana yakin kalau tidak ada kerajaan bernama Deux di kehidupannya dahulu. Ini adalah dunia dengan realitas dan sejarah yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa penyihir dan juga sosok mengerikan seperti Raja Iblis. Untungnya saat ini sosok tersebut sudah tidak ada karena 20 tahun yang lalu ia berhasil dikalahkan oleh seseorang."Kalau Raja iblis itu masih ada aku pasti berpikir kalau kehadiranku disini untuk me
"Apa Ayahanda tidak bisa menolaknya saja?" Gloriana bertanya kepada ayahnya di ruangan kerja sang raja."Akan banyak rugi dibandingkan untung jika aku menolaknya. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan untungnya tapi jika aku tolak maka akan terjadi perang antar kedua kerajaan. Sebagai seorang Raja, itulah yang aku hindari. Lagipula kekaisaran itu adalah kekaisaran yang berhasil mengalahkan pasukan Raja Iblis rasanya akan sulit untuk menang perang dari mereka.""Tapi tetap saja aku tidak mau Kak Bella pergi ke kerajaan bar-bar seperti itu.""Pernikahannya akan menjadi balas budi karena selama ini ia telah diberikan hidup yang layak. Untungnya dalam surat tidak ada nama putri mana yang kaisar itu lamar. Sebenarnya aku takut jika namamu yang tertera dalam surat itu, anakku."Perkataan dari raja sama sekali tidak membuat Gloriana senang ataupun tenang. Ia tidak bisa membiarkan kakaknya pergi ke kandang para serigala yang lapar namun rasanya sulit untuk menghentikannya karena jika tida
Raja berdiri dari tempat duduknya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya sendiri. Seluruh orang seperti tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh putri kerajaan mereka. Meskipun begitu Gloriana tidak menyesali apa yang ia katakan barusan."APA YANG KAU KATAKAN!" Suara Raja Hernes menggelegar di seluruh penjuru ruangan yang sunyi."Aku yang memodifikasi makanan itu agar lebih enak, aku tidak tahu kalau itu malah menjadi racun."Itu adalah sebuah kebohongan yang membuat hati raja begitu sedih dan kecewa. Jika tidak ada seorangpun yang melihat dirinya sebagai raja bermartabat maka air mata pasti akan keluar dari ujung kelopak mata pria paruh baya tersebut."Prajurit, bawa gadis ini ke penjara." Ucap Raja Hernes dengan lemas untuk memberikan keputusan atas kasus percobaan meracuni Putra Mahkota Kerajaan Deux.Prajurit yang tadinya mengawal Gloriana langsung membawa paksa orang yang mereka kawal itu untuk pergi ke sel penjara istana. Raja tertegun layu meratapi apa yang s