Share

Bab 7

"Orang itu benar-benar memiliki perilaku yang buruk." Raja Hernes menundukkan kepalanya sedangkan lengan kanannya sibuk memijat jidatnya yang berkedut dengan cepat. "Bagaimana mungkin seorang kaisar memilih kriminal sebagai istrinya?" Ucapnya lagi dengan nada rendah.

"Justru karena tuan putri memiliki catatan kriminal maka ia jadi lebih tertarik kepadanya. Kaisar itu memang sudah tidak memiliki kewarasan." Miguel membalas pertanyaan rajanya, meskipun tidak ada keharusan untuk menjawab pertanyaan itu.

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin putriku, Gloriana pergi ke sana." Mata sang raja nampak kosong dan putus asa saat mengatakan keinginan dirinya yang sebenarnya.

Miguel hanya diam termenung sebab ia tidak bisa membalas apa yang kali ini diinginkan oleh rajanya. Semua konstruksi jalan keluar yang ia pikirkan putus di sebuah skenario di mana negari ini akan diserang oleh Kekaisaran Brigard.

"Apa kita berperang saja dengan mereka."

"Yang Mulia! Ketahuilah kalau ucapan dan pemikiran Anda barusan akan membuat banyak rakyat mati dan menghancurkan sejarah panjang kerajaan ini." Miguel membalas apa yang dikatakan rajanya dengan cepat dan penuh dengan nada ketegasan.

"Aku tahu konsekuensinya dengan jelas. Kau tenang saja, aku masih bisa berpikir dengan jernih. Aku akan menyerahkan putri yang paling aku sayangi."

Miguel diam tanpa ekspresi. Menurutnya pun apa yang telah diputuskan oleh raja adalah jalan keluar terbaik demi keberlangsungan rakyat dan Kerajaan Deux. Rasa sayang raja terhadap putrinya memang tinggi namun takdir seorang raja mengharuskan dirinya untuk memprioritaskan kejayaan kerajaan dari pada perasaan pribadinya.

"Lagipula jika peperangan terjadi, maka tuan putrilah yang akan pertama pergi ke Brigard. Bukan untuk menyerang namun untuk menyerahkan dirinya." Ucap Miguel. Berkat ucapannya terbentuk sebuah senyum tipis di bibir Raja Hernes.

"Penjaga! Bawa Putri Kerajaan Gloriana ke hadapanku sekarang."

Ketika perintah diberikan, seketika itu juga rombongan penjaga keluar dari istana untuk bergegas pergi ke gedung penjara bangsawan tempat dimana putri kerajaan di tahan. Kuda militer memang tidak seperti kuda biasanya, tidak butuh waktu lama penjaga tersebut telah sampai dihadapan orang yang menjadi target operasi mereka. Gloriana menutup buku novel yang sedang ia baca saat melihat 4 penjaga berdiri di depan sel tahanannya.

"Apa yang membuat kalian sepagi ini datang kemari?" Ucap Gloriana setelah yakin kalau kelima penjaga itu ditugaskan tidak hanya untuk bergantian menjaga sel dirinya saja.

"Tuan Putri, Raja Hernes memanggil anda."

Pintu sel di buka dan seorang penjaga masuk untuk menjemput dengan paksa jika gadis itu menolak meninggalkan tempatnya. Namun, Gloriana yang berpikir secara rasional lebih memilih untuk mengikuti arahan dari para prajurit dari pada harus diseret keluar untuk ikut bersama mereka.

Menaiki kereta kuda militer yang berjalan tanpa hambatan sehingga mereka dengan cepat sampai ke istana kerajaan. Selama 18 tahun hidupnya, Gloriana sudah sering berjalan memasuki istana namun baru kali ini dia merasa tidak nyaman. Jikalau dahulu berbagai mata yang memandangi dirinya dengan rasa kagum berbanding terbaik dengan sekarang yang sorot pandangannya lebih banyak merendahkan dirinya.

Semua orang yang ingin bertemu raja haruslah berpakaian dengan rapi dan bagus. Sebab itu, meskipun ia adalah seorang narapidana sekalipun, Gloriana harus mengganti pakaiannya yang sudah cukup lusuh dengan pakaian bersih. Pelayan menggantikan pakaiannya dalam diam tanpa ada yang bertanya sama sekali. Lebih tepatnya mereka dipaksa untuk tetap diam oleh kepala pelayan yang mengawasinya.

Saat sudah siap Gloriana memasuki ruangan tahta raja dan mencuri' pandang untuk melihat sosok ayahnya yang sudah lama tidak ia lihat. Saat mata mereka berdua bertemu, sorot mata keduanya melembut tanpa ada ketegangan. Meskipun tanpa kata-kata, hanya dari pertemuan mata saja mereka berdua sudah mengerti kerinduan yang keduanya rasakan.

Kenapa badanmu terlihat lebih kurus dari biasanya? Apa kau makan dengan benar di sana? Aku ingin memeluk dan mengusap kepalamu. Aku ingin memeluk ayah, aku ingin berbicara santai dengannya. Semua keinginan tersebut hanya ada di dalam kepala mereka berdua saja tanpa bisa diucapkan kepada satu sama lainnya.

"Hormat hamba terhadap matahari Kerajaan Deux." Gloriana mengangkat sedikit roknya, menyilangkan kaki dan menurunkan lututnya dengan kepala yang tertunduk.

"Aku memanggilmu hanya untuk mengatakan satu hal." Ucap raja dengan segenap kesungguhan hatinya dan tekad yang sudah dibulatkan. "Mulai sekarang dan seterusnya, kau akan menjadi bagian Kekaisaran Brigard." Katanya dengan nada yang sedikit meninggi sebab memaksakan untuk mengucapkan kata-katanya.

"Yang Mulia, ketahuilah kalau hidup hamba ada untuk keberlangsungan kerajaan. Hamba akan pergi sesuai dengan perkataan Anda." Balas Gloriana dengan posisi kepala yang masih menunduk sebab aturan narapidana tidak diperkenankan untuk mengangkat kepalanya dihadapan raja.

"Baguslah kalau kau menyetujuinya. Sebagai seorang raja yang bijak aku hanya bisa memberimu nasihat. Dahan pohon yang lembekpun pada akhirnya akan menjadi keras. Kau harus mengerti hal itu."

"Hamba akan selalu ingat nasihat dari Yang Mulia."

"Kau boleh pergi."

Gloriana membalikkan badannya dan berjalan dengan perlahan yang kemudian diikuti oleh penjaga yang sedari awal berada di belakangnya. Melihat anaknya berjalan pergi menjauhi dirinya membuat mata raja berkaca-kaca penuh dengan lara. Saat pintu ruangan raja ditutup maka saat itu juga tirai dari pertunjukan kisah Putri Gloriana di Kerajaan Deux diturunkan.

Meskipun begitu berbeda dengan raja yang bersedih, Gloriana tidak merasa menyesal dengan apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Senyum tipis masih menghiasi wajahnya yang tak berputus asa.

"Riana!" Bella memanggil adiknya yang sedang menaiki kereta kuda.

"Bagaimana kabarmu, Kak!" Tanya Gloriana mencoba memberikan kesan kepada orang-orang yang melihatnya kalau ini adalah pertemuan pertama mereka berdua setelah dirinya masuk ke dalam penjara.

"Apa ini memang yang terbaik?" Tanya Bella kepada adiknya tersebut.

Melihat kakaknya bertanya tentang keadaan yang terjadi membuat Gloriana mendekatinya lalu memegang pipinya kemudian sedikit berjinjit untuk menyatukan jidat mereka berdua. "Percayalah ini yang terbaik untuk hidup kita berdua." Jawaban seperti itulah yang diterima oleh telinga Bella.

Air matanya keluar karena rasa bersalah dan syukur atas apa yang ia terima bercampur menjadi satu. "Terima kasih adikku, tolong maafkan kakakmu yang bodoh dan lemah ini. Mulai sekarang meskipun terpisah, aku akan tetap berada di pihakmu apapun yang terjadi."

Matahari menyinari kedua saudari yang lahir dari rahim yang berbeda. Semua orang yang melihatnya pasti menaruh rasa simpati dan harunya masing-masing. Hari itu, seorang putri dengan coreng hitam di riwayat hidup meninggalkan kerajaan mereka. Banyak sorakan riang namun juga banyak yang menyayangkan kepergian dari seorang putri yang terkenal akan kepintaran, kesederhanaan dan kecintaaanya terhadap rakyat dan kerajaan.

...

Mata merah dan rambut hitam yang terciprat noda darah sampai ke bagian pipinya. Seorang pria berwajah garang berdiri di tengah-tengah banyaknya tubuh pria lain yang tergeletak di tanah.

"Tch." Pria itu berdecak merasa kecewa dengan apa yang ada di hadapannya. "Hanya dengan latihan seperti ini saja kalian sudah tumbang." Lanjutnya mengungkap rasa tidak puasnya.

"Tuanku, anda memiliki surat dari Kerajaan Deux." Seorang ajudan laki-laki mendekati pria itu sambil membawa surat dan kain bersih untuk menyeka noda darah yang ada di wajahnya.

"Deux? Apa ia sudah mau mengirimkan perwakilan mereka ke sini."

"Anehnya, surat tersebut tidak datang dari Raja Deux melainkan dari putri raja yang meracuni adiknya sendiri."

"Seorang kriminal mengirim surat kepadaku? Apa isinya?"

"Soal itu, dia berkata kalau kakak-nyalah yang sebenarnya meracuni putra mahkota Kerajaan Deux. Dalam surat tersebut juga tertulis untuk memilih dirinya sebagai selir Anda."

"Dia sendiri yang mengajukan diri kepadaku? Hahaha!" Kemudian pria tersebut tertawa dengan keras. "Menarik sekali, cepat kirim surat ke Raja Deux, katakanlah kalau aku memilih kriminal itu sebagai selirku."

"Sesuai keinginan anda, Tuanku."

...

-Prologue Arc End-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status