Share

4. Menjadi Kekasih Palsu

“Pak, saya masih kuliah di sini," bingung Naura kala melihat ekspresi wajah dosen serta teman sekelasnya yang lain.

Suasana canggung memenuhi ruangan kelas, hingga sang dosen akhirnya mengangguk.

"Sepertinya, kamu ke ruang administrasi. Tadi, mereka mengabarkan kamu tidak akan lanjut studi di sini," ucapnya, “jika ada kesalahpahaman, sebaiknya segera kamu urus.”

Mendengar itu, Naura mengangguk.

Dengan rasa malu, dia pun pergi ke ruang administrasi.

Namun belum sampai ke sana, ia dipertemukan dengan Adelia yang menggoyangkan map di tangannya.

“Well, gimana jadinya Naura? Apa kamu masih berkuliah di sini?” ucapnya, lalu tersenyum sinis.

Tangan Naura sontak mengepal, menahan emosi. "Apa kamu yang memberhentikan aku kuliah di sini?!"

Adelia mengangguk. "Iya. Ayah dan Ibu juga enggak peduli kamu kuliah atau enggak. Tapi, aku hanya mengantisipasi enggak ada biaya yang harus orangtuaku bayar."

Ucapan Adelia seolah menyiratkan bahwa orangtua mereka tak sama.

Naura sontak tertunduk lesu. Dia anak kandung, tapi mengapa seperti anak tiri?

Tak ingin larut dalam pertengkaran, Naura memilih pergi.

Dia kini tak ingin melihat wajah kakaknya lagi.

“NAURAA!”

Adelia meneriakan namanya dan sepertinya berusaha mengejar Naura.

Meski mendengar, gadis itu memilih terus berjalan.

Hanya saja, langkahnya terhenti saat seorang pria yang sejak kemarin mengganggu harinya–terdengar.

"Naura …?"  panggilnya.

Gadis itu sontak melihat ke sumber suara dan menemukan Arkan berdiri menatapnya.

Entah mengapa, Naura merasa segala emosi berkumpul di tubuhnya.

Terlebih, kala mendengar Adelia yang terus meneriakan namanya.

Dengan air mata yang nyaris tumpah, Naura pun berjalan mendekati Arkan. "Bawa aku pergi dari sini," lirihnya.

"Kumohon," ucapnya lagi.

Arkan sontak menatap Naura dalam.

Tanpa pikir panjang, Arkan membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Naura masuk ke dalam mobil.

Pria itu lalu mengendarai mobilnya melewati Adelia yang mematung menatap ke arahnya.

****

"Apa dia Kakakmu?" tanya Arkan, tetapi Naura hanya diam.

Melihat itu, Arkan pun merogoh saku.

Dia memberikan ponsel milik Naura.

"Kalau iya, sepertinya dia mengirimkan banyak pesan sejak kemarin. Maaf, aku membuka pesan itu karena aku pikir itu kamu."

Naura terkseiap.

Dia lantas menatap layar ponselnya dan menangis sejadi-jadinya saat membaca pesan dari sang ibu.

[ Maafkan Ibu. Bukannya Ibu enggak sayang sama kamu, tapi, pendidikan Kakak lebih penting karena dia akan menjadi tulang punggung keluarga.]

Naura terlarut dalam perasaanya sendiri, hingga dia tak sadar bahwa Arkan membawanya ke sebuah pantai.

Untungnya, pria itu membiarkannya sendiri.

Sembari mendengar deburan ombak yang menderu, Naura mencoba mengatur perasaannya.

Namun, entah mengapa dia masih saja merasa gamang.

Lamunannya terhenti, kala Arkan tampak berjalan ke arahnya. “Sepertinya, mood-mu sudah kembali,” ujarnya tenang.

Naura hanya mengangguk sembari masih menatap hamparan laut yang begitu luas.

"Berapa nomor rekeningmu?" tanya Arkan tiba-tiba.

Mendengar itu, Naura memutar bola matanya.

Saat ia sudah tenang akan masalahnya dengan Adelia, mengapa ia harus di ingatkan lagi masalah yang membuatnya kesal?

"Memang, berapa uang yang akan Om kirim?"

"Om ....?!" Arkan berdecak kesal.

Dia pikir Naura hanya memanggilnya Om saat dia mabuk saja.

Rupanya, dia masih ingat akan panggilan untuknya.

"Berapa yang kamu minta?" tanya pria itu balik akhirnya.

Naura menoleh, menatap kedua mata Arkan. "Seratus juta," ucapnya asal.

Arkan terdiam sesaat sebelum akhirnya ia memberikan ponselnya. "Tulis nomor rekeningmu."

"Hah? Serius?" Naura benar-benar tak percaya ada pria yang memberikan uang sesuai yang dia minta.

"Tulis nomor rekeningmu," ulang Arkan tak mau ditentang.

Hal ini membuat Naura langsung mengambil ponsel Arkan dan mengetik nomor rekeningnya.

"Anda tidak bercanda, kan?" Meski demikian, ia masih memastikan karena tak ingin dibohongi.

Arkan mendengus, kesal. "Serius, aku juga bisa membayar biaya kuliahmu kalau kamu mau," ucapnya tanpa menoleh pada Naura sama sekali.

Perempuan itu sontak menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

Dia masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar!

Bahkan, ia bergegas membuka ponselnya saat melihat notif masuk.

[Rp. 200,000,000.00 baru saja ditransfer ke rekeningmu!]

"Oh my God," lirih Naura tanpa sadar.

Arkan menahan senyum. "100 juta untuk malam panjang kita dan 100 juta untuk kesepakatan kita."

Deg!

"Kesepakatan apa?"

"Jadilah kekasihku."

Naura terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Arkan.

Seolah mengetahui kebimbangannya, pria itu tiba-tiba berbicara, "Hanya kekasih palsu. Aku lelah karena orang tuaku terus memintaku menikah."

"Tunggu, bukannya Om punya banyak teman wanita? Kenapa Om enggak minta tolong ke mereka saja?" bingung Naura.

"Bukan urusanmu. Yang jelas, aku akan membayar kuliahmu sampai lulus kalau kamu bersedia menjadi kekasih palsuku."

Mendengar itu, Naura sontak mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Arkan.

Hanya saja, tawaran dikuliahkan sungguh menarik perhatiannya!

“Bagaimana?” ulang Arkan tak sabar.

"Mau ... Aku mau, asalkan Om bayar uang kuliahku sampai lulus," putus Naura.

Hanya menjadi kekasih palsu, harusnya mudah bukan?

Apalagi, Arkan sudah membayar di muka untuk kesepakatan mereka.

Melihat itu, Arkan menahan senyum. "Oke, kalau begitu mulai hari ini kamu tinggal di apartemenku."

"Hah …?” bingung Naura, “bukannya hanya jadi kekasih palsu? Kenapa harus tinggal di apartemen Om.”

“Aku ini bukan teman tidur juga, kan?" tambahnya lagi.

Arkan tertawa lebar.

Dia tak percaya jika Naura sepolos itu.

Status palsu ini hanyalah kiasan agar ia bisa dekat dengan Naura dan memilikinya.

Tapi, tak mungkin Arkan mengatakannya.

Bisa-bisa, Naura langsung kabur.

"Orang tuaku pasti akan mencari tahu tempat tinggalmu. Jadi lebih baik kamu tinggal di apartemenku untuk berjaga-jaga,” bohong Arkan pada akhirnya.

“Tenang saja, lagi pula kita tidak akan tinggal di apartemen yang sama,"

Mendengar itu, Naura terdiam.

Sepertinya, dia memikirkan konsekuensi dari kesepakatan ini lebih dalam.

"Kalau gitu…..”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jaritelunjuk
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status