#Istri_Serakah 10Kepalaku berdenyut nyeri, mendengar penolakan dari Ibu. Wanita yang melahirkan aku tiga puluh lima tahun yang lalu itu, tidak terima waktu kuminta untuk mengurus Freya dan bayinya. "Kamu memang anak kurang ajar ya, Han! Masak orang tua sendiri kau jadikan babu, kau minta mengurus istrimu yang super manja itu," ketus Ibu. "Bukan begitu, Bu. Kalau pekerjaan lain sudah ada yang mengerjakan, hanya mengurus anak kami. Freya masih takut pegang bayi, Bu," sanggahku. "Gayanya kayak istri Sultan saja, si Freya itu. Padahal sudah beranak berkali-kali sok-sok an takut pegang bayi! Kayak yang baru melahirkan saja," ucap Ibu makin ketus. "Lagian, kenapa nggak kamu bayar orang saja untuk mengurus anak dan istrimu?" lanjut Ibu. "Duitku habis buat bayar biaya operasi, Bu," lirihku. "Ooh ... jadi kamu sudah bangkrut sekarang?" ejek Ibu. "Bukan bangkrut, Bu. Hanya saja akhir-akhir ini warung agak sepi," kilahku. "Itu namanya kamu kena azab, Han. Zolim sama anak istri, malah me
#Istri_Serakah 10Pov Frida. Ku bulatkan tekadku untuk menggugat pembagian harta bersama. Keenakan Bang Farhan, dia pergi dengan membawa semua harta kami, sedangkan aku dan anak-anak dibiarkan terlantar. Sebenarnya sudah aku tidak ingin berurusan dengan laki-laki tidak bertanggung jawab itu, bagiku lebih cepat move on, lebih baik.Tapi kedatangannya ke rumah dengan niat menjual tempat tinggalku itu, jelas membuatku meradang, tidak puaskah dia dengan semua yang dia kuasai? Ditambah lagi kedatangan istrinya yang seenak perutnya menghinaku, membuatku siap mengibarkan bendara perang?Tenang Bang Farhan, kali kau akan mendapatkan lawan yang sepadan. Jangan kau kira karena aku janda, jadi tak bisa berbuat apa-apa. Kau lupa, bapakku masih hidup, kakakku pun masih ada, aku bisa minta bantuan mereka untuk menumpasmu, tapi untuk sementara cukup hadapi aku dulu. Frida Fatmala kembang desa yang sudah menjanda. * * * * * * * *Potman Prancis and Partner's, kantor bantuan hukum. Itu yang tertu
Aku pulang dengan hati ambyar, ya ambyar. Hasil kerja kerasku dirampok anak buahku sendiri. Andai aku tidak terlalu percaya pada mereka, andai aku lebih bisa mengontrol mereka, andai Freya nggak manja dan mau aku tinggal, pasti semua ini tidak terjadi. Rutukku dalam hati. "Pa, bagi duit dong," anak laki-laki usia tujuh belas tahun itu menadahkan tangannya padaku, dia adalah Fatir, anak Freya dengan suami pertamanya. "Kan, kemarin sudah Papa kasih, kok minta lagi?" tanyaku gusar, baru juga parkir mobil di garasi, sudah ditodong pemuda tanggung itu. "Yang kemarin sudah habis buat beli bensin, Pa. Sekarang aku mau jajan," ucapnya santai. kukeluarkan uang dua puluh ribuan, dia tidak langsung menerimanya, melainkan memandang uang itu dengan tatapan merendahkan. "Dua puluh ribu dapat apa, Pa? Cilor?" ejeknya. . Tak ambil pusing dengan sikap anak tiriku, aku pun memasukan uangku kembali ke saku celanaku. Sombong bener dia, merendahkan uang dua puluh ribu, kayak yang sudah pinter nyari
#Istri_Serakah 12Pov FridaHari ini aku ada janji dengan Pak Harsono Panji Kusumo SH, Mhum. Melengkapi semua data yang dibutuhkan, untuk mengajukan gugatan. Kami bertemu di depan parkiran Bank, agar tidak kelamaan. Pak Harsono ini selain cerdas, juga baik dan ramah. Beliau begitu telaten mendampingi aku ke Bank dan ke kantor BPN. Mengumpulkan semua bukti yang kami butuhkan, begitu mudah beliau dapatkan. Hanya dengan modal kata. "Sebagai bukti di pengadilan.""Terima kasih, Bapak sudah begitu baik mendampingi saya mengumpulkan semua bukti," ucapku setelah urusan kami selesai. "Itu memang tugas saya sebagai pengacara, Bu," ucap Pak Harsono merendah. "Tapi Bapak memang sangat baik, sabar, padahal saya bodoh masalah hukum.""Ha ... ha ... Anda ini aneh, jelas saya harus bersikap ramah, kalau saya galak, semua klien saya bisa kabur. Tersandung masalah hukum, sudah cukup membuat orang merasa stres, masa iya harus ditambah pengacara yang jutek. Dimana-mana, pengacara harus bisa membu
Istri Serakah 13Kepalaku terasa nyut-nyutan tiap harinya mendengar omelan Freya, dia selalu menyalahkan aku atas menurunnya omset warung. Padahal ini semua adalah salahnya sendiri, andai dia tidak ikut campur mengatur warung, mengurangi porsi dan menaikkan harga, pelanggannya pasti masih ramai seperti dulu."Ya, aku harus bagaimana? Harga sudah kukembalikan, bahkan sudah ku pasang baner harga kembali seperti semula, tetap saja pembelinya sepi, mungkin memang rejeki kita segitu," ucapku pelan, menghadapi Freya harus dengan suara lembut, kalau suara tinggi, maka Freya pun akan meninggikan suara. Dan pertengkaran pun tak terelakkan. "Papa, kurang lincah sih. Coba pasang iklan di medsos, perlihatkan foto yang memperlihatkan sajian soto kita terkini, aku yakin pembeli bakal tertarik," usul Freya. "Sebelum kamu ngomong, aku sudah melakukannya," sanggahku. "Terus gimana, dong? Penghasilan segitu jelas tidak cukup, untuk memenuhi kebutuhan hidup kita," keluh Freya. "Salah kamu, kenapa wa
Istri Serakah 14Pov Farhan"Ayolah Bu .... Nggak enak sama Frida, dia itu kan sudah janda, kasihan!" Sekali lagi kurayu Ibu, semoga berhasil membuat Ibu luluh dan mau pulang denganku. "Memang kenapa kalau Frida janda?" ketus Ibu. "Ya kan nggak ada ngasih duit dia, Bu. Masih harus memberi makan anak-anaknya, masak masih harus ditambah dengan menanggung kebutuhan Ibu di sini," jelasku."Apa kamu bilang? Nggak ada yang ngasih duit dia? Jadi setelah bercerai kamu lepas tangan begitu saja? Tak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai Ayah?" Netra Ibu, membulat sempurna, seolah mau lepas dari tempatnya. Aku yang dipelototi, merasa seperti sedang ditodong dengan pistol ke arah kepala. Ibu kalau sedang marah, memang horor banget, kayak mau makan orang hidup-hidup. Aku sampai gemetaran, dan hanya bisa menggelengkan kepala. "Bu--bukan begitu, Bu. Ma---maksudku--" ucapku gemetaran. "Heh Farhan! Dengar ya? Mantan suami, mantan istri itu memang ada. Tapi nggak pernah ada yang namanya mantan anak,
"Jadi ini, yang kamu lakukan bila aku pergi?" ucapnya datar. Tatap matanya dingin, tak ada emosi yang meledak-ledak. Pembawaannya tenang, seolah tidak sedang terjadi sesuatu yang sangat memalukan. Aku yang sedang terciduk berbuat zina, dengan rekan bisnisnya, hanya bisa diam tertunduk, seraya berusaha menutupi tubuh ini dengan selimut. "Bukan aku yang memulai Tuan Adiguna, istri anda yang menggodaku. Dia menawarkan tubuh indahnya pada lelaki kesepian sepertiku, siapa yang bisa menolak?" ucap Wisnu, lelaki yang menjadi sparing olahraga jantungku kali ini, sekaligus rekan bisnis suamiku. "Penghianat seperti kalian memang sangat serasi, aku rasa kalian cocok untuk disandingkan. Ambil Freya untukmu, aku tidak sudi punya istri yang sudah dijamah laki-laki lain," ucap Adiguna lalu meninggalkan kami berdua. "Mas Wisnu, apakah ini kita berarti akan segera menikah?" ucapku pelan. "Menikah? Siapa yang sudi menikah dengan perempuan murahan sepertimu? Di jalan aku bisa menemukan banyak," uc
Istri Serakah 16Di sinilah aku sekarang, duduk di ruangan menanti sidang dimulai, tapi hingga jadwal yang sudah ditetapkan, Frida tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Bukan hanya aku yang gelisah, pengacara itu juga. Sebentar- sebentar dia melihat jam yang melingkar di tangannya. Entah kertas apa yang ditunjukkan oleh pria tampan, yang mengaku sebagai pengacara Frida kepada majelis hakim? Karena setelah itu Hakim mengetuk palu tiga kali, sebagai tanda sidang dimulai. Hakim membacakan tuntutan yang diajukan Frida. Gila! Kepalaku sampai pusing sendiri mendengarnya, dari harta yang didapat selama kami menikah, asal usul uang modal yang kugunakan untuk memulai usaha, hingga uang nafkah yang selama ini aku lalaikan, Dan jumlahnya membuat kepalaku makin nyut-nyutan. Empat milyar, Jumlah yang dituntut Frida. Memang kalau dihitung-hitung semua aset ku jumlahnya lebih dari itu bila dijual. Tapi aku keberatan kalau hanya menerima separuhnya, dan masih harus dituntut mengembalikan uang