Share

Istri Simpanan Tuan Muda
Istri Simpanan Tuan Muda
Penulis: Liliput

BAB 1 KECELAKAAN MAUT

"Kamu yang sabar ya, Andini…"

Suara Paman membuatku semakin yakin akan firasatku tadi pagi ketika Ibuku menelpon dengan isak tangis yang histeris. Paman Adi dan Bibi nampak lesu.

"Ibu dimana?" tanyaku pada mereka. Nafasku masih belum bisa teratur. Aku berlari dari lobby hingga ke mari.

Mataku melihat sekeliling, aku tak mendapati ibuku yang pagi tadi meneleponku.

"Ibumu masih di ruang rawat inap. Tapi tenang saja, ibumu tidak kenapa-napa hanya kelelahan.." Paman mencoba menenangkan aku.

Setelah duduk di ruang tunggu UGD, Paman dan Bibi menceritakan kronologis insiden kecelakaan yang membuat ayah belum sadarkan diri.

"Rencananya ayahmu akan dioperasi sore ini. Menunggu hasilnya keluar.." Jelas Paman sambil matanya berkaca-kaca.

Beliau terlihat terpukul. Aku hanya bisa menutup bibirku dengan kedua tangan. Air mataku sudah jatuh membasahi pipi sejak tadi.

"Lalu bagaimana biaya operasinya...Apalagi, kondisi keuangan keluarga sedang memburuk!” Gumamku lirih.

Aku sudah terbayang dengan biaya operasi yang tentu biayanya tidak murah. Dari mana kami akan mendapatkan uang? Untuk kehidupan sehari-hari saja kami kesulitan.

Terdengar tiba-tiba ada seseorang yang mendatangi paman.

"Pak, segala-sesuatunya kami akan menanggung biayanya. Tapi jangan sampai laporkan kejadian ini ke polisi, cukup secara kekeluargaan saja..."

Mucul seorang pria yang berdiri di depan Pamanku. Sosok asing yang sama sekali belum pernah aku lihat sebelumnya.

Paman terkejut. Mungkin sekarang beliau juga sedang berusaha mencerna kalimat yang diutarakan pria itu padanya.

“Bapak tenang saja…Saya tahu keluarga Bapak sekarang sedang dalam kesulitan. Mari ikut saya sebentar…”

Sejurus kemudian, Paman berdiri dan mengikutinya. Mereka berdua mencari tempat di ujung lorong rumah sakit. Pembicaraan yang cukup serius.

Seorang perawat dan dokter mendatangi mereka berdua. Pembicaraan cukup lama berlangsung, hingga aku tak bisa menahan lebih lama, kuikuti mereka.

"Bagaimana kondisi Ayah?" tanyaku pada Paman. Beliau yang tahu menahu soal perkembangan terakhir kondisi Ayahku.

“Kamu yang sabar… Kamu kuat, Andini… Kamu harus menguatkan Ibu dan saudaramu.” Beliau memelukku dengan sangat erat.

Tanpa berbicara lagi, kami saling memeluk dan menangis tanpa suara. Kupikir ini adalah akhir dari segalanya, rupanya ini barulah permulaan ujian kehidupanku yang sebenarnya.

**

"Mbakyu, yang sabar ya Mbak...." Suara Bibi sedari tadi memberikan semangat pada Ibuku. Sambil mengusap-usap pundaknya untuk membuatnya tabah.

Berkali-kali Ibuku pingsan di pusara Ayah. 

Air mataku nyaris habis. Semua sudah kutumpahkan saat mendengar kabar kematian ayah di rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya.

“Ayo, Mbakyu kita pulang… biarkan suamimu beristirahat dengan tenang…” Bisik Bibi ke telinga Ibu.

“Yang ikhlas, Mbak. Masih ada anak-anak yang harus dijaga. Mbak yang tabah ya?”

Kedua kalinya Ibuku mencium batu nisan Ayah dan dengan langkah berat, akhirnya Ibu mau beranjak pergi.

"Ibu, ayo kita pulang..." pintaku sambil menggandeng tangan kedua adikku yang masih duduk di bangku SMP.

Hampir semua peziarah telah pulang.

Mendadak mendung awan hitam datang. Hanya dalam hitungan detik, hujan deras tiba-tiba mengguyur kami. Seolah Ayah meminta kami semua untuk pulang ke rumah.

"Mbakyu, ayo pulang!" Paman Adi berkali-kali berteriak dari kejauhan

Kami berlarian ke mobil milik Paman dan secepatnya masuk agar tubuh kami tidak semakin terpapar air hujan yang semakin deras.

Kilatan petir menyambar-nyambar, membuat kami sementara berhenti dari kesedihan dan rasa ketakutan mulai menerpa. Bayangan hidup tanpa Ayah, serta Ibu yang sedari tadi masih belum sepenuhnya sadarkan diri.

**

“Andini, seperti yang sudah kamu ketahui, perusahaan keluarga kita sudah tidak bisa dipertahankan lagi…”

Setelah kabar duka kematian Ayah, rupanya ujian belum selesai.

“Jadi, perusahaan kita sudah dijual untuk menutup piutang. Itupun masih belum sepenuhnya terbayarkan. Paman masih berusaha untuk mencari solusi.” Paman Adi terlihat terpukul.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Kuliahku di semester enam di jurusan Sastra Inggris, sepertinya harus aku kesampingkan dulu. Kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk membiayaiku.

“Lantas, apa yang harus kita lakukan Paman?” tanyaku. Setidaknya aku ingin berbuat sesuatu pada perusahaan yang dibangun oleh Ayah dan Paman dari nol.

“Paman?” Tanyaku.

“Andini, sebenarnya… ada hal yang bisa kita lakukan untuk keluar dari jeratan hutang ini. Syaratnya hanya satu, keluarga yang menabrak ayahmu menawarkan sebuah bantuan…”

Aku masih belum mengerti. Sebegitu merasa bersalahnya mereka sehingga membantu kami? Apa yang bisa kami berikan sebagai imbalan atas bantuan itu?

“Maksud Paman bagaimana?”

Paman Adi mendekatiku.

“Kamu diminta jadi menantu keluarganya. Ini sebagai wujud terima kasih kita pada mereka.”

“Kenapa kita berterima kasih pada mereka?” Tanyaku.

“Karena mereka berjanji akan menutup semua hutang perusahaan kita, Andini. Kita tidak punya pilihan. Perusahaan keluarga kita memiliki karyawan ratusan orang. Jika keluarga Pak Agus tidak membantu, bagaimana nasib mereka? Apa kamu mau mereka semua dipecat dan tidak punya pekerjaan lagi?” Paman Adi menjelaskan.

“Tapi, aku sudah kehilangan Ayahku, Paman. Ayah sudah tidak bisa bersama kita lagi.” Tangisku mulai menggema di ruangan kantor Paman.

“Sekarang, coba kamu pikirkan baik-baik. Aku tahu kamu sedang bersedih, tapi inilah kenyataan. Paman dan Ayahmu terlilit hutang besar. Perusahaan akan kandas. Kamu dan keluargamu bisa-bisa akan menjadi gelandangan. Kita tidak memiliki asset lain lagi.” Paman menghela nafas Panjang.

“Lalu dengan perantara kematian Ayahmu yang ditabrak keluarga Pak Agus, kita mendapatkan tawaran besar untuk menyelamatkan keluarga dan perusahaan. Satu lemparan batu untuk menjerat dua burung sekaligus.”

Kedua matanya nampak seperti hidup kembali. Seakan mendapatkan harapan baru.

Tapi, haruskah aku yang menjadi tumbal untuk ini semuanya?

“Kamu tidak usah berpikir panjang, Andini. Paman sudah mengatur semuanya. Pak Agus akan ke rumahmu nanti malam. Sekalian membawa anaknya untuk mengenalmu lebih jauh. Kuharap, kamu bisa menerima kedatangan mereka dengan baik. Ibumu sudah tahu…”

Aku terkejut bukan main, bagaimana bisa beliau merahasiakan hal besar ini kepadaku?

“Apa Ibuku menyetujuinya, Paman?” tanyaku.

Ibu pasti akan membelaku. Karena seorang ibu tidak mungkin melakukan ini pada putrinya, bukan?

“Justru ini adalah ide Ibumu…” balas Paman Adi sambil menatap kedua mataku.

Di luar dugaan. Ibuku?

Paman menjawab dengan nada serius. Benarkah? Jantungku berdenyut lebih kencang, seakan memburu sesuatu. Aku tak punya pilihan.

Bunuh diri jelas bukanlah sebuah jalan keluar. Apalagi Ibu dan adik-adikku masih membutuhkanku. Haruskah aku menjalani pernikahan yang tak kuinginkan ini? Bahkan aku tidak sempat berpikir lagi, dengan siapa aku akan menikah nanti.

Saat aku menyadarinya, suara ketukan pintu rumah dengan jelas terdengar.

“Apakah benar ini rumah Mbak Andini?”

Seorang lelaki paruh baya menemuiku.

“Ya. Maaf ada perlu apa ya?”

“Saya Ali, sopir dari Pak Agus. Dan ini Tuan Baskara, putra Pak Agus Kuntoaji. Kami datang untuk meminang Mbak Andini.”

Mimpi buruk itu bukan hanya mimpi semata. Mereka datang ke hadapanku lebih cepat dari yang aku bayangkan.

“Mari silakan masuk…” Paman Adi mempersilakan mereka masuk. Pembicaraan pun dimulai.

Sedari tadi aku tak berani menatap wajahnya. Meski aku sadar, kedua matanya terus menatap ke arahku. Setidaknya aku lega, tidak menikahi lelaki tua atau kakek-kakek kaya raya. Pembicaraan didominasi oleh Pak Ali dengan Paman Adi.

Suasana hangat itu tiba-tiba berubah seketika. Saat Pak Ali ingin undur diri untuk pamit.

“Dari saya, hanya ada satu hal yang ingin saya sampaikan. Saya ingin pernikahan ini dirahasiakan.” Suara Baskara tiba-tiba terdengar. “Karena ada hati seseorang yang harus saya jaga.”

Sudah kuduga, pernikahan ini bukan pernikahan biasa.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Jumayah Mohd
last tajuk misti paman Adi berdusta nak tipu kuasai harta Andini,
goodnovel comment avatar
Alia Fei
moga2 ini novel bagus ceritanya yaa..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status