Hari ini Sarah tidak masuk bekerja, Randi memberinya waktu untuk mempersiapkan semua keperluannya sebelum kepindahannya besok, setelah melalui pertimbangan yang matang akhirnya Sarah mengambil kesempatan untuk pindah kekantor cabang. Tidak banyak barang yang Sarah bawa saat pindah nanti, karena perusahaan sudah menyiapkan semua yang Sarah butuhkan.
Arga meminta Sarah meninggalkan mobil untuknya.
"Mobil kamu ditinggal saja ya, kamu kan sudah diberi fasilitas dari kantor buat apa bawa mobil lagi, mendingan mobilnya untuk aku saja disini." Ujar Arga, sejak kejadian tempo hari, sikap Arga masih dingin kepada Sarah walaupun dia tahu Sarah akan pindah meninggalkannya beberapa hari lagi.
"Tapi itu mobil kesayangan aku Mas, lagian kamu kan biasa pakai motor, kalau pakai mobil nanti nambah dong biaya minyaknya." Ujar Sarah masih berusaha menolak keinginan Arga.
"Sama Suami perhitungan banget sih sekarang kamu." Sarah menghela nafas panjang, Arga memang sudah lama meminta dibelikan mobil tetapi Sarah belum mengizinkannya karena merasa belum terlalu penting memiliki dua mobil.
Setelah terus didesak akhirnya Sarah pun bersedia meninggalkan mobil kesayangannya untuk Arga.
"Tapi hari ini, mobil aku dulu yang bawa ya Mas, ada barang yang harus aku beli." Ujar Sarah dijawab anggukan oleh Arga dan lalu pergi berangkat kerja tanpa mencium kening Sarah lebih dulu seperti biasanya.
Hari ini Sarah menyempatkan diri disela-sela kesibukannya menyusun barang-barang yang akan dibawa besok, Sarah menemui temannya yang seorang teknisi mobil, orang yang sudah menjadi langganan Sarah untuk masalah mobilnya, Sarah meminta tolong temannya itu untuk memasang GPS dimobilnya, tidak perlu waktu lama mobil Sarah saat ini sudah terpasang GPS tersembunyi, kapanpun Sarah mau dia bisa mengetahui keberadaan mobilnya melalui handphone yang sudah tersambung.
Setelah masalah mobil selesai, Sarah juga mendatangi toko CCTV, Sarah juga memasang CCTV dirumahnya termasuk dikamar pribadinya, ini semua sudah direncanakan Sarah sebelumnya, tujuannya untuk mengetahui gerak-gerik Suaminya selama dirumah maupun sedang diluar rumah. Mungkin untuk sebagian orang ini akan kelihatan berlebihan dan terkesan tidak mempercayai Suami, tetapi sejak perubahan yang ditunjukkan Arga beberapa bulan terakhir ini, Sarah merasa perlu melakukannya.
***
"Makanannya sudah siap Mas." Ujar Sarah masih berusaha melayani Suaminya walaupun Arga bersikap dingin kepadanya.
Makan malam yang biasa akan menjadi moment yang hangat karena Arga akan banyak bercerita mulai dari pekerjaan maupun teman-temannya begitu pula sebaliknya dengan Sarah, tetapi berbeda dengan malam ini, Arga diam membisu dimeja makan, mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal.
Tanpa butuh waktu lama, Arga menghabiskan makanan yang disediakan Sarah didalam piringnya, tidak tahu karena lapar atau memang doyan, hari ini Sarah memang masak makanan kesukaan Arga berharap Suaminya akan mencair tetapi dugaan Sarah ternyata salah tanpa basa-basi Arga langsung masuk kedalam kamar, tidak lama kemudian keluar lagi sambil memakai jaket kulit kesayangannya.
"Mana kunci mobilnya? aku mau pakai mobil." Ujar Arga mengulurkan tangannya, tetapi Sarah dengan ekspresi datarnya tidak mengindahkan permintaan Arga.
"Kamu punya telinga kan, mana kunci mobil." Ucap Arga dengan sedikit berteriak.
Merasa tidak dihiraukan, Arga yang sudah kesal sejak kemarin, menggebrak meja makan, membuat makanan yang ada dipiring Sarah berserakan semua, emosi Sarah tersulut matanya melotot melihat sikap Arga yang arogan, dia tidak tinggal diam, Sarah langsung berdiri mendekati Arga.
"Apa-apaan kamu Mas? kenapa kamu kasar seperti ini sekarang?" Tanya Sarah sambil memandangi lelaki yang sudah delapan tahun ini menemaninya.
"Kamu tanya apa yang membuat aku kasar? kamu tidak sadar kamu sudah tidak mnghargai aku sebagai seorang Suami, aku tidak perduli kamu mau pindah atau tidak yang penting uang bulanan lancar ngerti!" Arga tidak mau kalah dari Sarah matanya pun menatap Sarah penuh dengan amarah tetapi Sarah tidak takut sedikitpun dia juga menatap Arga dengan wajah yang sulit untuk diungkapkan, tidak lama kemudian Arga langsung melangkah pergi sambil menggenggam kunci mobil yang baru ia rebut dari tangan Sarah.
Setelah Arga pergi, Sarah memilih duduk ditaman belakang rumahnya, Sarah mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan didalam rumah, dulu rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang jika badan terlalu capek setelah seharian sibuk dengan kepentingan dunia, tetapi berbeda dengan sekarang, setelah Arga berubah rumah hanya sebagai tempat singgah untuk mereka berdua. Sedih, kecewa sudah pasti Sarah rasakan atas perubahan sikap Arga.
Sarah menjadi teringat ucapan Ibunya saat memutuskan memilih berpisah dari Ayahnya, saat itu usia Sarah masih sepuluh tahun, Sarah sempat marah kepada Ibunya karena tidak memberikan kesempatan kepada Ayahnya untuk memperbaiki kesalahan yang sudah diperbuat.
"Menjalani hubungan seumur hidup dengan orang yang sama setiap harinya itu bukan perkara yang mudah, mungkin Ibu termasuk orang yang gagal, Ibu tidak ingin menyia-nyiakan hidup dengan orang yang salah, Ayah kamu sudah menduakan Ibu kalau ibu memberi kesempatan kedua siapa yang berani menjamin, kalau Ayah kamu tidak mengulanginya lagi, Ibu masih bisa memaafkan kalau kesalahan Ayah kamu itu tidak bermain perempuan dan main tangan." Ucap Ibunya Sarah kala itu sejak perpisahan itu pula Sarah tidak lagi pernah bertemu dengan Ayahnya.
Sarah baru sadar menjalani rumah tangga memang bukan perkara yang mudah, setiap rumah tangga pasti memiliki ujiannya masing-masing, Sarah masih berharap Arga hanya emosi dan akan segera memperbaiki kesalahannya.
Hingga larut malam, Arga belum juga pulang, Sarah mencoba mengecek handphonenya, ia melihat keberadaan mobilnya, betapa kagetnya Sarah saat mengetahui mobilnya berada disalah satu hotel berbintang, perasaannya menjadi tidak karuan, Istri mana yang bisa tenang mengetahui Suaminya hingga larut malam sedang di Hotel.
"Kamu sedang apa disana Mas!" Tangan Sarah mengepal menahan emosi yang sulit diungkapkan.
Tidak ingin capek dengan pikirannya sendiri dan membuat dia tersiksa tanpa berpikir panjang, Sarah langsung mencari kunci motor Arga dan mengendarainya menuju Hotel tempat Arga berada saat ini. Sepanjang jalan Sarah berdo'a agar apa yang ada didalam pikirannya tidak benar, dan berharap Arga memang sedang menemui klien bisnisnya.
Setelah tiba di Hotel yang dituju, Sarah langsung melihat mobil yang sangat ia kenal terparkir tidak begitu jauh dari dia meletakkan motor.
Sarah melihat perempuan dengan pakaian yang seperti kurang bahan, tanganya bergelayut manja dilengan lelaki yang sangat Sarah kenal, mereka berdua keluar bersamaan dari pintu Hotel, beruntung Sarah masih bisa menghindar jadi Suaminya tidak mengetahui kalau Sarah ada didekatnya, Sarah juga menyempatkan diri untuk mengambil foto mereka berdua, hati Sarah semakin sakit saat melihat Suaminya kelihatan sangat bahagia, canda tawa keduanya terdengar jelas ditelinga Sarah, sikap Arga sangat berbeda saat bersamanya.
"Kuat Sarah, Kuat." Ujar Sarah menenangkan hatinya yang begitu hancur melihat Arga bersama wanita lain.
Bersambung..
Sarah masih tidak percaya ternyata berita miring tentang Suaminya belakangan ini tidak hanya isapan jempol belaka, saat ini Sarah melihat secara langsung dengan mata dan kepalanya, Suaminya keluar dari Hotel dengan seorang perempuan dengan sangat akrab dan cukup mesra. Berkali-kali Sarah menarik nafas dan menguatkan diri, akhirnya setelah melihat mobil yang ditumpangi Arga dan perempuan itu pergi, Sarah juga memutuskan untuk pulang kerumah tetapi sebelum pulang ia singgah kewarung bakso didekat rumahnya, tujuannya untuk berjaga-jaga kalau Arga ternyata sudah sampai dirumah lebih dulu, Sarah tidak ingin Arga tahu bahwa dia sudah mengetahui semua perbuatan Arga dibelakangnya sebelum dia membalas semua perbuatan Arga. "Dari mana saja kamu keluyuran malam-malam begini? mau alasan urusan kerjaan lagi?" Arga kelihatan sangat marah, Sarah memilih tidak menanggapi Arga, Sarah hanya menunjukkan kantong plastik yang berisi bakso yang ia beli tadi. "Ternyata kamu sudah pintar mencari alasan y
"Kenapa harus aku yang mengganti, bukannya kamu yang sengaja membanting handphone kamu sendiri? pasti ada yang sedang kamu sembunyikan." Ujar Sarah, Arga bukannya menjawab dia memilih pergi dan meninggalkan Sarah. Sarah semakin kesal, ia langsung membuka handphonenya dan membuka akun sosial media milik Ayu, Sarah berusaha mencari nomor handphone perempuan yang sudah membuat rumah tangganya bersama Arga bermasalah, Usaha Sarah membuah kan hasil, ternyata Ayu mencantumkan nomor handphonenya untuk mempromosikan sebuah Cafe. Tanpa berpikir panjang lagi, Sarah langsung mencoba menghubungi Ayu. "[ Hallo ini siapa ya]" Suara perempuan sangat lembut terdengar dari ujung sambungan telepon itu. "[Aku Sarah istrinya Mas Arga]" Ujar Sarah tanpa basa basi."[Ada urusan apa kamu menelponku?]" Nada Ayu seketika berubah yang tadinya sangat lembut saat ini berubah menjadi ketus. "[Tentu kamu ada urusan denganku karena kamu sudah lancang memposting fotoku tanpa izin, aku mau bertemu dengan kamu sek
Setelah melakukan perjalanan tiga puluh menit akhirnya Sarah tiba didepan rumah sahabatnya Clara, malam ini dia berniat bermalam disini sebelum ia memutuskan akan kemana nantinya."Hai besti, akhirnya kamu sampai juga digubukku." Ujar Clara sambil memeluk Sarah seperti sudah lama sekali tidak berjumpa, sejak menikah Sarah memang tidak pernah lagi mengunjungi rumah sahabatnya itu, walaupun mereka satu kantor tetapi intensitas pertemuan dan komunikasinya tidak selancar waktu mereka masih sama-sama gadis, Clara adalah seorang janda yang ditinggal meninggal oleh Suaminya beberapa bulan yang lalu, saat ini Clara hanya tinggal sendirian, saat mengetahui sahabat lamanya berniat menginap dirumahnya Clara menyambut dengan sangat antusias."Maaf merepotkan ya Cla, aku tidak tahu mau kemana, untuk menenangkan diri." Ujar Sarah dengan wajah sendu, Sarah sudah menceritakan semua kecurigaannya terhadap Suaminya kepada Clara."Ya ampun pipi kamu kenapa Sarah?" Clara baru menyadari pipi sahabatnya itu
Hati Sarah benar-benar remuk, saat Suaminya lebih mengkhawatirkan Ayu dibandingkan dengan perasaan Istrinya sendiri.Arga mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang, berulangkali Sarah memohon agar Arga menurunkan laju mobil itu tetapi Arga tidak menggubrisnya."Aku kira kamu Istri yang baik Sarah tetapi ternyata aku salah, kamu perempuan bar-bar yang dengan tega menyakiti perempuan lain, apa salahnya Ayu yang dengan ikhlas memberikan aku handphone, itu demi kelancaran pekerjaanku, kamu tahu kan handphoneku hancur gara-gara kamu, bukannya mengganti malah sibuk marah-marah, harusnya kamu berterimakasih kepada Ayu.""Demi kelancaran pekerjaan atau kelancaran hubungan kalian Mas." "Jangan banyak omong kamu Sarah, lama-lama aku muak dengan sikap arogan kamu seperti ini, lebih baik cepat-cepat kamu pindah kerja, biar aku sedikit tenang."Sarah mengehela nafas berusaha menenangkan hatinya. Dia tidak menyangka Arga berbicara sekasar itu kepadanya. "Mau apa kita kesini Mas?" Tanya Sarah sa
"Sarah maafkan Ibu ya kalau Ibu sudah menyakiti hati kamu, Mas yakin dari lubuk hatinya dia tidak bermaksud menyakiti kamu, Ibu hanya sedang pusing memikirkan Dara yang sebentar lagi mau menikah."Sarah memilih diam diujung ranjang tempat tidur. Arga mendekatinya dan mengelus rambut Sarah."Mas juga minta maaf ya kalau sikap Mas tadi di Cafe menyakiti hati kamu, Mas cuma tidak ingin kehilangan pekerjaan Sarah, mudah-mudahan kamu bisa paham dan mengerti ya, setelah Mas mendapatkan Cafe itu sepenuhnya, Mas akan menjauh dari Ayu, untuk sekarang ikuti saja alurnya seperti ini."Sarah menatap Arga dengan perasaan belum percaya dengan apa yang diucapkan Suaminya itu "mana ada sih maling mau ngaku" Ujar Sarah lirih."Jadi apa maksud Ayu memanggilmu dengan panggilan Suamiku Mas? apa kah ini juga bagian dari sandiwara? aku tidak akan memaafkan kamu jika kamu berani bermain api dibelakangku Mas."Arga semakin mendekat, ia mengelus tangan Sarah, tidak tahu kenapa Sarah yang tadinya menggebu-gebu
"Maaf Bu, sedang apa disini? kalau ingin ke Cafe, hari ini Cafe sedang tutup karena didalam sedang ada acara keluarga pemilik Cafe ini." Lelaki berperawakan gempal dengan memakai baju security memberi penjelasan kepada Ayu.Sarah kaget bukan kepalang, hampir saja jantungnya copot karena takut ketahuan."Oh ternyata sedang tutup ya, Saya kira buka hari ini karena sudah langganan.""Ibu sering kesini ya?" Tanya Security itu.Dijawab anggukan oleh Sarah."Kebetulan lagi lewat daerah sini makanya sekalian mampir, tapi sayang malah lagi tutup." Sarah memasang wajah sedih, agar Security itu percaya."Iya lain kali saja datang lagi ya Bu, karena Owner nya sedang ada acara." Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Sarah mencoba menggali informasi dari Security yang Sarah nilai cukup ramah itu."Ownernya sedang ada acara apa Pak? sayang banget Cafenya sampai ditutup ya? padahal Saya yakin pengunjung pasti banyak yang datang karena hari libur." "Ya jelas ditutup lah Mbak, orang Ownernya sedang
"Mas Abi?" Lelaki yang dari awal memperhatikan Sarah itu mengangguk dan tersenyum kearah Sarah. "Lagi ngapain Kamu disini Sarah? bukannya rumah Kamu tidak jauh dari sini? Arga mana?" Abi adalah sahabat Arga, Sarah memamg dekat dengan Abi dan Mona Istrinya, Mereka dulu sering menghabiskan waktu libur bersama.Sarah menjawab hanya dengan senyuman, lalu pamit meninggalkan Abi yang masih mematung menunggu jawaban. Melihat ada yang tidak beres dengan Istri sahabatnya, Abi mengejar Sarah yang melangkah menuju kamar yang sudah ia pesan, tanpa disangka kamar yang mereka pesan ternyata berdampingan. Sebelum masuk kedalam kamarnya Sarah menoleh kebelakang ternyata Abi berjalan dibelakangnya. "Mas Abi mau kemana? kok ngikuti Aku terus." Protes Sarah."Ini Kamarku Sarah." Abi membuka pintu kamarnya, Sarah melototkan matanya kearah nomor kamar, dia hanya bis menggeleng-grlengkan kepalanya."Awas saja kamu beri tahu Mas Arga kalau aku ada disini ya Mas." Ancam Sarah sambil menatap Abi. "Aku j
Sarah dan Abi menghabiskan malam ini bersama. Jam sudah menunjukan pukul empat dini hari.Abi mendengar tangisan diujung ranjang sesaat setelah melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.Abi memeluk Sarah dari belakang, Mereka masih menggunakan selimut bersama."Kenapa Kamu menangis Sayang?" "Yang Kita lakukan ini salah Mas, Aku menyesal sudah menyakiti Mona, bagaimana kalau Dia tahu Aku tidur bersamamu malam ini Mas?" Tangis Sarah semakin kencang, Abi berusaha menenangkan Sarah."Kamu tidak ingat Arga dan Mona sama-sama menyakiti hati Kita, apakah Kamu melihat mereka menyesal melakukannya? bahkan Mereka melakukan ini berulang-ulang Sayang, Kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri seperti itu, Aku akan bertanggung jawab atas semuanya." Abi semakin mengencangkan pelukkannya, Sarah membalikkan badannya, saat ini Mereka saling berhadapan."Aku akan menceraikan Mona secepatnya Sayang, setelah itu Kita bisa bersama-sama untuk selamanya."Sarah langsung menggelengkan kepalanya."J