Share

bab 3

Keesokan harinya Aruhi kembali ke kantor dan masuk keruangan sang bos sesuai arahan dari sekretaris pak Manov. Dalam hati Aruhi telah berdoa untuk tidak terjadi sesuatu kepadanya. Aruhi membuka pintu dengan pelan, sebelumnya ia memunculkan kepalanya dan mencari sang bos tetapi ruangan itu kosong.

" Pencuri!!" Satu kata dari belakang punggungnya membuat Aruhi dengan panik membalikan tubuhnya dan tetapi bokongnya menyentuh tubuh seseorang di belakangnya. Rajeandra salah tingkah, tepat bokong itu menyentuh senjatanya. Rajeandra meneguk ludahnya sembari menatap wanita yang kini memelas menahan tangis.

Aruhi menunduk. " Aku bukan pencuri." Suara wanita itu begitu lirih menahan getaran tangisannya. Rajeandra menatapnya dengan selidik.

" Lalu apa yang kau lakukan disini?" Rajeandra melihat penampilan wanita itu yang memakai baju seorang pembersih, ia kemudian membuka pintu dan memasuki ruangan ayahnya, mengabaikan office girl itu.

" Aruhi,kau belum masuk?" Aruhi menatap Laras.

" saya tidak menemukan tuan." Laras kemudian membuka pintu dan melihat anak sang bos telah ada didalam.

" Tuan telah menunggumu." Ujar Laras, Aruhi bingung karena tadi ia tidak melihat bos-nya.

" Terima kasih." Laras tersenyum dan menyuruh Aruhi masuk.  Namun, Aruhi hanya melihat lelaki yang telah lancang menyebutnya pencuri, ia ingin pergi tetapi Laras sudah menutup pintu dan lelaki itu sudah duduk layaknya bossy menatap dirinya dengan tatapan intimidasinya.

Aruhi diam, dirinya menunggu pak bos yang tidak ada didalam.

Suasananya begitu canggung,  berdiri didepan lelaki yang mengintimidasinya layaknya harimau yang tengah mengintai mangsanya. Aruhi menunduk, tidak berani melihat mata lelaki itu.

" Kemarilah!!" Perintah Rajeandra, Aruhi tetap tidak bergerak, layaknya sebuah patung.

" Aruhi." Suara lelaki itu begitu berat hingga menggetarkan relung hati Aruhi, bukan rasa nyaman melainkan rasa takut ketika namanya disebut.

" Aruhi!" Dua kali hingga membuat Rajeandra tidak sabar, dirinya baru pertama kali bertemu dengan wanita layaknya patung seperti Aruhi.

Dan sialnya, wanita itu adalah wanita yang akan di jodohkan oleh sang ayah untuknya.

" Apa kau tuli?" Aruhi meneguk ludahnya dan berjalan kearah lelaki tersebut sialnya karena terlalu terburu-buru ia tersandung karpet dan tersungkur jatuh dan tepat berada didepan sepatu kulit lelaki itu.

Aruhi mendongkak dan bertemu dengan manik mata hitam lelaki itu, wajahnya juga tidak berubah.  Rajeandra mengangkat dagu Aruhi dengan jari telunjuknya.

Mata yang menarik, yang berbinar nenahan tangis, berkaca layaknya kristal yang begitu jernih.

Aruhi serasa di permalukan dalam tatapan lelaki itu, ia memalingkan wajahnya.

" Kau adalah orang itu."

Benar, dia seorang cleaning servis!

Papa!

Aku ingin pergi dari sini, tetapi kenapa kakiku tertahan.

Aku takut..

Aruhi langsung bangkit dan berlari menuju pintu tetapi suara lelaki itu selanjutnya membuatnya tidak berkutik.

" Kita akan menikah." Aruhi berbalik.

" Apa ayahku belum memberitahumu?" Tanya Rajeandra lagi.

Aku tidak tahu kesepakatan apa yang dia  lakukan dengan ayahku sehingga ayahku menjodohkan ku dengan wanita sepertinya.

" Pernikahan ini hanya berjalan satu tahun dan setelah itu kita akan berpisah." Rajeandra menangkap raut bingung dari wajah wanita tersebut, itu berarti ayahnya tidak memberitahukan apapun kepada wanita itu.

Pak tua itu benar-benar

Disisi lain Manov tengah berada di sebelah ruangan dan berbincang dengan sekretarisnya dan juga tangan kanannya, atau yang bisa menjadi wakil dirinya.

" Apa mereka sudah bertemu?"

" Sudah tuan."

" Aku pikir Rajeandra tidak akan datang, tetapi akhirnya dia datang juga. Kenapa lama sekali mereka didalam? Apa kau harus kesana."

" Biarkan mereka berbicara dan saling mengenal tuan, kita hanya perlu menunggu saja."

" Kau benar, "

" Tetapi tuan, kenapa tuan memilih Aruhi diantara banyaknya wanita yang lebih...maksudku." Laras langsung terdiam, ucapannya sudah begitu keterlaluan.

" Dia dari Kampung." Ujar Manov " Aku mengingat ibuku yang juga berasal dari kampung.  Bisa di katakan bahwa aku dulu seperti Rajeandra, keras kepala dan tidak bisa di atur. Aku pikir generasi kami sama. Namun, aku melihat bagaimana kasih sayang ibuku kepada ayahku, seburuk apapun perilaku ayahku, dia tetap bersama hingga ayahku meninggal. Rajeandra membutuhkan seseorang seperti itu dalam hidupnya."

" Aku akan menemui mereka."

****

Aruhi keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Rajeandra. Dirinya tidak ingin pernikahan suci dijadikan sebuah ajang permainan dimana dengan seenaknya ia dapat dibuang setelah kontrak berakhir. Tanpa sadar wanita itu menangis karena merasa direndahkan.

" Aruhi." Wanita itu berhenti dan melihat Sang bos, ia menunduk dan menghapus air matanya.

" Tuan."

" Kenapa kau menangis?" Aruhi menggeleng.

"Maaf tuan,"

" Apa Rajeandra melakukan sesuatu yang buruk kepadamu?" tanya Manov

" Saya permisi tuan.."

Tepat saat Aruhi pergi, Rajeandra datang, Manov langsung menatap tajam Rajeandra.

" Apa yang kau lakukan kepadanya hingga dia menangis?"

" Aku tidak melakukan apapun kepadanya."

" Aku hanya mengusulkan perjanjian pernikahan dengannya."

" Apa itu?"

" Pernikahan ini hanya berjalan selama satu tahun dan setelah itu berakhir." Manov melotot tidak  menyangka.

" Aku sudah mengikuti kemampuanmu papa, seharusnya papa juga menghormati keputusanku.  Lagipula, aku tidak ingin menikah secepat ini apalagi dengan orang asing yang tidak aku kenal."

" Aku pergi.." Rajeandra langsung meninggalkan ayahnya yang sudah naik darah karenanya.

*****

Aruhi kembali kerumahnya, ia berjalan dengan cepat memasuki rumahnya ketika mendengar suara keributan dari dalam rumahnya dan juga banyak tetangga yang melihat dari luar.

" Ada apa ini? Ibu?" Mirna hanya terdiam dalam tangisannya. Sebelumnya ia tengah bertengkar dengan sang putri, hingga akhirnya Hanin bertindak begitu jauh.

" Hanin ingin bunuh diri!!" Aruhi melihat di jendela dimana Hanin tengah menguyur dirinya dengan minyak tanah, wanita itu juga tengah mencari korek api untuk membakar dirinya.

Aruhi melotot. " HANIN!!!"

sang adik melihat kakanya dengan berlinangan air mata sembari menggeleng dalam keputusasaannya. Aruhi mengintari rumah  untuk mencari cara masuk kedalam. Tidak ada cara akhinya Aruhi mencari kayu besar untuk mendobrak pintu yang terbuat dari kayu di bantu oleh beberapa warga setempat.

" JANGAN MASUK ARUHI!!" Teriak Hanin tetapi Aruhi tetap keras kepala dan mendobrak pintu rumah mereka. Hanin mencari pemantik agar bisa membakar tubuhnya tetapi sebelum itu Aruhi sudah berhasil membuka pintu dan langsung membuang korek api yang ada di tangan Hanin.

" APA KAU GILA!!!" Teriak Aruhi penuh emosi, ia tanpa sadar menampar Hanin dengan keras. Wanita itu tersungkur jatuh dan menangis dengan keras.

" Aku ingin mati!! aku ingin mati." Aruhi kemudian memeluk Hanin.

" Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Aruhi dengan lembut.

" Aku..aku...hamil." ujarnya Hanin dengan terbata-bata. Aruhi langsung lemas, usia Hanin baru lima belas tahun dan bahkan belum menikah.

" Hanin..." Aruhi melihat ibunya yang sudah tidak berbicara. Wanita itu menangis dan memeluk adiknya dengan erat.

" Aku ingin membantu ibu, maaf.. maaf."

" Tenanglah,Hanin.Tenanglah.."

*****

Setelah hampir satu Minggu, Aruhi kembali menemui bosnya. Dirinya tidak memiliki cara lain selain menerima usulan pernikahan kontrak itu, dengan begitu utang keluarganya akan cepat terbayarkan. Semalam orang-orang sudah mulai mengunjing keluarganya  bahkan kini tetangganya  tidak lagi memakai jasa ibunya setelah tahu Hanin hamil. Bagi warga kampung seperti mereka itu sangat memalukan jika seorang perempuan hamil diluar nikah.

"Masuk!!" Pak Ibrahim terperangah ketika melihat Aruhi, wanita yang sudah hampir seminggu tidak datang ke kantor untuk bekerja.

" Tuan.."

" Duduklah.."

" Apa tawaran tuan masih berlaku?" Tanya Aruhi. " Aku bersedia menikah, asalkan tuan membantuku memberikan uang kepadaku. Aku menerimanya tuan."

" Aku mohon." Aruhi menjatuhkan dirinya dengan amat sangat. Tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan dari sang bos karena pembayaran hutang mereka telah jatuh tempo.

" Berdirilah menantu." Aruhi menatap sang bos, wajah tuanya tersenyum hangat kepadanya.

" Menantu keluarga Maheswara tidak boleh merendahkan dirinya seperti ini."

" Tuan." Aruhi tersenyum bahkan menangis karena senang, dirinya hanya memikirkan bahwa hutang keluarganya telah terbayarkan, ia tidak peduli bagaimana nanti pernikahannya.

" Terima kasih, terima kasih.."

Flashback off

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status