Home / Romansa / Istri Sewaan CEO Duda / 4. Menjadi Kekasih Palsu

Share

4. Menjadi Kekasih Palsu

Author: Skuka_V
last update Last Updated: 2023-12-20 03:29:10

“Pak, saya masih kuliah di sini," bingung Naura kala melihat ekspresi wajah dosen serta teman sekelasnya yang lain.

Suasana canggung memenuhi ruangan kelas, hingga sang dosen akhirnya mengangguk.

"Sepertinya, kamu ke ruang administrasi. Tadi, mereka mengabarkan kamu tidak akan lanjut studi di sini," ucapnya, “jika ada kesalahpahaman, sebaiknya segera kamu urus.”

Mendengar itu, Naura mengangguk.

Dengan rasa malu, dia pun pergi ke ruang administrasi.

Namun belum sampai ke sana, ia dipertemukan dengan Adelia yang menggoyangkan map di tangannya.

“Well, gimana jadinya Naura? Apa kamu masih berkuliah di sini?” ucapnya, lalu tersenyum sinis.

Tangan Naura sontak mengepal, menahan emosi. "Apa kamu yang memberhentikan aku kuliah di sini?!"

Adelia mengangguk. "Iya. Ayah dan Ibu juga enggak peduli kamu kuliah atau enggak. Tapi, aku hanya mengantisipasi enggak ada biaya yang harus orangtuaku bayar."

Ucapan Adelia seolah menyiratkan bahwa orangtua mereka tak sama.

Naura sontak tertunduk lesu. Dia anak kandung, tapi mengapa seperti anak tiri?

Tak ingin larut dalam pertengkaran, Naura memilih pergi.

Dia kini tak ingin melihat wajah kakaknya lagi.

“NAURAA!”

Adelia meneriakan namanya dan sepertinya berusaha mengejar Naura.

Meski mendengar, gadis itu memilih terus berjalan.

Hanya saja, langkahnya terhenti saat seorang pria yang sejak kemarin mengganggu harinya–terdengar.

"Naura …?"  panggilnya.

Gadis itu sontak melihat ke sumber suara dan menemukan Arkan berdiri menatapnya.

Entah mengapa, Naura merasa segala emosi berkumpul di tubuhnya.

Terlebih, kala mendengar Adelia yang terus meneriakan namanya.

Dengan air mata yang nyaris tumpah, Naura pun berjalan mendekati Arkan. "Bawa aku pergi dari sini," lirihnya.

"Kumohon," ucapnya lagi.

Arkan sontak menatap Naura dalam.

Tanpa pikir panjang, Arkan membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Naura masuk ke dalam mobil.

Pria itu lalu mengendarai mobilnya melewati Adelia yang mematung menatap ke arahnya.

****

"Apa dia Kakakmu?" tanya Arkan, tetapi Naura hanya diam.

Melihat itu, Arkan pun merogoh saku.

Dia memberikan ponsel milik Naura.

"Kalau iya, sepertinya dia mengirimkan banyak pesan sejak kemarin. Maaf, aku membuka pesan itu karena aku pikir itu kamu."

Naura terkseiap.

Dia lantas menatap layar ponselnya dan menangis sejadi-jadinya saat membaca pesan dari sang ibu.

[ Maafkan Ibu. Bukannya Ibu enggak sayang sama kamu, tapi, pendidikan Kakak lebih penting karena dia akan menjadi tulang punggung keluarga.]

Naura terlarut dalam perasaanya sendiri, hingga dia tak sadar bahwa Arkan membawanya ke sebuah pantai.

Untungnya, pria itu membiarkannya sendiri.

Sembari mendengar deburan ombak yang menderu, Naura mencoba mengatur perasaannya.

Namun, entah mengapa dia masih saja merasa gamang.

Lamunannya terhenti, kala Arkan tampak berjalan ke arahnya. “Sepertinya, mood-mu sudah kembali,” ujarnya tenang.

Naura hanya mengangguk sembari masih menatap hamparan laut yang begitu luas.

"Berapa nomor rekeningmu?" tanya Arkan tiba-tiba.

Mendengar itu, Naura memutar bola matanya.

Saat ia sudah tenang akan masalahnya dengan Adelia, mengapa ia harus di ingatkan lagi masalah yang membuatnya kesal?

"Memang, berapa uang yang akan Om kirim?"

"Om ....?!" Arkan berdecak kesal.

Dia pikir Naura hanya memanggilnya Om saat dia mabuk saja.

Rupanya, dia masih ingat akan panggilan untuknya.

"Berapa yang kamu minta?" tanya pria itu balik akhirnya.

Naura menoleh, menatap kedua mata Arkan. "Seratus juta," ucapnya asal.

Arkan terdiam sesaat sebelum akhirnya ia memberikan ponselnya. "Tulis nomor rekeningmu."

"Hah? Serius?" Naura benar-benar tak percaya ada pria yang memberikan uang sesuai yang dia minta.

"Tulis nomor rekeningmu," ulang Arkan tak mau ditentang.

Hal ini membuat Naura langsung mengambil ponsel Arkan dan mengetik nomor rekeningnya.

"Anda tidak bercanda, kan?" Meski demikian, ia masih memastikan karena tak ingin dibohongi.

Arkan mendengus, kesal. "Serius, aku juga bisa membayar biaya kuliahmu kalau kamu mau," ucapnya tanpa menoleh pada Naura sama sekali.

Perempuan itu sontak menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

Dia masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar!

Bahkan, ia bergegas membuka ponselnya saat melihat notif masuk.

[Rp. 200,000,000.00 baru saja ditransfer ke rekeningmu!]

"Oh my God," lirih Naura tanpa sadar.

Arkan menahan senyum. "100 juta untuk malam panjang kita dan 100 juta untuk kesepakatan kita."

Deg!

"Kesepakatan apa?"

"Jadilah kekasihku."

Naura terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Arkan.

Seolah mengetahui kebimbangannya, pria itu tiba-tiba berbicara, "Hanya kekasih palsu. Aku lelah karena orang tuaku terus memintaku menikah."

"Tunggu, bukannya Om punya banyak teman wanita? Kenapa Om enggak minta tolong ke mereka saja?" bingung Naura.

"Bukan urusanmu. Yang jelas, aku akan membayar kuliahmu sampai lulus kalau kamu bersedia menjadi kekasih palsuku."

Mendengar itu, Naura sontak mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Arkan.

Hanya saja, tawaran dikuliahkan sungguh menarik perhatiannya!

“Bagaimana?” ulang Arkan tak sabar.

"Mau ... Aku mau, asalkan Om bayar uang kuliahku sampai lulus," putus Naura.

Hanya menjadi kekasih palsu, harusnya mudah bukan?

Apalagi, Arkan sudah membayar di muka untuk kesepakatan mereka.

Melihat itu, Arkan menahan senyum. "Oke, kalau begitu mulai hari ini kamu tinggal di apartemenku."

"Hah …?” bingung Naura, “bukannya hanya jadi kekasih palsu? Kenapa harus tinggal di apartemen Om.”

“Aku ini bukan teman tidur juga, kan?" tambahnya lagi.

Arkan tertawa lebar.

Dia tak percaya jika Naura sepolos itu.

Status palsu ini hanyalah kiasan agar ia bisa dekat dengan Naura dan memilikinya.

Tapi, tak mungkin Arkan mengatakannya.

Bisa-bisa, Naura langsung kabur.

"Orang tuaku pasti akan mencari tahu tempat tinggalmu. Jadi lebih baik kamu tinggal di apartemenku untuk berjaga-jaga,” bohong Arkan pada akhirnya.

“Tenang saja, lagi pula kita tidak akan tinggal di apartemen yang sama,"

Mendengar itu, Naura terdiam.

Sepertinya, dia memikirkan konsekuensi dari kesepakatan ini lebih dalam.

"Kalau gitu…..”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jaritelunjuk
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Sewaan CEO Duda   157. Akhir Yang Bahagia

    Satu bulan berlalu hubungan Naura dan Arkan semakin erat. Meski harus menjalani hubungan long distance relationship, tak menghalangi rasa cinta Arkan untuk anak dan istrinya."Pagi, Sayang."Perlahan Naura membuka mata saat mendengar suara bariton berbisik di telinganya."Kapan kamu datang?""Lima menit yang lalu. Aku rindu memeluk tubuhmu, Sayang."Seketika Naura membuka matanya. "Axel, di mana dia?"Arkan mengeratkan pelukannya. "Dia di bawah sama Papah dan Bu Dila.""Oh." Naura hanya ber-oh-ria lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. "Kamu mau ke mana?""Mau buat sarapan," jawab Naura mengikat rambutnya. Namun, Arkan menarik tubuh Naura hingga tergeletak di atas kasurnya. "Aku masih kangen, diam di sini sebentar saja."Naura lalu membiarkan Arkan untuk memeluknya beberapa saat sampai dia puas meluapkan rasa rindunya."PAPA ...." teriak Axel."Tuh anaknya manggil, sana samperin."Arkan menghela napasnya lalu mencium bibir Naura dengan lembut. "Ku menginginkanmu Sayang." Tanga

  • Istri Sewaan CEO Duda   156. Menikah Rasa Pacaran

    Suara gemercik air membangunkan Naura dari tidurnya. Dia lalu mengibas selimut yang menutupi tubuhnya dan— "Argh." Naura berteriak histeris saat melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. "Apa yang terjadi, di mana bajuku?" gerutu Naura. Tak lama dia mendengar suara seseorang membuka pintu. Naura pun segera menutup tubuhnya dengan selimut berpura-pura tidur untuk melihat siapa orang yang keluar dari kamar mandi. Sedikit demi sedikit Naura membuka matanya dan mendapati Arkan yang sedang memakai pakaiannya setelah mandi. "Arkan, jadi aku tidur dengan dia. Tunggu, kenapa aku bisa bersama Arkan?" batinnya. Naura mencoba mengingat kembali apa yang terjadi di klub semalam. Ingatannya mulai berputar seperti sebuah rekaman dan berakhir saat dia mencium Arkan. Naura begitu menikmati ciuman itu hingga membuatnya tak ingin melepaskan sedetik pun kesempatan itu. "Aku mencintaimu, Naura." "Aku juga mencintaimu, Arkan," ucap Naura dengan sadar hingga membuat wajahnya bers

  • Istri Sewaan CEO Duda   155. Aku Mencintaimu, Arkan

    Dentuman musik mengalun begitu kencang hingga memekikkan telinga. Namun, hal itu malah menarik atmosfer di sekitar membuat orang-orang yang berada di dalam klub ikut terhanyut dengan irama musik yang dibawakan oleh seorang DJ. "Naura, ayo turun!" ajak Sela saat mereka memasuki klub malam. "Kamu aja aku tunggu di bar ya." "Jangan di bar kita cari meja saja," ujar Sela. Matanya melihat ke sekeliling mencari tempat yang kosong. Namun, sayang tidak ada tempat kosong. Hampir semua meja terisi penuh oleh orang-orang yang sedang menikmati malam panjang mereka. "Tunggu, bukankah itu Arkan. Kita ikut di meja dia saja." Naura mencekal tangan Sela, tapi wanita itu terus berjalan meninggalkannya begitu saja. Mau tidak mau Naura pun mengikuti Sela hingga berhenti tepat di depan meja Arkan. "Hai, Arkan. Sendiri aja nih, boleh gabung?" Arkan mendelik, tanpa bicara dia bergeser tanda jika dia mempersilahkan mereka untuk duduk bersama dengannya. "Terima kasih, aku titip Naura dulu ya. B

  • Istri Sewaan CEO Duda   154. Cemburu Buta

    Deburan ombak mengalihkan perhatian Naura dari Roni dan Sela yang sedang berbincang. Padahal meeting sudah berakhir dan mereka berdua masih asik bersama."Ini." Naura menoleh ke samping saat Raka memberikan kopi untuknya. "Makasih.""Sama-sama."Naura kembali menoleh ke arah Sela dan Roni, tapi mereka sudah tidak ada di sana. "Ke mana mereka pergi?""Siapa? Oh Pak Roni dan Bu Sela, paling ke hotel.""Hah, kok bisa secepat itu?"Raka tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut Naura. "Kamu tenang saja mereka sedang melihat lokasi untuk penempatan barang-barang.""Oh," ujar Naura bernapas lega. Naura pun memilih berteduh di bawah pohon yang rindang lalu menurunkan bokongnya di atas pasir. "Menurutmu bagaimana Bu Sela dan Pak Roni?""Maksudnya?"Raka tersenyum lalu menjawab, "Aku sudah lama ikut kerja dengan Pak Roni, aku tau dia tertarik pada Bosmu.""Oh, aku pikir Pak Roni bukan tipe pria idaman Bu Sela. Apa lagi usia mereka terpaut jauh, aku nggak yakin hubungan mereka akan b

  • Istri Sewaan CEO Duda   153. Kecemburuan Sela

    Setelah pertemuan Sela dan Arkan, wanita itu terus mendiamkan Naura seolah kesal kepada.Naura pun tidak tahu harus melakukan apa karena Sela terus memalingkan wajahnya."Sebentar lagi kita sampai, apa kamu akan terus bersikap seperti itu?"Sela mendelik dan hanya menggerakkan tubuhnya seolah tak memperdulikan Naura. Kesal, Naura pun menginjak rem hingga tubuh Sela terhuyung ke depan. "Argh ... Kamu gila, apa kamu ingin aku mati?""Lihat kamu masih hidup dan berteriak dengan kencang."Sela mendelik, dengan anggunnya dia merapihkan rambutnya. "Aku kesal karena kamu nggak ngasih tahu aku kalau Arkan ada di sini.""Aku juga nggak tahu kalau dia datang ke sini. Lagi pula baru tadi pagi aku ketemu sama dia. Tunggu, kenapa kamu sekesal ini sama aku. Apa kamu masih mengharapkan dia?""Hah, yang benar saja. Mana mungkin aku mau sama duda apa lagi bekas karyawanku," cibirnya.Naura berdecak kembali mengendarai mobilnya. "Berhenti berbohong buktinya kamu kesal saat melihat aku dan Arkan bersa

  • Istri Sewaan CEO Duda   152. Ciuman Membuat Hati Berdesir

    Deburan ombak mengalun indah menemani Naura yang sedang menikmati kopi di pagi buta. Dia sama sekali tak bisa tidur nyenyak saat berada jauh dari putra semata wayangnya.Tok,tok."Permisi, room service."Naura menoleh ke arah pintu lalu beranjak dari kursinya.CeklekNaura terkejut melihat staf hotel membawakan sarapan ke kamarnya. "Maaf aku nggak pesan, mungkin salah kamar."Staf tersebut melihat kartu untuk memastikan jika mereka tidak salah kamar. "Dengan Ibu Naura kamar 210""Iya aku Naura, tapi aku nggak pesan," tutur Naura mencoba menjelaskan. Tak lama ponsel Naura berdering terlihat nama Arkan di sana. "Halo."[Selamat menikmati sarapannya.]"Apa, jadi kamu yang kirim makanan ini. Dari mana kamu tahu aku ada di hotel ini?"[Selamat menikmati, Sayang.]Arkan mematikan panggilannya sepihak. Mau tidak mau Naura pun mempersilahkan staf untuk masuk dan menyajikan makanan pesanan Arkan.Sudut bibir Naura terangkat saat melihat makanan pesanan Arkan. Tak lupa dia mengabadikan momen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status