Sejak dahulu, ketika masih bernama Ashriana, dirinya memang tidak menyukai perjalanan jauh yang memakan banyak waktu. Saat di dunia asalnya dulu, ia akan mengeluh hanya karena perjalan 3 hari menggunakan bus yang berjalan di aspal mulus. Maka sekarang ini, dalam perjalanan 3 bulan menggunakan kereta kuda yang berjalan di atas jalanan yang tidak rata seperti akan membunuh mental dan fisik putri tersebut.
"Ah, sial. Pantatku sakit. Bantal duduk yang kau buat bahkan sudah tipis sekarang." Ucap Gloriana kemudian menghembuskan nafasnya panjang-panjang."Putri, meskipun hanya ada saya di sini tapi Anda tetap dilarang berbicara kasar dan vulgar seperti tadi." Balas seorang pelayan yang duduk menghadap ke Gloriana."Memangnya kenapa? Aku mengatakan hal seperti itu karena tahu kalau cuma ada kau yang mendengarnya, Berlin."Meskipun sudah mendapatkan pemecatan sebelumnya, namun pelayan bernama Berlin Linbert tetap dibawa oleh Gloriana untuk pergi bersamanya ke Kekaisaran Brigard. Pasalnya, hukum di setiap negara akan berbeda-beda. Maka segala dosa yang dilakukan dalam kerajaan Deux tidak akan berlaku di negeri lainnya. Sebenarnya, lebih dari keinginan untuk menghapus dosa dengan pindah ke wilayah lain. Nilai seperti kepercayaan yang sudah lama terjalin menjadi alasan utama kenapa Gloriana sampai meminta Berlin untuk ikut bersamanya."Berlin, apa kau tahu berapa lama lagi kita akan sampai ke sana?""Kata para penjaga, jika berjalan lancar maka seminggu kemudian kita akan menginjakkan kaki di tanah Brigard.""Seminggu lagi hanya dengan melihat kau, bangku dan dinding kayu. Setidaknya biarkan gorden jendela ini terbuka saja agar aku bisa melihat pemandangan luar."Selain lamanya perjalan, perlakuan yang diterima putri tersebut selama perjalanan juga mengikis secara perlahan kewarasan pikirannya. Ia tidak diperkenankan keluar kereta kuda selain untuk kegiatan buang air saja. Gorden jendela kereta kuda juga ditutup agar orang luar tidak mengetahui siapa yang dibawa oleh rombongan mereka."Gorden itu menyelamatkan Anda dari pemandangan orang membunuh orang tempo lalu." Ucapan Berlin mengacu pada pertarungan prajurit dengan bandit hutan beberapa minggu yang lalu."Itu, ada benarnya juga." Gloriana mengiyakan apa yang dikatakan oleh pelayannya. "Tapi aku bosan, daripada putri seorang raja aku lebih merasa diperlakukan seperti barang bawaan."Berlin terdiam mendengar keluhan yang diucapkan oleh atasannya tersebut. Sebenarnya ia juga merasa bosan sejak lama tapi ia harus menunjukkan sikap yang profesional. "Jika Anda bosan kenapa Anda tidak membaca novel saja." Sarannya sebagai jalan keluar dari apa yang dikeluhkan oleh Gloriana.Gloriana melirik beberapa novel yang ia bawa disampingnya. "Aku mual jika membaca novel sambil berjalan." Ucapnya dengan sedikit malu."Kalau begitu biar saya yang bacakan untuk Anda.""Eh, benarkah?" Wajah Gloriana berubah menjadi riang.Berlin mengambil satu jilid novel dan mulai membacakan berbagai kalimat yang menjadi isiannya. Seperti itulah kisah perjalanan putri Gloriana untuk mencapai wilayah Kekaisaran Brigard. Kemudian setelah 7 hari dan 2 novel cukup tebal dibacakan, mereka semua sampai di sebuah wastu megah yang dindingnya terbuat dari berbagai jenis bebatuan."Putri harus bertemu kaisar terlebih dahulu malam ini, jadi kita akan berhenti di wastu ini untuk mempersiapkan diri anda.""Aku tidak peduli. Hal yang terpenting sekarang adalah aku meluruskan tubuhku di kasur." Ucap putri tersebut kemudian turun dari kereta kuda dan tanpa basa-basi langsung minta untuk diantarkan ke kamar yang sudah disiapkan.Kamar yang terbilang mewah tertata rapi lengkap dengan ornamen vas bunga di setiap sudut. Meskipun begitu, ranjang yang berisikan kasur adalah hal yang paling menarik oleh mata Gloriana. Seperti seorang perenang, Gloriana segera meluncurkan tubuhnya masuk ke dalam kain yang berisikan tumpukan kapas tersebut tanpa memedulikan orang-orang di sekitarnya."Tuan Putri, sikap Anda tidak sopan sekali. Tidak menunjukkan diri seorang putri terhormat.""Aku tidak peduli. Putri raja sekalipun akan berubah menjadi gorila jika dia kekurangan tidur.""Tetapi tetap saja, Anda harus menjaga-" Berlin berhenti berbicara ketika melihat orang yang ia ingin ceramahi telah menutup matanya dan memindahkan kesadarannya ke alam lain.Badai yang datang langsung reda dengan gancang. Sikap yang baru saja Gloriana tunjukan membuat para pelayan wastu terheran-heran. Semua isi kepala mulai bertanya tentang alasan kaisar mereka memilih gadis ini sebagai seorang selir.....Sebuah ruangan yang dibukakan semua jendelanya sehingga angin sejuk berputar-putar di dalamnya. Cahaya rembulan yang bersinar masuk dari jendela kemudian sinarnya menyinari sebuah meja makan yang terbuat dari batu marmer. Pada bagian atas meja tersebut terdapat berbagai macam makanan mewah yang terlihat begitu lezat.Meskipun suasana yang tersaji begitu indah namun seorang pria berambut hitam dengan kantung mata tebal yang duduk pada bangku meja makan malah memasang wajah cemberut. Alasan mengapa pria tersebut memasang wajah tersebut disebabkan karena seorang wanita yang ia tunggu masih belum datang bahkan ketika waktu telah 10 menit berlalu dari jam yang sudah ditetapkan."Hey, apa kalian benar-benar sudah mengatur makan malam ini dengan baik?" Ucap pria itu kesal kepada salah seorang pria yang memakai pakaian hitam putih lengkap dengan dasi kupu-kupu."Jadwal sudah diatur dengan baik Tuanku. Putri itu juga sudah diberikan pemahaman sebelumnya." Balas pria dasi kupu-kupu dengan tenang meskipun ada sedikit getaran di tubuhnya, menandakan perasaan asli yang ia rasakan sekarang.Mendapati jawaban yang ia terima, wajah pria tersebut tidak lagi cemberut melainkan berubah menjadi tegang dengan kedua ujung alis yang saling bertemu. "Jika memang sudah seperti itu, MENGAPA SAMPAI SAAT INI IA BELUM DATANG JUGA?!"Pria itu berdiri dari duduknya dan menghempaskan tinju ke arah meja yang sedari tadi di hadapannya hingga membuat meja makan tersebut patah. Hasilnya, makanan yang telah tersaji berhamburan jatuh ke bawah. Meja itu terbuat dari marmer asli, meskipun bukan yang terkuat tapi batu tetaplah batu. Hanya saja kekuatan tinju yang dimiliki pria tersebut tidaklah normal, tinjunya jauh lebih kuat dari batu yang terkenal dengan struktur kerasnya."Berani sekali gadis itu membuat seorang Elder Asterisk de Brigard menunggu seperti bawahan."Elder Asterisk de Brigard adalah nama penguasa Brigard, sosok yang paling dihormati, ditakuti dan disegani di wilayah ini. Membuat orang paling penting seperti itu menunggu kehadirannya, entah akan jadi seperti apa nantinya nasib orang tersebut."Tuanku, Selir Gloriana sudah datang." Seorang pelayan lain datang dan berkata kepada Elder yang masih berdiri dengan tubuh menegang."Biarkan gadis sialan itu masuk."Beberapa saat kemudian muncul seorang gadis muda berambut pirang yang memantulkan sinar rembulan dengan sempurna. Gaun berwarna merah yang ia kenakan sangat kontras dengan warna gelap disekitarnya, hal itu membuat mata akan langsung tertuju ke arahnya. Anehnya, Gadis tersebut mengeluarkan banyak keringat di leher dan pundaknya walaupun angin sedari tadi berhembus di dalam ruangan."Hormat saya terhadap penguasa Kekaisaran Brigard." Ucap gadis tersebut dengan lembut tanpa memedulikan apa yang sudah terjadi di hadapannya."Katakan wahai gadis, apa kau memang menginginkan setengah benua ini menyerang kerajaan kecilmu?"Jika ada yang bertanya tentang musuh terbesar bagi umat manusia, sekiranya jawaban seperti apa yang akan diberikan untuk menjawab pertanyaan itu? Alam semesta atau kaum iblis? Terkadang itu memang benar tapi itu bukanlah jawaban yang sempurna. Sebab jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah manusia itu sendiri.Manusia menjadi musuh terberat bagi umat manusia. Lebih tepatnya, apa yang ada di dalam diri manusia. Iri, amarah, malas, sombong, tamak, rakus dan nafsu. Dalam sejarah panjang umat manusia, ke-tujuh sifat tersebut telah berhasil membinasakan manusia yang tak terhitung jumlahnya."Putri, kenapa Anda malah tidur lagi di dalam kamar mandi." Ucap Berlin, seorang pelayan yang sedang terburu-buru memasangkan gaun berwarna merah kepada gadis berwajah datar dengan mata yang tertutup."Habisnya, air panasnya sangat pas sekali. Aku jadi nyaman dan kalah dari rasa malas serta hawa nafsuku." Balas putri berambut pirang bernama Gloriana."Ah, tidak ada waktu. Putri, Anda dalam masa
Satu saja kesalahan lagi maka negeri yang paling ia sayangi bisa saja hancur tak berbekas. Meskipun begitu, setelah memperhatikan kondisi orang yang ada di depannya, Gloriana memiliki rencana untuk keluar dari masalah yang begitu genting ini. Memang benar ia telah merusak makan malam tapi keadaan akan berbalik jika ia bisa memberi sesuatu hal yang lebih menguntungkan bagi Kaisar. Kantung mata kaisar cukup besar dan berwarna hitam, sepertinya ia sudah tidak tidur beberapa hari. Saat ini dibandingkan dengan makan, menutup mata untuk tertidur adalah sesuatu yang lebih dibutuhkan oleh tubuhnya.Sebab itu Gloriana masuk ke dalam sebuah kamar bersama dengan pria tersebut. Sebab, dirinya ingin membuat kaisar tertidur dan melupakan kesalahan yang telah ia perbuat."Lepaskan pakaianmu." Kaisar Elder mengatakan hal yang membuat Gloriana terdiam beberapa saat, dirinya mulai menyadari jalur dari rentetan kejadian yang akan datang.Kenapa jadi begini, apa kita berdua akan melakukan hal itu? Pikirn
Baru saja matahari menunjukkan bentuk sempurnanya. Seorang pelayan turun dari kereta kuda yang digunakan untuk membawa dirinya dan barang-barang. Pelayan bernama Berlin, memasuki kastil tempat dimana tuan putrinya menghabiskan malam yang sepertinya akan sulit dilupakan.Berjalan tegap di sebuah lorong, wajahnya datar namun pikirannya tidak bisa setenang penampakan luar yang dirinya tunjukan. Sejak tadi malam, Berlin benar-benar memikirkan tentang keadaan Gloriana yang membuatnya tidak bisa tertidur dengan nyenyak."Apakah kamu pelayan dari Selir Gloriana?" Seorang pelayan wanita bertanya kepada Berlin yang isi pikirannya masih tertuju kepada gadis yang menjadi atasannya."Benar, aku datang untuk menjemput Tuan Putri Gloriana. Bisakah kamu tunjukan dimana dirinya sekarang?" Balas Berlin atas pertanyaan yang diajukan kepadanya."Selir Gloriana sedang berada di kamar sekarang namun kamu dilarang untuk masuk terlebih dahulu.""Kiranya kenapa demikian, apa Tuan Putri sedang melakukan sesuat
Tumpukan kertas yang tebalnya melebihi tinggi botol air mineral yang ada tepat disamping tumpukan tersebut. Kertas-kertas itu bertuliskan dengan banyaknya angka-angka dan beragam tabel serta diagram.Namun bukan itu yang membuat seorang wanita muda khawatir, melainkan sebuah jam dinding yang menunjukan waktu saat ini sudah hampir tengah malam."Ah, sial. Aku harus lembur lagi. Padahal kemarin malam hanya dapat tidur satu jam." Katanya dengan pelan sambil membenamkan wajahnya ke permukaan dari meja yang ada di hadapannya.Ashriana Pertiwi, wanita berusia 25 tahun yang sudah genap 2 tahun menjalani pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Kacamata besar dan rambut yang dipotong pendek adalah penampilan yang ia anggap paling nyaman untuk pekerjaannya. Kini keseharian wanita itu dipenuhi dengan angka dan kertas-kertas yang menumpuk di mejanya. Sebenarnya keseharian seperti itu bukanlah sesuatu yang buruk baginya sebab ia sampai rela-rela berkuliah hanya untuk mendapatkan pekerja
"Mungkin aku yang di sana sudah mati sehingga kehidupanku dimulai lagi di sini." Ucap Gloriana sambil memakan kue sus krim yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan."Tapi apa yang telah aku perbuat sebelumnya sampai-sampai di kehidupan ini aku bisa merasakan surga seperti ini." Lanjutnya sebelum meminum teh hangat yang telah disajikan."Kerajaan besar nan damai, lalu aku adalah satu-satunya anak dari raja. Betapa beruntungnya aku. Apa ini adalah bayaran dari segala penderita dari kehidupan sebelumnya?"Meskipun tidak begitu pintar dalam ilmu geografis namun Gloriana yakin kalau tidak ada kerajaan bernama Deux di kehidupannya dahulu. Ini adalah dunia dengan realitas dan sejarah yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa penyihir dan juga sosok mengerikan seperti Raja Iblis. Untungnya saat ini sosok tersebut sudah tidak ada karena 20 tahun yang lalu ia berhasil dikalahkan oleh seseorang."Kalau Raja iblis itu masih ada aku pasti berpikir kalau kehadiranku disini untuk me
"Apa Ayahanda tidak bisa menolaknya saja?" Gloriana bertanya kepada ayahnya di ruangan kerja sang raja."Akan banyak rugi dibandingkan untung jika aku menolaknya. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan untungnya tapi jika aku tolak maka akan terjadi perang antar kedua kerajaan. Sebagai seorang Raja, itulah yang aku hindari. Lagipula kekaisaran itu adalah kekaisaran yang berhasil mengalahkan pasukan Raja Iblis rasanya akan sulit untuk menang perang dari mereka.""Tapi tetap saja aku tidak mau Kak Bella pergi ke kerajaan bar-bar seperti itu.""Pernikahannya akan menjadi balas budi karena selama ini ia telah diberikan hidup yang layak. Untungnya dalam surat tidak ada nama putri mana yang kaisar itu lamar. Sebenarnya aku takut jika namamu yang tertera dalam surat itu, anakku."Perkataan dari raja sama sekali tidak membuat Gloriana senang ataupun tenang. Ia tidak bisa membiarkan kakaknya pergi ke kandang para serigala yang lapar namun rasanya sulit untuk menghentikannya karena jika tida
Raja berdiri dari tempat duduknya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya sendiri. Seluruh orang seperti tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh putri kerajaan mereka. Meskipun begitu Gloriana tidak menyesali apa yang ia katakan barusan."APA YANG KAU KATAKAN!" Suara Raja Hernes menggelegar di seluruh penjuru ruangan yang sunyi."Aku yang memodifikasi makanan itu agar lebih enak, aku tidak tahu kalau itu malah menjadi racun."Itu adalah sebuah kebohongan yang membuat hati raja begitu sedih dan kecewa. Jika tidak ada seorangpun yang melihat dirinya sebagai raja bermartabat maka air mata pasti akan keluar dari ujung kelopak mata pria paruh baya tersebut."Prajurit, bawa gadis ini ke penjara." Ucap Raja Hernes dengan lemas untuk memberikan keputusan atas kasus percobaan meracuni Putra Mahkota Kerajaan Deux.Prajurit yang tadinya mengawal Gloriana langsung membawa paksa orang yang mereka kawal itu untuk pergi ke sel penjara istana. Raja tertegun layu meratapi apa yang s
Berjalan kemudian duduk dengan tegang dan menatap dokumen yang ada dihadapannya. Beberapa detik kemudian ia bangkit dan mondar-mandir lagi. Wajah tegang dan rasa gelisah Bella sudah berlangsung sejak Gloriana masuk ke dalam penjara. Perilaku yang ia tunjukkan adalah buntut dari rasa bersalah atas apa yang diam-diam ia lakukan dibelakang adiknya."Putri Bella, ada surat untuk anda." Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan yang membuat perhatian Bella tertuju kepadanya."Dari siapa?" Tanya Bella kepada pelayan tersebut."Tidak ada nama pengirimnya tapi di sini tertera kalau surat ini di tunjukkan kepada anda.""Berikan kepadaku." Ucap Bella yang membuat pelayan tersebut segera memberikan sebuah amplop surat kepadanya.Amplop berwarna merah dengan nama Bella Von Deux sebagai tujuan penerimanya. Sepertinya surat itu bukanlah surat resmi sebab tidak ada lambang keluarga atau instansi apapun di perekat lilin yang digunakan untuk menutup surat. Mengambil sebuah pisau lalu menyobek perekat lil